Alt Title

Menguatkan Makna Politis Ibadah Haji

Menguatkan Makna Politis Ibadah Haji

 


Maka dari itu kita belajar dari sejarah, bagaimana para haji seharusnya setelah pulang berhaji

Semangat persatuan umat Islam sedunia masih membekas, sehingga menjadi inspirasi untuk segera mewujudkan persatuan umat

______________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Keruntuhan Daulah Islam dan massif-nya serangan sekularisme di Dunia Islam menjadikan ibadah haji hanya sekadar ibadah ritual-spiritual saja. Makna politis dan ideologis ibadah haji telah hilang.


Hampir kebanyakan jemaah yang menunaikan ibadah haji hanya sekadar menggugurkan kewajiban saja untuk menunaikan rukun Islam kelima. Bahkan ada yang menganggap ibadah haji sebagai wisata religi, dan tidak sedikit juga dari para jemaah haji yang belum paham terkait fikih ibadah haji. 


Sebenarnya ibadah haji memiliki potensi besar dalam perubahan sosial dan politik yaitu persatuan dan kesatuan. Ibadah haji adalah simbol kesatuan, simbol tauhid. Selama ibadah haji, para jemaah senantiasa mengumandangkan kalimat talbiyah yang berisi seruan tauhid. Makna lain talbiyah juga sebagai sebuah pengakuan bahwa seluruh kekuasaan hanya milik Allah semata, tidak ada pemilik yang hakiki selain Allah Swt.. 


لبيك اللهم لبيك 

Aku menjawab panggilan-Mu yaa Allah 

لبيك لا شريك لك لبيك 

Tidak ada sekutu bagi-Mu 

ان الحمد و النعمة لك 

Sungguh segala pujian, kenikmatan 

والملك لا شريك لك 

Dan kekuasaan adalah milik-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu 


Ibadah haji adalah tempat berkumpulnya jutaan umat Islam di seluruh dunia. Mereka berkumpul di Padang Arafah, di Mina, lalu melaksanakan thawaf dan sa'i secara bersama-sama. Inilah kegemilangan ajaran Islam yang mampu mengikat manusia dalam satu ikatan yakni akidah Islam 


Ibadah haji juga sebagai ibadah yang bisa menguatkan peran para haji dalam sosial dan politik. Pada masa penjajahan, jemaah haji selain pergi ke Mekah untuk ibadah haji, jemaah haji memanfaatkan waktu juga untuk belajar, dari belajar akan tumbuh semangat untuk bangkit melawan penjajah.


Jadi sepulang dari Mekah mendapatkan kecerdasan politik untuk bangkit. Sejarah mencatat adalah para ulama Aceh yang telah lama tinggal di Mekah dan ketika kembali ke Aceh turut berkontribusi dalam perang Sabil (1873-1912), para haji ikut berperang sebagai upaya menentang agresi Belanda di Serambi Mekah.


Belanda sangat ketakutan, Belanda memandang ibadah haji sangat berbahaya bagi kelangsungan pemerintah Belanda di Indonesia. Sehingga jelas bahwa ibadah haji pada zaman dahulu bisa memberi pengaruh yang luar biasa. 


Maka dari itu kita belajar dari sejarah, bagaimana para haji seharusnya setelah pulang berhaji. Semangat persatuan umat Islam sedunia masih membekas, sehingga menjadi inspirasi untuk segera mewujudkan persatuan umat.


Sangat penting untuk membina jemaah haji akan kesadaran berpikir politik menjadi haji mabrur maqbul, kemabruran dalam haji mampu memberikan dampak pada individu sehingga menjadi lebih taat. Juga berdampak secara sosial dan politik untuk kebaikan negeri ini.


Sebagaimana dulu, dengan semangat ketaatan seharusnya para haji mampu mengajak, mampu mengarahkan umat untuk menentang penjajahan modern yang hari ini terwujud dalam penjajahan politik dan ekonomi.


Dengan memahami pesan haji wada Rasulullah saw., para haji sudah selayaknya berkontribusi dalam usaha transformasi kepemimpinan Indonesia menuju penerapan syariat Islam secara kafah. Wallahualam bissawab. [SJ

Shinta Mardiyah