Solusi Gen Z Nganggur dalam Perspektif Islam
Opini
Departemen Pendidikan menyelenggarakan pendidikan berbasis Islam yang menghasilkan teknokrat dan ilmuwan dengan landasan syakhsiah Islam
Hal ini membentuk generasi yang mampu mengelola sumber daya alam menjadi teknologi canggih, yang disediakan gratis oleh negara
______________________________
Penulis Ummu Qianna
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Sahabat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Viral video menunjukkan ratusan pelamar kerja antre untuk melamar di Warung Seblak Bang Satria di Pasar Sindangkasih, Ciamis. Video 29 detik tersebut memperlihatkan para pelamar membawa amplop cokelat berisi surat lamaran untuk wawancara pada 17 Mei 2024. Warung tersebut membutuhkan 20 karyawan, tetapi menerima 200 pelamar.
Video ini menggambarkan sulitnya mencari pekerjaan saat ini, bahkan untuk pekerjaan sederhana seperti di warung seblak. Dari 200 pelamar, hanya 20 yang diterima, sementara 180 lainnya harus mencari pekerjaan lain. Kesulitan ini membuat banyak generasi muda, atau Gen Z, patah semangat dan memilih untuk menganggur.
Dilansir dari kumparan.com Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), menyatakan bahwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 9,9 juta penduduk Indonesia dari generasi muda (Gen Z) yang belum memiliki pekerjaan. Mayoritas dari mereka berusia 18 hingga 24 tahun.
Ia menjelaskan bahwa sebagian besar pengangguran ini terdiri dari mereka yang baru menyelesaikan pendidikan dan sedang mencari pekerjaan, tetapi belum mendapatkannya. Penyebab utamanya adalah ketidakcocokan antara pendidikan dan pelatihan yang mereka terima dengan kebutuhan pasar kerja.
Lulusan SMA/SMK merupakan kelompok yang menyumbang jumlah tertinggi dalam angka pengangguran usia muda. Pemuda yang tidak bersekolah dan tidak bekerja dianggap tidak produktif karena potensinya tidak dimanfaatkan. Jumlah pemuda yang menganggur dianggap sebagai risiko yang dapat mengurangi potensi penerimaan pajak di masa depan.
Alih-alih mempersiapkan masa depan yang terbaik bagi Gen Z, pemerintah malah mengkhawatirkan sulitnya meningkatkan penerimaan negara melalui pajak karena jutaan Gen Z masih menganggur. Banyaknya generasi muda yang tidak bekerja berdampak negatif pada negara. Termasuk di dalamnya adalah penurunan penerimaan pajak karena kurangnya pendapatan untuk pajak penghasilan, terhambatnya pertumbuhan ekonomi karena kurangnya kontribusi pada konsumsi dan produksi, penurunan tabungan masyarakat yang diperlukan untuk pembangunan, beban sosial dan ekonomi dalam bentuk bantuan sosial dan layanan kesehatan, serta ancaman terhadap pencapaian komitmen Indonesia Emas 2045.
Dampak-dampak ini menegaskan bahwa kekhawatiran pemerintah atas jutaan Gen Z yang menganggur adalah terkait dengan kemunduran ekonomi negara, tidak hanya mengenai masa depan generasi yang terancam.
Sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan di Indonesia membolehkan penguasaan sumber daya alam oleh perusahaan lokal, swasta, dan asing. Akibatnya, penyerapan tenaga kerja diserahkan pada mekanisme pasar, dengan investasi yang lebih banyak padat modal daripada padat karya, sehingga lapangan kerja sulit diperoleh.
Faktor lain yang menyumbang pengangguran adalah kemalasan individu, cacat, usia lanjut, dan rendahnya pendidikan. Sekitar 74% tenaga kerja Indonesia hanya berpendidikan SD dan SMP. Hal ini menyebabkan jutaan Gen Z menganggur, yang dianggap sebagai dampak dari sistem kapitalisme.
Selain itu, biaya pendidikan tinggi yang makin mahal, seperti uang kuliah tunggal (UKT), membuat banyak anak bangsa kesulitan melanjutkan pendidikan. Dari 3,7 juta lulusan SMA/SMK/MA, hanya 1,8 juta yang melanjutkan ke PTN/PTS, karena biaya masuk PTN mencapai Rp14,47 juta, menurut Deputi Menteri Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK. Kondisi ini makin mengubur masa depan generasi pada pemisahan agama dari kehidupan.
Islam mempersiapkan pemuda menjadi generasi unggul melalui beberapa langkah negara. Departemen Pendidikan menyelenggarakan pendidikan berbasis Islam yang menghasilkan teknokrat dan ilmuwan dengan landasan syakhsiah Islam, mampu mengelola sumber daya alam menjadi teknologi canggih, yang disediakan gratis oleh negara.
Selain itu, negara mendirikan industri untuk mengelola kekayaan milik umum dan menyerap tenaga kerja dari masyarakat, termasuk pemuda, yang dikelola sesuai aturan Islam untuk kemaslahatan umum.
Departemen Pendidikan juga menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk mencetak ulama, pemimpin, dan ahli agama. Sehingga generasi muda dapat menjadi pemimpin yang berkontribusi pada masyarakat, bukan menganggur.
Dalam sistem Islam juga sumber daya alam seperti tambang, hutan, sungai, laut, dan gunung dianggap sebagai milik umum dan tidak boleh diswastanisasi. Negara mengelola kekayaan alam ini untuk kepentingan rakyat melalui industrialisasi, yang menciptakan banyak lapangan kerja.
Negara menyediakan sistem pendidikan Islam yang menghasilkan generasi dengan kepribadian Islami dan kompetensi tertentu. Serta menawarkan pendidikan gratis dengan semua fasilitas yang diperlukan.
Generasi muda dalam negara yang menerapkan sistem Islam dapat memilih untuk bekerja setelah menyelesaikan pendidikan dasar atau melanjutkan ke perguruan tinggi hingga tingkat doktoral (S3) tanpa biaya.
Negara memastikan tidak ada pemuda yang menganggur dan memaksimalkan potensi mereka untuk umat, sehingga berkontribusi pada kemajuan peradaban. Wallahualam bissawab. [SJ]