Study Tour: Jangan Hanya Untung Semata Keamanan Tidak Dijaga
Analisis
Hal ini terjadi karena akar masalahnya bukan apakah study tour itu dilaksanakan atau tidak
Akar masalahnya adalah diterapkannya sistem kapitalisme di negeri ini yang tentu berimbas pada tata kelola transportasi
_________________________
Penulis Afriyanti
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Narasumber Binar Islam Bekasi
KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Kegembiraan dan suka cita usai kegiatan perpisahan sekolah seketika menjadi kesedihan dan duka yang mendalam. Terutama dirasakan keluarga korban ketika bus yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok mengalami kecelakaan di jalan Raya Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Subang, Jawa Barat pada Sabtu malam, 11 Mei 2024 lalu. Akibat kecelakaan maut ini setidaknya 11 orang meninggal dunia. Di antaranya ada 9 orang siswa, 1 guru dan 1 warga lokal. (Kompas.com, 12 Mei 2024).
Kecelakaan maut ini terjadi ketika rombongan siswa yang berasal dari Depok tersebut mengadakan acara perpisahan kelas XII di Bandung. Acara tersebut dilaksanakan pada 10-11 Mei 2024. Dengan menggunakan 3 bus, sebanyak 112 siswa dan 28 guru berpartisipasi dalam acara tersebut. Usai acara, bus Putera Fajar yang membawa rombongan kembali dari Bandung menuju ke Depok via Subang. Namun nahasnya, di tengah perjalanan bus mengalami tragedi kecelakaan maut yang mengerikan.
Disinyalir, kecelakaan disebabkan karena permasalahan rem blong. Sebelumnya diketahui bahwa sopir sempat memperbaiki rem. Namun karena kontur jalan yang menurun, sopir bus kesulitan mengatur laju kecepatan bus. Sopir bus juga mengaku sempat mencari emergency safety area namun tidak menemuinya sehingga ia berinisiatif membanting bis ke kanan jalan dan menabrakkannya ke tiang listrik.
Sementara dari hasil pengamatan di lokasi perkara, polisi tidak menemukan jejak rem. Pihak kepolisian mengatakan bahwa di lokasi hanya terdapat bekas ban. Polisi menduga selain kegagalan pada fungsi rem bus, ada kemungkinan pengemudi panik dan tidak mampu mengontrol bus saat kecelakaan maut terjadi. Selain itu, TKP juga merupakan jalur rawan kecelakaan. Sementara Direktur Jendral Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan Hendro Sugiatno menuturkan sebenarnya bus Fajar Putera tidak memiliki izin angkutan dan tidak melakukan perpanjangan uji berkala yang telah kadaluarsa sejak 6 Desember 2023 (Tempo.co, 13 Mei 2024).
Sumber lain yaitu Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Subang, Djamaluddin mengatakan kecelakaan bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok di Ciater Subang diakibatkan oli dan rem angin bocor. Dari pemeriksaan oleh KNKT ditemukan bus tampak dari luar begitu bagus layaknya bus high-deck dengan keluaran terbaru namun tampilan luar itu merupakan hasil modifikasi. Bus tersebut dibuat tahun 2006 di mana rangka besi dan sasisnya buatan pabrik Hino tetapi bus tersebut dimodifikasi jadi layaknya high-decker.
Kecelakaan rombongan SMK Lingga Kencana ini memicu kebijakan pelarangan atau membatasi kegiatan study tour, outing class atau tamasya di luar kota di beberapa daerah. Tidak terkecuali di wilayah Bekasi. Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bekasi mengharapkan para Kepala Sekolah di lingkungannya untuk mempertimbangkan kembali kegiatan tersebut.
Diharapkan agar kegiatan di luar sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan tamasya semata tetapi diarahkan untuk perkembangan siswa. Setiap kegiatan yang dilakukan mesti ditujukan agar menunjang proses pembelajaran siswa dan terdapat nilai edukasi sehingga tempat tujuan kegiatannya adalah tempat-tempat yang memiliki nilai edukasi di antaranya pusat perkembangan ilmu pengetahuan, pusat kebudayaan, dan destinasi wisata edukatif lokal atau di dalam kota. Bahkan bisa menjadikan industri sebagai tujuan wisata.
Pada dasarnya study tour merupakan kegiatan di luar kelas yang bertujuan untuk mempelajari proses yang sebenarnya langsung di lapangan. Kegiatan tour sendiri diadakan karena kebutuhan siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung. Tidak mungkin menghadirkan setiap peristiwa ke dalam kelas untuk dipelajari dan diamati secara langsung setiap waktu.
