Islam sebagai Solusi Menjaga Ketahanan Pangan
Dalam Islam, negara bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, termasuk beras
Sistem ekonomi Islam menjamin kesejahteraan konsumen dan petani
__________________
Penulis Ressia Afriani
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Menurut laporan Bisnis.com, pemerintah akan memberlakukan secara permanen relaksasi harga eceran tertinggi (HET) untuk beras premium dan medium mulai Juni 2024. Meski HET dinaikkan, dampaknya dianggap tidak signifikan bagi konsumen. Ronny P. Sasmita, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, menyatakan bahwa kenaikan HET ini lebih bersifat formalitas karena harga beras sudah lama berada di kisaran Rp13.000 hingga Rp15.500 per kilogram. Konsumen sudah terbiasa dengan harga tersebut sehingga tidak ada dampak berarti bagi daya beli mereka. Sebaliknya, daya beli sudah tertekan oleh harga yang tinggi sejak lama.
Penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras juga dinilai membantu petani, yang sebelumnya tidak merasakan kenaikan harga beras karena tidak adanya peningkatan HPP. Kenaikan HPP diperlukan agar petani bisa merasakan manfaat kenaikan harga beras. Selain itu, stabilisasi harga dan pasokan pupuk diperlukan untuk menekan biaya produksi di tingkat petani. Pemerintah berencana menerapkan relaksasi HET dan HPP secara permanen mulai bulan depan, dengan peraturan baru dari Badan Pangan Nasional yang ditargetkan terbit pada 31 Mei 2024.
Penetapan HET baru untuk beras premium akan berkisar antara Rp14.900 hingga Rp15.800 per kilogram. Sementara beras medium akan berkisar antara Rp12.500 hingga Rp13.500 per kilogram. HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani akan dinaikkan menjadi Rp6.000 per kilogram, dan HPP gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog akan naik menjadi Rp7.400 per kilogram.
Kenaikan HET Beras Membuat Hidup Rakyat Makin Sulit
Kenaikan HET beras membuat kehidupan rakyat makin sulit, terutama di tengah ekonomi yang lesu, tingginya PHK, dan angka kemiskinan. Sebagai kebutuhan pokok, kenaikan HET beras akan sangat membebani masyarakat, terutama yang miskin. Kondisi ini dapat memicu peningkatan angka kemiskinan, bahkan kelaparan dan stunting.
Kenaikan HET Beras Tidak Meningkatkan Kesejahteraan Petani
Kenaikan HET beras tidak menjamin kesejahteraan petani karena distribusi beras didominasi oleh pengusaha besar. Petani sering kali menjual gabah kepada tengkulak dengan harga lebih rendah karena aturan yang melarang penjualan langsung ke konsumen. Perusahaan besar memonopoli rantai distribusi dari hulu ke hilir, memainkan harga dan pasokan beras, yang merugikan konsumen dan petani. Monopoli ini adalah bagian dari sistem ekonomi kapitalis yang gagal menjamin kesejahteraan petani dan konsumen.
Negara Bertanggung Jawab atas Pemenuhan Kebutuhan Pokok Rakyat
Dalam Islam, negara bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, termasuk beras. Sistem ekonomi Islam menjamin kesejahteraan konsumen dan petani melalui prinsip bahwa negara harus memastikan kesejahteraan setiap individu, sesuai dengan perintah Rasulullah SAW. Jika akar masalah terletak pada produksi, khilafah akan memberikan subsidi bibit, pupuk, dan bantuan lain kepada petani.
Langkah-Langkah Negara untuk Menjaga Stabilitas Harga Beras
Negara memiliki langkah-langkah untuk menjaga stabilitas harga beras dan memastikan distribusi dalam kendali negara, bukan perusahaan. Islam melarang monopoli dan penimbunan barang karena merusak mekanisme pasar. Negara akan memastikan barang-barang tetap terjangkau dan mengikuti mekanisme pasar, kecuali dalam kondisi darurat seperti bencana. Contohnya, Khalifah Umar pernah meminta suplai barang dari Irak saat wilayah Syam terkena wabah. Dengan penerapan konsep ekonomi Islam, harga beras bisa stabil dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Islam melalui sistem pemerintahannya berkomitmen menjaga ketahanan dan pengelolaan pangan secara terkendali. Wallahualam bissawab. [Dara]