Alt Title

Mom and Dad or Whoever, Please Don't Confuse Me (Ibu dan Ayah atau Siapa pun, Tolong Jangan Membuatku Bingung) Part 1

Mom and Dad or Whoever, Please Don't Confuse Me (Ibu dan Ayah atau Siapa pun, Tolong Jangan Membuatku Bingung) Part 1

 


Sebenarnya, Akila punya pendapat dan keinginannya sendiri

Namun, Akila tidak bisa mengungkapkan kepada kedua orang tuanya

______________________________


Penulis Siti Aminah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, KISAH - "Jangan membuatku bingung" adalah kata dari 4 orang sahabatku yang sedang berproses dalam hijrahnya. Btw, aku menulis ini sudah mendapatkan izin dari 4 sahabatku ini ya guyss. Siapa tahu jadi inspirasi buat kamu yang sedang membacanya, aamiin.


Sebut saja nama temen-temenku itu Akila, Bela, Caca, Dinar (biar ABCD hehe). Ini nama samaran ya, guyss kalo ada kesamaan nama atau tempat, tidak bermaksud untuk menyinggung pihak mana pun, hehe.


Nah kisah yang pertama, kita mulai dari kisah berprosesnya hijrah Akila.


Akila ini anak yang baik, penurut, ibunya pun baik (agamis), ayahnya juga baik. Dulu waktu Akila SMA, pakaiannya itu syar'i. Dia seperti itu karena Akila nurut kepada orangtuanya dan ia pun sadar akan kewajiban menutup aurat.


Namun saat Akila lulus dari SMA, Akila tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Akila memilih untuk bekerja karena faktor ekonomi yang mengharuskan dia bekerja, juga karena melihat kondisi kedua orang tuanya. Ayahnya, seorang buruh harian yang berpenghasilan tidak menentu setiap bulannya. Sedangkan, ibunya seorang ibu rumah tangga.


Akila bekerja di sebuah pabrik yang di mana di pabrik itu kebanyakan tidak boleh memakai baju syar'i dan khimar (kerudung) yang panjang. Alias bajunya itu ada seragamnya sendiri seperti kemeja tetapi tangannya pun pendek, dan celananya juga harus jeans. Akhirnya, Akila saat bekerja itu tidak memakai pakaian sesuai aturan Islam.


Seiring berjalannya waktu, ibunya Akila yang (agamis) mulai sering memarahi Akila karena dia saat bekerja tidak memakai pakaian sesuai aturan Islam. Belum lagi ayahnya yang hanya mendiamkannya jika sang ibu sedang memarahinya.


Akila merasa bingung harus seperti apa, kenapa? Karena setiap bulan pasti saja ibunya memarahi atau menasihati dia dengan nada yang sedikit menyindir. Namun ketika akhir bulan tiba saat Akila menerima upah kerjanya, ibunya sangat senang karena Akila memberikan setengah uang upahnya untuk ibunya, dikarenakan bisa membantu perekonomian keluarga.


Nah, Akila merasa bingung kenapa respon ayah dan ibunya seperti itu. Bahkan uang upah hasil jerih payahnya dinikmati. Terkadang pula pergi berlibur dari uang yang Akila berikan. Namun, saat Akila berangkat bekerja, dia suka disindir sang ibu karena pakaiannya. Akila berpikir, dia rela berpakaian kaya gini juga untuk bantu dan nyenangin ayah ibunya. 


Sebenarnya, Akila punya pendapat dan keinginannya sendiri. Namun, Akila tidak bisa mengungkapkan kepada kedua orang tuanya.


Kita next dulu ke cerita Bela yaa.

Bela anaknya baik, tapi agak keras kepala, egonya sedikit tinggi, dan dia selalu punya pendapat sendiri, tidak mau kalah deh. Walaupun begitu, jika mendapatkan nasihat dan support yang baik sehingga membuatnya nyaman, dia bisa jadi penurut bangettt lohhh. Ya walaupun harus agak digertak dikit sih baru nurut, hihi.


Untuk ibunya Bela, beliau seorang yang agamis banget dan guru ngaji juga. Ayahnya seorang pekerja kantoran yang berangkat pagi, pulangnya malam.