Namun mirisnya fakta yang ada di lapangan justru sebaliknya, seringkali study tour justru menghantar kepada kemudharatan yang lebih banyak. Mulai dari aktivitas antara siswa laki-laki dan perempuan yang tidak ada batas, ajang pamer fasilitas sekolah, sampai menjeritnya para ibu dikarenakan biaya study tour yang tidak murah.
Munculnya larangan study tour menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagian masyarakat yang mendukung kebijakan tersebut didorong karena pertimbangan keamanan yang menyebabkan kecelakaan yang menimpa rombongan sekolah sudah kerap kali terjadi. Dalam kurun waktu 2 tahun dengan rentang 2022-2024 saja jumlah kecelakaan serupa mencapai belasan (Tempo.co, 14 Mei 2024). Di samping juga ada alasan ekonomi karena kerap kali biaya yang harus dikeluarkan orang tua untuk biaya study tour cukup besar bagi sebagian masyarakat. Sementara sebagian masyarakat yang menolak berpendapat bahwa study tour ke luar kota penting untuk menambah wawasan dan pengalaman yang diperlukan dalam proses belajar.
Sesungguhnya jika kita telaah pro kontra yang terjadi di masyarakat mengenai kebijakan larangan atau pembatasan itu suatu hal yang wajar terjadi karena memang kebijakan tersebut tidak dapat menjadi solusi dari persoalan yang ada. Hal ini terjadi karena akar masalahnya bukan apakah study tour itu dilaksanakan atau tidak, atau dilaksanakan di luar kota atau di dalam kota, tetapi akar masalahnya adalah diterapkannya sistem kapitalisme di negeri ini yang tentu berimbas pada tata kelola transportasi.
Sistem kapitalisme menghilangkan peran negara dan penguasa sebagai periayah dan pelayan umat. Negara hanya sebagai regulator dan fasilitator dalam mengelola negara dan meriayah umat. Pelaksananya di lapangan adalah swasta yang tentunya mengedepankan keuntungan semata dengan tidak segan-segan mengabaikan sisi keamanan dan keselamatan.
Di satu sisi sistem transportasi mulai dari sarana jalan, kendaraannya dan alat-alat yang berhubungan dengan transportasi itu membutuhkan investasi yang besar sehingga pihak swasta akan membebankan biaya tersebut ke masyarakat sebagai pengguna dengan menetapkan harga yang tinggi atau dengan menekan harga tetapi mengabaikan sisi kenyamanan bahkan keamanan dan keselamatan.
Study tour atau yang sejenisnya menurut sebagian besar ulama di bolehkan jika kegiatan itu bertujuan untuk mempertebal keimanan kepada Allah seperti dalam QS. Al-Mulk ayat 15 dan QS. Al-An'am ayat 11. Demikian juga diperbolehkan berwisata dalam rangka menuntut ilmu seperti dalam QS. AT-Taubah ayat 112. Sementara itu menurut ulama juga diperbolehkan berwisata dalam rangka untuk melepas kelelahan atau letih dalam menuntut ilmu sehingga diharapkan setelah itu fresh dan semangat kembali dengan catatan wisata yang dilakukan tidak bertujuan atau berpotensi akan terjadinya kemaksiatan dan mengancam keselamatan jiwa dan raga sebagaimana QS. Al-Luqman ayat 19.
Sedangkan transportasi sebagai salah satu sarana terlaksananya kegiatan study tour akan terlaksana dengan baik dan sesuai syariat Islam jika dikelola dalam sistem Islam. Hal ini karena dalam sistem Islam negara berperan dan bertanggung jawab penuh secara langsung dalam memenuhi semua kebutuhan rakyatnya termasuk kebutuhan transportasi dan jaminan akan keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam transportasi.
Untuk itu negara akan menjamin ketersediaan moda transportasi beserta kelengkapannya baik darat laut maupun udara. Negara sebagai pelindung rakyat akan berupaya semaksimal mungkin menyediakan moda transportasi yang aman, serta pengendara yang terlatih. Hal ini tentu dilengkapi dengan adanya sarana jalan, terminal, halte dan rest area yang nyaman baik bagi penumpang maupun pengendara yang bertugas.
Kisah Khalifah Umar bin Khattab begitu masyhur dalam hal ini. Beliau sangat perhatian terhadap keselamatan para pengguna jalan bahkan untuk seekor keledai sekalipun, karena khawatir akan di-hisab kelak di akhirat jika beliau sampai mencelakai hewan yang terperosok di jalan berlubang. Ini cukup memberikan gambaran bagaimana seharusnya sosok seorang pemimpin yang berperan sebagai periayah sekaligus pelindung rakyatnya. Bagaimana dengan para pemimpin dalam sistem kapitalisme ini? Wallahualam bissawab. [GSM]