Alt Title

Rafah

Rafah

 


Selama ini nasehat yang ia dengar pun menjadi sebuah kenyataan yang menghampirinya

Sejauh apapun kamu berjalan, kamu akan menemukan tempat kembalimu adalah Allah

_________________________


Penulis Fathimah Aini

Siswa SMAIT Insantama


KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI - Rafah, nama yang memiliki arti rumah. Saat ini mungkin kita lebih mengenal Rafah sebagai sebuah sejarah pembantaian terbesar di dunia yang terletak di Palestina. Sebuah sejarah besar yang membuka mata seluruh dunia, bahwa keadaan tidak baik-baik saja. Bahwa keadilan dan kesejahteraan yang digaung-gaungkan oleh para pemimpin dunia hanyalah pemanis belaka. Sebagai obat penenang sementara, agar masyarakat tidak merengek. Dunia saat itu disadarkan kembali oleh kejadian tersebut. Dan itulah awal dari sebuah kebangkitan masyarakat dunia.


Saat memberi nama, orang tuanya memiliki harapan besar bahwa Rafah akan menjadi seorang syahidah yang akan membebaskan bumi Allah dari kebatilan dan kesengsaraan. Menjadi seseorang yang dapat memberikan rasa tenang pada umat. Namun untuk menggapai mimpi itu tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dihadapi, dipelajari, dan dinikmati. Pada prosesnya, tantangan, air mata, dan kesukaran menjadi makanan sehari-hari. Akan tetapi, bukankah untuk mencapai hal yang besar itu membutuhkan pengorbanan yang besar pula?


Dan inilah torehan kisah seorang gadis bernama Rafah dengan perjuangan untuk menemukan arti dari hidupnya.


Malam dingin yang menusuk tulang, terlihat seorang gadis yang sedang berlari meninggalkan asramanya. Dengan tas yang hanya berisi laptop, ia berlari meninggalkan asrama. Ketakutan  menyelimuti hati kecilnya. Dengan sepatu di kakinya, dia pergi menuju rumah temannya. 


Deru nafas membelah jalanan yang dilalui. Ditemani lampu jalan yang redup dan cahaya bulan, dia terus berlari. Tujuannya hanya satu, lari dari ketakutan dan masalah yang dirasakan. Saat menengok ke belakang ia melihat seluruh alur hidup yang telah dilalui. Seketika penyesalan ada dalam dadanya. 


Sampailah dia di rumah temannya. Dia pun menceritakan seluruh keluh-kesah dan ketakutannya hingga tertidur. Esok paginya keadaan kembali seperti semula. Namun dia tidak ingin kembali ke sekolah. Dia pun memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. 


Dalam langkah kaki yang membawa dirinya tanpa arah, ia mulai berpikir dan merenung. Muncullah kemudian sebuah pertanyaan, "Apa yang dicari dari ini semua? Bagaimana caranya ke luar dari semua ini?" Saat sudah merasa lelah, dia kembali ke sekolah dan diberi senyuman manis oleh pak satpam. 


Seiring berjalannya waktu, tidak ada perubahan dalam dirinya. Banyak nasehat yang datang pada dirinya. Namun dia merasa bukan ini yang dia butuhkan sekarang. Hatinya berkata lain. Ada hal lain yang harus dia cari. Tujuan dalam pencariannya hanya dua: kebahagian dan ketenangan. Dia terus kabur dari masalahnya dengan melanggar aturan sekolah dan asrama. Semata-mata pergi malamnya itu untuk merenung dan mencari ketenangan. Hingga tiba saatnya ia menanggung seluruh konsekuensi. Ia mendapatkan surat peringatan dari sekolahnya. Tidak ada penyesalan dalam dirinya sama sekali. Dia sudah memprediksikan, bahwa ia akan menerima hal tersebut. 


Namun, ia lupa bahwa Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya di jurang kegelapan.... 


Surat pun diumumkan di depan seluruh siswa. Dirinya diberi hukuman mengenakan kerudung oren selama satu pekan dan diminta bertaubat. Saat dia maju ke depan pun tidak ada muka penyesalan dalam dirinya, dia hanya tersenyum. Beberapa temannya bahkan ada yang mengajaknya berfoto. Ia pun merasa aneh, tetapi diikuti saja. "Sesekali", gumam dalam benaknya. Hari itu ia mencoba menikmatinya dan biasa saja. 


Waktu sore pun tiba. Setelah salat ashar berjamaah, angkatannya diminta berkumpul untuk bertemu direktur kesiswaan. Direktur kesiswaan adalah salah satu orang yang ia hormati dan kagumi. Semangat ia akan kembali, jika melihat Bapak tersebut menyemangati. Saat memasuki ruangan, ia mencoba bersembunyi untuk tidak dilihat oleh Beliau. Namun, bagaimana lagi... ia satu-satunya yang memakai kerudung oren di situ. Ia pun ditanya, "Mengapa oren?" Lalu ia disuruh bertaubat dengan benar dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali. Seluruh senyuman yang ia pancarkan seketika luntur. Ada rasa tidak tenang dalam dirinya, "Kenapa ini?"


Setelah acara selesai, atmosfer bahagia mengudara dalam ruangan. Mereka diberikan minuman capcin gratis oleh Direktur Kesiswaan. Saat selesai pembagian capcin, satu angkatan pun berfoto bersama dengan ia sebagai pemegang kamera. Saat itu ia merasakan terbawa arus waktu. Ia tidak mengenali dirinya sendiri. Aura kebahagian terlihat dalam momen itu, nampak semua tersenyum. Namun, mengapa dalam dirinya tidak. Ia seperti dalam dunia yang berbeda dengan teman-temannya. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. 


Saat ia tersadar, salah satu temannya memegang bahunya. “Ini salah, kamu tahu harusnya gak seperti ini. Kamu tahu kan ini salah....” Air mata pun jatuh dari pelupuk matanya. Seluruh kekuatannya hilang seiring dengan derasnya air mata. Ketakutan menyelimuti dirinya. Senyuman yang selama ini ia tampakan pun seketika menghilang. Ia tersadar, bahwa dirinya telah jatuh terlalu jauh ke dalam jurang. Di situ ia merasakan Allah memeluk dirinya.... 


Allah mengabulkan doanya, tetapi dirinya menolak seluruh kenyataan itu. Ia masih terkurung dengan rasa takutnya sendiri. Dirinya selama ini tidak mengizinkan cahaya masuk ke dalam dirinya, karena ia terlalu takut. Ia merasa terlalu buruk untuk mendapatkan itu semua. Namun dirinya lupa, bahwa Allah Maha Baik dan Maha Pengampun. Allah terlalu Penyayang untuk meninggalkan hamba-Nya sendirian dalam kegelapan. Ketenangan yang selama ini ia dambakan, perlahan tapi pasti telah kembali hadir menyelimuti jiwanya. Penyesalan dan ketakutan bersatu padu dalam hatinya. 


Sore itu menjadi 'timing' pelajaran besar bagi dirinya untuk memaafkan dirinya sendiri, mengizinkan cahaya untuk menyinari hidupnya, mengizinkan Allah untuk memeluk dirinya, dan menyelesaikan seluruh permasalahan dirinya. Selama ini nasehat yang ia dengar pun menjadi sebuah kenyataan yang menghampirinya. Bahwa sejauh apapun kamu berjalan, kamu akan menemukan tempat kembalimu adalah Allah. [By]


Bogor di awal Juni 2024