Bela udah belajar memakai kerudung sejak kecil, karena diajarkan oleh ibunya. Waktu SMA juga, dia paling semangat banget dalam memberitahu teman-temannya tentang pentingnya menutup aurat.


Saat Bela melanjutkan ke perguruan tinggi, Bela gak lagi menutup aurat secara sempurna. Bela pun menyadarinya karena pengaruh lingkungan dari sirkel perkuliahannya.


Ibunya sering marah karena dia sangat berubah dalam berpakaian, yang asalnya Bela gamisan sekarang jadi ikut tren pakaian ke Korea-koreaan. Ibunya pun sangat tegas sampai membuang dan membakar pakaian Bela yang ke barat-baratan itu. Namun, sang ayah sering datang dan membela Bela sehingga sebagian pakaian Bela yang ke barat-baratan itu tidak dibakar semuanya.


Waktu terus berlalu, ibunya Bela terus ingin membuang dan membakar pakaian Bela yang tidak pantas digunakan oleh wanita muslimah. Sang ayah sering kali membela Bela, sehingga membuat orang tua Bela sering berdebat perihal anaknya yang tidak menutup aurat.


Ibunya ingin agar Bela menutup aurat, sedangkan ayahnya membebaskannya asalkan Bela bisa menjaga diri. Namun ibunya khawatir karena itu semua bisa memancing kepada kemaksiatan. Perdebatan itu sering didengar oleh Bela. Bela bingung harus bertindak seperti apa, harus mendengarkan pendapat ayah atau ibunya.


Kita lanjut dulu ke cerita Caca.

Caca itu anak yang baik banget, rajin pintar dan salihah. Wah pokoknya perempuan idaman banget deh


Saat SMA, Caca ini sangat syar'i banget, bahkan saat lulus SMA itu dia berkeinginan masuk pesantren, tetapi keinginannya tidak terpenuhi, karena kedua orang tuanya menginginkan Caca untuk melanjutkan kuliah.


Caca pun menuruti permintaan kedua orang tuanya dengan syarat kalo Caca kuliah, Caca ingin memakai cadar. Sontak saja, orang tuanya sangat syok saat mendengarnya, karena menurut kedua orang tuanya dengan berkerudung panjang dan pakai baju gamis saja udah cukup. Jadi gak perlu memakai cadar. Namun demi sang anak melanjutkan ke jenjang perkuliahan karena untuk masa depannya, akhirnya kedua orang tuanya mengizinkannya. 


Btw, kedua orang tua Caca ini berpendidikan tinggi dan sangat bekerja keras. Mereka selalu berangkat pagi untuk bekerja dan pulang malam. Sehingga Caca tidak punya tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya.


Meski begitu, Caca selalu ikut kajian agar dirinya tidak merasa sendiri dan tentunya Caca mempunyai banyak teman-teman taat.


Seiring berjalannya waktu, kedua orang tua Caca mendengar bisik-bisik tetangga, eaaa. Para tetangga itu bergosip yang terdengar langsung oleh ibu Caca sendiri. Salah satu perkataan para tetangganya itu, "Lihat tuh orang tua Caca pakaiannya gak kaya anaknya, masa anaknya agamis, ibunya enggak." Mulai dari sanalah Caca dilarang memakai cadar oleh ibunya. 


Dan yaa Caca bingung harus kaya gimana.


Sedangkan Dinar

Dinar adalah anak yang berasal dari keluarga yang sangat harmonis, agamis dan berpendidikan tinggi yang senang untuk saling berkomunikasi. Perjalanan hijrah Dinar sangat didukung oleh kedua orang tuanya. Namun Dinar sering kali down karena terkadang terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya.


Sesekali Dinar sangat ingin bergaul, ingin kaya teman-temannya yang dibebaskan dalam segala hal. Padahal Dinar juga tahu kalau hal-hal itu tidak baik ketika Dinar ingin melakukannya.


Dinar bingung karena orang tuanya terlalu kurang update dalam memahami anak muda zaman sekarang.


Solusinya komunikasi. Yups komunikasi hanya ngobrol dengan enjoy, santai nyaman.

Bersambung [SJ]