Mekanisme Islam dalam Menangani HIV/AIDS
Opini
Pendekatannya tidak hanya mencakup aspek medis, akan tetapi harus disertai oleh sistem politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan
Dengan begitu, maka diharapkan virus ini dapat berkurang hingga akhirnya umat terbebas dari persoalan tersebut
_________________________
Penulis Nurul Aini Najibah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat. Para pegiat kesehatan di Yayasan Grapiks, yang berlokasi di Kompleks Binakarya, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, melakukan berbagai upaya untuk menekan, mengurangi, dan menghentikan penularan penyakit ini. Koordinator Lapangan Grapiks, Vika Nurdian, mengatakan bahwa tahun ini jumlahnya bertambah menjadi 135 kasus. Yang mengejutkan, peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh perilaku menyimpang pada LSL (laki seks laki) dibandingkan pengguna narkoba, jarum suntik dan lainnya.
Vika juga menjelaskan, kasus-kasus penyimpangan seksual yang ditemuinya memiliki berbagai penyebab, misalnya karena orang tersebut pernah merasa sakit hati sehingga menjadi tidak suka pada wanita. Ada juga yang melakukannya karena pengaruh lingkungan misalnya, sejak kecil dikelilingi oleh perempuan di rumahnya, sehingga ia berperilaku layaknya wanita dan menyukai sesama jenis. Bahkan ada juga yang terpapar HIV/AIDS akibat menjual diri karena butuh uang (tribunjabar.id, 5/6/2024)
Fakta bahwa kasus HIV/AIDS meningkat tidak hanya terjadi di Kabupaten Bandung saja, tetapi juga merata di seluruh Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa faktor terbesar penyumbang penyakit ini adalah perilaku seksual, termasuk bergonta-ganti pasangan dan hubungan sesama jenis. Penyebabnya jelas karena gaya hidup masyarakat yang makin tidak terkendali. Kebebasan bertingkah laku dijunjung tinggi dan bahkan dilindungi oleh negara atas nama Hak Asasi Manusia (HAM). Setiap individu bebas melakukan apa yang diinginkan selama tidak melanggar hak orang lain.
Untuk menyolusikan peningkatan kasus HIV/AIDS ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan. Seperti program Si Eling (Promosi dan Edukasi Kesehatan Keliling) untuk memberikan edukasi di lingkungan sekolah mengenai penyakit tersebut, mencakup pencegahan penularan, perlakuan terhadap penyintas, dan kesehatan organ reproduksi. Selain itu, negara juga membuat regulasi seks sehat dengan penggunaan kondom, namun hal ini jelas tidak menyelesaikan masalah. Alih-alih mencegah penularan virus, sebaliknya justru para generasi muda diajarkan untuk berperilaku liberal, yang sebenarnya menyimpang dari aturan Sang Pencipta.
Kenyataannya, upaya pencegahan yang selama ini dilakukan pemerintah ternyata tidak efektif dalam menghentikan penyebaran virus HIV/AIDS. Berbagai program yang ditawarkan hanya merupakan solusi setengah hati dan tidak menangani masalah sampai ke akarnya. Padahal jika dilihat dari fungsinya, negara sangat berperan besar dalam membentuk karakter termasuk kebiasaan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
Umumnya manusia saat ini tidak mau mengikuti atura penciptanya, sehingga ketika ingin memuaskan nafsu syahwat, mereka bebas melakukannya sesuka hati selama tidak merugikan orang lain. Padahal sudah jelas dampak buruk pergaulan akan mengancam nasib generasi muda saat ini. Inilah dampak diterapkannya sekularisme dan liberalisme. Yang menolak campur tangan agama dalam mengatur perilaku manusia.
Fakta di atas seharusnya sudah cukup membuat kita sadar bahwa sekularisme ini tidak pantas dipertahankan lagi. Seharusnya kita beralih ke sistem alternatif yang mampu memberikan kepastian tanpa keraguan, yaitu Islam. Sistem ini datang bukan hanya untuk mengajarkan akhlak yang baik, tetapi juga untuk mengatur kehidupan manusia terhadap seluruh interaksinya.
Sistem Islam berasal dari Allah Swt. sebagai Pencipta yang paling mengetahui tentang manusia dan memiliki kewenangan untuk membuat aturan. Semua masalah dapat ditemukan solusi di dalamnya, termasuk dalam mengatasi masalah HIV/AIDS dengan upaya pencegahan dan pengobatan. Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus ini, yaitu:
Pertama, Islam menerapkan sistem pergaulan sesuai syariat. Yaitu mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan dengan melarang mereka ber-khalwat (berdua-duaan) dan melakukan ikhtilat (campur baur). Dalam bergaul, mereka diwajibkan untuk menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan serta mewajibkan berpakaian yang menutup aurat sesuai dengan ketentuan saat berada di tempat umum atau ruang khusus.
Kedua, memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar batasan yang telah ditetapkan oleh Allah. Contohnya, sanksi bagi pelaku zina, baik yang sudah menikah atau belum, juga bagi pelaku seksual menyimpang. Tujuannya adalah untuk menimbulkan efek jera dan sebagai upaya tebusan bagi pelaku agar terhindar dari azab di akhirat akibat perbuatan dosa tersebut.
Ketiga, sistem Islam menyediakan fasilitas kesehatan gratis bagi warga yang membutuhkan. Negara juga melakukan riset untuk mencari obat bagi penyakit berat seperti HIV/AIDS. Selain itu, mereka diberikan dukungan mental untuk tetap optimis menghadapi masa depan dan bertaubat agar tidak mengulang perbuatan maksiat sebelumnya seperti penyimpangan seksual, zina, dan perbuatan keji lainnya. Karena hal itu diharamkan Allah Swt. Sebagaimana firmanNya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra’ [17]: 32).
Demikianlah, gambaran bagaimana cara Islam memberikan solusi dalam mengatasi HIV/AIDS. Pendekatannya tidak hanya mencakup aspek medis, akan tetapi harus disertai oleh sistem politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan. Dengan begitu, maka diharapkan virus ini dapat berkurang hingga akhirnya umat terbebas dari persoalan tersebut.
Alhasil, sudah saatnya umat kembali kepada aturan yang ditetapkan oleh Allah Swt. yaitu menerapkan syariat secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan. Dengan penerapannya, manusia dapat mencapai kesejahteraan dan menyelesaikan segala problematika dengan sempurna. Wallahualam bissawab. []