Alt Title

Gen Z Ku Sayang, Gen Z Ku Malang

Gen Z Ku Sayang, Gen Z Ku Malang

 


Upaya pemerintah dengan menerbitkan Perpres bisa dikatakan 'jauh panggang dari api'

Karena pengangguran ini disebabkan karena derasnya gelombang PHK yang makin tampak dan hampir mendominasi

_________________________


Penulis Ida Rasyidah

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Usia muda adalah usia produktif, di mana di usia itulah seorang manusia menjadi harapan bagi generasi tua yang ruang geraknya terbatas karena faktor usia. Namun, baru-baru ini Kumparan Bisnis melansir bahwa menteri ketenaga kerjaan (MENAKER), Ida Fauziyah, bicara mengenai data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat ada 9,9 juta jiwa penduduk Indonesia yang tergolong usia muda atau Gen Z yang belum memiliki pekerjaan.


Angka tersebut didominasi oleh penduduk yang berusia 18 hingga 24 tahun. Ida mengatakan, angka pengangguran ini terbanyak statusnya sedang mencari pekerjaan usai lepas dari masa pendidikan, tetapi mereka tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ida juga menjelaskan, banyaknya anak muda yang belum mendapat pekerjaan ini disebabkan karena miss match atau tak cocoknya antara pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini terjadi pada lulusan SMA/SMK yang menyumbang jumlah tertinggi dalam angka pengangguran usia muda. (kumparanbisnis.com 20/5/24)


Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia yaitu dengan menerbitkan peraturan presiden (Perpres) nomor 68 tahun 2022 yaitu dengan merevitalisasi pelatihan vokasi, menyambungkan dan menyinkronkan dengan pasar kerja, serta harus ada sinergi terus antara pendidikan dan pelatihan dengan dunia kerja, ujar Ida menambahkan.


Upaya pemerintah dengan menerbitkan Perpres bisa dikatakan 'jauh panggang dari api', karena pengangguran juga disebabkan karena derasnya gelombang PHK yang makin tampak dan hampir mendominasi. Mengapa di negeri ini setiap kali penguasa mengambil kebijakan tak menyelesaikan masalah? Malah menimbulkan masalah baru dan berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks?


Ibarat pepatah, tikus mati di lumbung padi. Rakyat Indonesia menyaksikan sendiri ketidakadilan yang sangat nyata yang dilakukan oleh para penguasa yang hanya mementingkan oligarki, rakyat miskin yang hidup di antara kilauan harta para crazy rich. Rakyat makin dimiskinkan oleh sistem yang dianut di negeri ini.


Sistem demokrasi kapitalis ini memang telah sukses meruntuhkan peradaban dunia, walau umurnya hanya baru satu abad. Sistem ini juga, selain tak beradab, membiarkan hukum rimba di kancah perekonomian yang makin brutal, mematikan hati nurani.


Sebagai contoh, pemerintah berkali-kali mengganti kurikulum, katanya demi perbaikan kualitas hasil pendidikan. Bisa dirasakan sekarang oleh rakyat. Faktanya pendidikan saat ini makin ruwet, apalagi para guru, dengan gaji yang relatif kecil tetapi dihadapkan pada tugas-tugas administratif yang sebetulnya tak berefek pada perbaikan mutu pendidikan.


Hari ini ketika perjuangan rakyat usia muda merampungkan pendidikan mereka di jenjang Sekolah Menengah Atas pun dengan melaksanakan ketetapan dan aturan dari pemerintah, juga dikatakan miss match dengan pasar kerja. Hal ini akan menimbulkan tingginya angka pengangguran serta memicu angka ODGJ dan kriminalitas di usia muda, baik itu dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup atau sekedar melampiaskan rasa frustasi mereka.


Hal yang lebih miris dan melukai hati anak bangsa, ketika tingginya pengangguran di dalam negeri, pemerintah justru dengan mudahnya meloloskan masuknya gelombang turis asing dan aseng yang diizinkan mendapatkan pekerjaan di berbagai pulau di negeri tercinta ini. Mereka hanya bekerja sebagai buruh dan bukan tenaga ahli, jumlah mereka sudah ribuan. Dalam hal ini bisa dikatakan mengkhianati rakyat sendiri.


Usia muda di mata Islam adalah usia yang sangat berpeluang besar pada berbagai kemaslahatan, dunia dan akhirat. Sahabat Rasulullah saw. yang bernama Mus'ab bin Umair misalnya, karena diberi kepercayaan menjadi delegasi dakwah ke Madinah, dengan semangat mudanya beliau mampu mengoptimalkan produktifitasnya dan menjadi sebab tersebarnya Islam hingga sampai kepada kita umat akhir zaman.


Tak ada alternatif lain, untuk bangkit dari keterpurukan ini, hanyalah kembali ke dalam aturan Islam. Pelukan Islam, di mana ketidakadilan-ketidakadilan yang terjadi saat ini akan ditumpas sampai ke akar-akarnya dalam aturan Islam, bukan hanya masalah pengangguran saja yang tertuntaskan, semua masalah kehidupan manusia akan mendapatkan solusinya, secara tuntas.


Dalam Islam, setiap pemimpin wajib menunaikan amanah kepemimpinannya yaitu mengurus rakyat yang dipimpinnya, menjaga mereka dari lapar, dahaga dan ancaman bahaya, dia pelindung dan perisai bagi rakyatnya dan menomorsatukan rakyatnya sebelum dirinya, maka tak ada jalan lain, kembalinya kita pada aturan Islam adalah suatu keharusan. Wallahualam bissawab.