Apakah Merdeka Belajar Mampu Mencetak Generasi Berkualitas?
Opini
Di bawah sistem pendidikan sekuler, pendidikan hanya untuk meraih capaian-capaian materi dan menjaga eksistensi peradaban kapitalisme
Tak heran, potensi para intelektual hari ini dibajak menjadi buruh-buruh para kapital
_________________________
Penulis Ratna Ummu Rayyan
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bertepatan dengan 2 Mei 2024, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Pemerintah menganggap peringatan ini sebagai manifestasi dari perhatiannya terhadap pentingnya pendidikan di Indonesia. Seiring peringatan Hardiknas ini juga dicanangkan sebagai bulan Merdeka Belajar. Pemerintah pun menetapkan sesuai dengan tema hardiknas 2024 yaitu "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar" (kompas.com, 25/4/2024)
Sebagaimana diketahui bulan Maret lalu, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) menetapkan kurikulum merdeka menjadi kurikulum nasional. Dengan diterbitkannya Permendikbudristek nomor 12 tahun 2024 tentang kurikulum untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, kurikulum merdeka resmi diadopsi sebagai kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk semua sekolah di Indonesia.
Sebelumnya, pengesahan Kurikulum Merdeka Belajar sebagai Kurikulum Nasional telah menimbulkan berbagai reaksi khususnya di kalangan guru sebagai aktor utama yang memiliki tanggung jawab besar dalam proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai masih kurang jelas sebagai sebuah kurikulum. Peserta didik diarahkan kepada kompetensi atau daya saing atau sesuatu yang bersifat materi, tetapi melupakan aspek pembinaan agama atau mental.
Apalagi faktanya hari ini kita menyaksikan potret buram pendidikan dalam segala aspek yang dilakukan guru maupun siswa. Di kalangan pelajar, moral mereka makin terdegradasi. Kehidupan belajar diliputi dengan berbagai kemaksiatan seperti pergaulan bebas, menyontek, miras, narkoba, perundungan, hingga tawuran.
Demikian juga guru yang makin kehilangan fungsinya sebagai pendidik generasi, guru seolah hanya penyampai pelajaran tetapi gagal menjadi teladan yang mampu membentuk karakter mulia pada diri pelajar. Beberapa kasus menunjukkan keterlibatan guru dalam tindakan pencabulan dan perundungan terhadap muridnya.
Hal ini menimbulkan keraguan terhadap efektivitas kurikulum pendidikan yang sedang diterapkan. Kejadian-kejadian buruk ini menunjukkan kegagalan sistem pendidikan sekuler yang ada. Bahkan, perubahan ke kurikulum merdeka belajar diduga akan lebih memperkuat sekularisasi pendidikan di Indonesia.
Sekularisasi pendidikan melalui kurikulum tampak dari upaya memisahkan atau mengesampingkan pembentukan kepribadian, dari kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi atau iptek. Dengan kata lain, pendidikan dirancang untuk menghasilkan individu yang mahir dalam teknologi, tetapi kurang dalam hal kepribadian Islam. Konsep ini tercermin dalam Kurikulum Merdeka Belajar.
Walaupun kurikulum ini dianggap sebagai inovasi karena menekankan pada kemudahan pembelajaran dan minat siswa, tetapi tetap memperlakukan ilmu sebagai sumber materi. Ilmu yang seharusnya didedikasikan untuk membangun peradaban mulia. Namun di bawah sistem pendidikan sekuler, pendidikan hanya untuk meraih capaian-capaian materi dan menjaga eksistensi peradaban kapitalisme. Tak heran, potensi para intelektual hari ini dibajak menjadi buruh-buruh para kapital.
Oleh karena itu kurikulum merdeka belajar justru akan menguatkan sekularisme dan kapitalisme dalam kehidupan. Menghasilkan generasi dengan karakter yang buruk dan memperbudak mereka pada budaya barat yang merusak.
Pendidikan memainkan peran strategis dalam menentukan masa depan individu dan masyarakat. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Sebagai ideologi, Islam menyediakan pedoman yang komprehensif untuk memecahkan berbagai masalah manusia dalam kehidupan. Salah satunya adalah sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam sangat berlawanan dengan sistem pendidikan sekuler kapitalisme. Pasalnya sistem pendidikan Islam dibangun di atas akidah Islam yang memandang bahwa Allah adalah Al-Kholik sekaligus Al-Mudabir pencipta dan pengatur kehidupan manusia. Islam menargetkan terbentuknya generasi berkualitas, beriman, bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin serta menjadi problemsolver.
Generasi yang memiliki ciri seperti itu hanya akan tercipta dari sistem pendidikan yang kurikulumnya didasarkan pada prinsip-prinsip akidah Islam. Sebagai pihak yang diberi amanah melayani dan mengurus umat, maka negara memiliki tanggung jawab menyusun kurikulum pendidikan Islam dalam rangka melahirkan generasi berkualitas, menjadi agen perubahan dan mampu membangun peradaban yang mulia.
Dalam Islam, ilmu ditempatkan pada posisi mulia. Allah memuliakan ilmu juga para ahli ilmu. Allah Swt. berfirman dalam Quran surah Al-Mujadalah: 11 yang artinya:" Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
Ilmu memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengibaratkan ilmu laksana air hujan, sebagaimana sabda Beliau :
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya aku diutus oleh Allah seperti air hujan yang menyirami bumi."
(Hadis Riwayat Bukhari)
Dalam Islam, pengetahuan tidak berdiri sendiri tetapi harus disertai dengan keyakinan. Pengetahuan dan keyakinan adalah dua aspek penting untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu membentuk individu yang memiliki karakter Islam. Oleh karena itu dalam menyusun kurikulum pendidikan, negara akan wajibkan pembelajaran ilmu atau tsaqofah Islam secara menyeluruh dan ilmu-ilmu saintek yang membawa kemaslahatan dalam kehidupan manusia
Para pelajar atau intelektual, dengan pengetahuan mereka, akan menyumbangkan solusi. Dengan keimanan, mereka menyadari bahwa pengetahuan mereka harus memiliki dimensi kehidupan setelah mati. Akibatnya, pengetahuan yang mereka peroleh tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau segelintir orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pelajar, mereka seharusnya menjadi penerang dalam mengatasi kebodohan dan memberikan solusi atas berbagai masalah sosial. Tentu saja semua ini hanya akan terealisasi dalam negara yang menerapkan Islam kafah. Wallahualam bissawab. [GSM]