Alt Title

Peliknya Tata Kelola Air di Negeri Ini

Peliknya Tata Kelola Air di Negeri Ini

 


Secara umum pemenuhan hajat hidup di bidang air masih sangat buruk

Walau di tengah-tengah masyarakat banyak sumber air sekalipun, seringkali untuk memperoleh air bersih masih harus membeli

_________________________


Penulis Ina Winahyu Rianti

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - World Water Forum (WWF) kembali digelar pada 18- 25 Mei 2024 dimana Indonesia menjadi tuan rumahnya dengan agenda membahas isu-isu konversi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi serta mitigasi bencana alam. Ajang pertemuan ini merupakan agenda 3 tahunan yang sudah rutin digelar, yang ini merupakan kali ke 10. 


WWF adalah pertemuan internasional yang membahas tentang isu-isu air secara global. Tujuannya merumuskan kebijakan tata kelola air dan sanitasi dunia. Banyak harapan yang digantungkan dari pertemuan dan penyelenggaran WWF ini, terutama bagi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk dan sumber air yang banyak dengan letak geografis yang khas. Namun apakah dengan andilnya Indonesia ini mampu melahirkan solusi persoalan tata kelola air dan apakah mampu menyejahterakan rakyat dari sisi pemenuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga, pertanian dan industri?


Faktanya sebagian besar rakyat masih kesulitan memperoleh air bersih dengan mudah dan bisa memanfaatkannya sesuai kebutuhan. Untuk kebutuhan rumah tangga saja rakyat masih harus membeli air, terlebih untuk kebutuhan pertanian dan industri. Petani dan pelaku industri harus mengupayakan kebutuhan airnya dengan merogoh kocek dalam-dalam untuk pemenuhannya demi keberlangsungan usahanya. Belum lagi kondisi masyarakat yang berada di daerah yang sulit air karena tidak tersedianya sumber-sumber air, sangat memprihatinkan. Saat bencana pun, air bersih yang menjadi kebutuhan pokok tidak terpenuhi.


Secara umum pemenuhan hajat hidup di bidang air masih sangat buruk. Walau di tengah-tengah masyarakat banyak sumber air sekalipun, seringkali untuk memperoleh air bersih masih harus membeli. Sangat ironis di bumi yang tersedia sumber-sumber air yang melimpah, danau, sungai, rawa, laut tetapi rakyatnya masih kesulitan memperoleh air bersih untuk keseharian. Dan kalaupun tersedia harus dibeli.


Inilah potret buruk sistem kapitalis dalam tata kelola air. Sumber-sumber air yang seharusnya dikelola oleh negara untuk kemanfaatan hajat hidup banyak orang tetapi oleh negara diberikan izin pengelolaan kepada perseorangan atau sekelompok orang saja untuk menguasai dan mengelolanya. Bagaimanapun gencarnya upaya-upaya menangani masalah air yang digalakan selama yang menjadi acuan solusinya masih kapitalis tidak akan tuntas. Karena pasti akan lebih mementingkan kelompok tertentu, investor atau kalaupun negara yang mengelola pasti menghitung untung rugi bukan sebagai bentuk ri'ayah terhadap rakyat.


Dalam Islam pengelolaan dan peruntukan barang-barang yang menjadi hajat hidup banyak orang sudah diatur, termasuk masalah air. Setiap individu berhak mendapatkan kemanfaatan sesuatu yang termasuk dalam kepemilikan umum. Kepemilikan umum adalah sesuatu yang dibutuhkan masyarakat umum seperti padang gembalaan, sumber-sumber air, tambang. Dari sifatnya yang tersedia dalam jumlah banyak sehingga tidak akan habis, tidak boleh dimonopoli oleh seseorang atau segelintir orang. Negara tidak dibenarkan mengizinkan orang-orang tertentu saja untuk memiliki dan mengelolanya. Harta itu hakekatnya milik Allah. Allah memberi hak penuh kepada manusia untuk menguasai dan menggunakannya. Namun penguasaan dan penggunaan hak milik terhadap barang-barang tersebut telah diatur sesuai izin dari pemilik-Nya (Allah). Negara yang menerapkan aturan Islam termasuk dalam sistem ekonominya, akan menjamin pemenuhan kebutuhan air bagi rakyatnya untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraannya, sebagai bentuk ri'ayah syu'unil ummah. Tidakkah kita umat Islam rindu diterapkannya sistem Islam dalam setiap sendi kehidupan, yang akan membawa kesejahteraan bagi umat? Wallahualam bissawab. [GSM]