Alt Title

You Are Not Alone

You Are Not Alone

 


Allah senantiasa bersama hamba-Nya

Hanya saja terkadang si hamba sendirilah yang tak mau berusaha untuk mendekat pada-Nya

______________________________


Penulis Arda Sya'roni 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI - That you are not alone. I am here with you. Though you're far away. I am here to stay. But you are not alone. I am here with you. Though we're far apart. You're always in my heart. But you are not alone. 


Lagu Michael Jackson ini tak hanya begitu merdu didengar, tetapi juga memiliki makna mendalam. Dikatakan bahwa kita tidaklah sendiri. Aku bersamamu. Meski jauh di mata. Aku selalu di sisimu. Meski terpisah jarak. Kamu selalu di hatiku. Kamu tidak sendiri. 


Mungkin lagu ini berkisah tentang dua orang insan yang saling mencintai. Seorang kekasih takkan meninggalkan kekasihnya sendiri. Dia akan selalu membersamai meski jauh di mata dan terpisah jarak. Ya, begitulah seharusnya seseorang yang mencintai, akan siap menjadi bahu untuk bersandar, menjadi telinga untuk berbagi cerita, pun menjadi tangan yang merangkul.


Seseorang yang cinta mati dengan kekasihnya tentu akan rela melakukan apa pun demi yang dicintainya. Bahkan bila memungkinkan, nyawa pun akan tulus diberikan. Dia akan rela berkorban apa pun dan berjuang hingga bercucuran peluh, air mata juga darah sekalipun. Namun, tulisan ini tidak membahas jatuh cintanya seorang manusia kepada manusia lainnya, melainkan jatuh cintanya seorang hamba dengan Penciptanya. 


Allah Bersama Kita

Sesungguhnya diri kita tak pernah sendiri. Ada Allah yang senantiasa membersamai meski mungkin kehadiran-Nya tak tampak. Bahwasanya Allah senantiasa membersamai terdapat pada firman Allah yang merupakan penggalan dari surah At Taubah ayat 40, “Laa tahzan innallaha ma'ana” yang artinya adalah "Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."


Di ayat lain disebutkan pula, ”Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. .... .” (TQS. Al-Baqarah ayat 186)


Pada kedua ayat tersebut bermakna jelas bahwa Allah senantiasa bersama hamba-Nya, hanya saja terkadang si hamba sendirilah yang tak mau berusaha untuk mendekat pada-Nya. Inilah bukti Allah mencintai hamba-Nya dengan tidak pernah meninggalkannya apalagi di saat sang hamba membutuhkan pertolongan-Nya.


Mencintai dengan Cara Berbeda

Allah sebagai Sang Pencipta pastilah sangat mencintai hamba yang diciptakan-Nya, walaupun dengan cara yang berbeda. Cara Allah mencintai terkadang salah diterjemahkan oleh manusia sebagai suatu kesengsaraan atau bahkan ketidakberadaan Allah. Namun, bila kita membaca semua takdir dengan kacamata iman, tentu kita mendapati bahwa itulah cara Allah mencintai hamba-Nya.


Jika Allah mencintai hamba-Nya maka Allah tidak memberikan kemudahan atau membentangkan jalan yang mulus baginya, melainkan dengan memberinya berbagai masalah dalam hidupnya. Entah itu dengan menghadirkan orang-orang yang membencinya, melemparkan fitnah dan caci atau memusuhinya.


Entah itu berupa pasangan yang tak saleh, anak yang selalu menghadiahkan masalah, anak spesial, keluarga yang toksik, ekonomi yang amburadul, atau lingkungan yang cukup meresahkan.


Dengan diberikan kesusahan dan berbagai kesulitan inilah, manusia sebagai mahkluk yang lemah akan merasa terimpit, sehingga secara fitrah akan mencari sesuatu yang lebih kuat darinya, yaitu Allah, Dzat yang Maha Kuasa. Dengan demikian akan timbullah perasaan cinta yang luar biasa kepada Allah. Allah pun membalasnya dengan cinta dan rahmat-Nya.


Sesama Muslim Adalah Saudara

Umat muslim sejatinya adalah umat yang satu, layaknya seorang saudara yang terikat darah. Meski tak sedarah, umat muslim diikatkan dengan satu akidah, yaitu Islam. Bahkan, pernyataan satu saudara ini juga menjadi sebuah pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir, ”Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?”


Dengan adanya pertanyaan 'Siapakah saudaramu?' yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir ini, menandakan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk menganggap saudara kepada sesama muslim. Karena sebagai saudara atas satu dengan yang lain, maka kita seharusnya tak perlu merasa sendiri.


Umat muslim sendiri diibaratkan sebagai satu tubuh. Bila satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lain akan turut merasakan sakit. Dengan demikian bila salah seorang saudara kita tersakiti, maka saudara yang lain akan turut bersedih hati, sehingga tergugah untuk membantu meredakan sakitnya tersebut.


Selain ikatan persaudaraan itu, sesama muslim bisa saling memberi syafaat kelak di akhirat apabila selama di dunia mereka bersama berada di majelis ilmu, bersama dalam berjuang meraih rida Allah, dan saling mencintai karena Allah. 


Dengan demikian, mengapa kita merasa sendiri? Tak sepantasnya kita merasa sendiri, bertarung sendiri melawan pedih, bila kita memahami bahwa Allah selalu bersama kita dan bahwa sesama muslim adalah saudara. Tetap semangat dalam meraih rida Allah ya, sobat. Wallahualam bissawab. [SJ]