Alt Title

Hijrah, Sinergi Untuk Kemaslahatan

Hijrah, Sinergi Untuk Kemaslahatan

 

Hijrah adalah moment diawalinya kemaslahatan umat

Kemaslahatan umat sempurna dirasakan dengan diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh dalam bingkai negara

_______________________


Penulis Inge Oktavia Nordiani

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI - Saat ini kita telah memasuki Bulan Muharram 1446 Hijriah, artinya telah memasuki awal tahun baru yang sarat dengan perubahan. Sejatinya, perubahan itu harus dari suatu kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik.


Perenungan dan evaluasipun harus dilakukan. Rencana-rencana disusun lalu diupayakan agar perubahan yang diimpikan teralisasi di masa yang akan datang.


Muharram adalah bulan pertama dalam perhitungan kalender hijriah. Bulan ini termasuk ke dalam bulan haram yang penuh kemuliaan. Di mana, terjadi peristiwa bersejarah yaitu hijrahnya Rasulullah saw. dari kota Mekkah ke kota Madinah. Moment hijrah ini yang mengawali langkah perubahan secara spektakuler dalam sejarah peradaban Islam. 


Lalu muncul pertanyaan. Apa misi yang dibawa Rasulullah saw. ketika hijrah ke Madinah? Dan teladan apa yang dapat kita ambil dari hijrahnya Rasulullah saw. ini?


Hijrah berasal dari akar kata hajara yang berarti berpindah (tempat, keadaan atau sifat), meninggalkan dari yang pertama menuju yang kedua. Secara syar'i makna hijrah adalah perpindahan Rasulullah saw bersama sahabat-sahabatnya dari Mekkah menuju Madinah. Tepatnya tahun ke-13 dari masa kenabian.


Sebagaimana kita ketahui, kondisi Mekkah ketika Rasul di utus sangat terbelakang. Terkenal dengan sebutan zaman jahiliyah. Kehidupan masa itu jauh dari akal sehat. Pergaulan yang bercampur baur antara laki-laki dan perempuan, merajalela pelacuran, budaya pertumpahan darah, lumrah mengawini dua bersaudara sekaligus bahkan mengawini mantan istri dari bapak mereka baik dengan talak atau ditinggal mati, merajalela perbuatan zina di semua lapisan masyarakat, kebodohan, khurafat di mana-mana, mengubur hidup-hidup bayi perempuan dan segala perilaku binatang terjadi pada masa itu.


Rupanya, kondisi-kondisi di atas ditemui juga pada saat ini. Bisa jadi saat ini kita berada pada kondisi jahiliyah modern. Ditandai dengan perilaku zina dan riba menjadi praktik yang lumrah, gaya hidup hedonisme dan materialisme telah menjadi budaya yang mendarah daging, merajalelanya praktik-praktik korupsi, generasi pecandu narkoba, budaya tawuran dan judi online, bahkan kasus pembunuhan sadis sudah menjadi sarapan varian baru kita sehari-hari.


Inilah konsekuensi logis ketika diterapkan sistem sekular kapitalistik. Kebijakan-kebijakan pemerintah cenderung menomorsatukan pengusaha daripada kepentingan rakyat.  Misalnya, pengesahan Undang-undang (UU) cipta kerja, UU minerba, UU omnibus law kesehatan dan lainnya. Hal itu semua merupakan produk dari sistem demokrasi yang sangat bertentangan dengan Islam.


Oleh karena itu, sudah saatnya segenap kaum muslimin mengambil pelajaran di balik hijrahnya nabi. Moment hijrah nabi saw. bukan dalam rangka melarikan diri, tetapi memiliki misi yaitu menegakkan institusi negara yang menjalankan sistem Islam secara kafah. 


Pasca Rasul hijrah ke Madinah kota ini menjadi sentral kekuasaan dan titik sentral dakwah Islam. Madinah menjadi negara Islam pertama yang didirikan Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw. wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh para khulafaur rasyidin dan khalifah-khalifah seterusnya. Hingga kekuasaan Islam tersebar luas menembus 2/3 dunia. 


Hijrah adalah moment diawalinya kemaslahatan umat. Kemaslahatan umat sempurna dirasakan dengan diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh dalam bingkai negara. sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi saw..


Meneladani Rasulullah saw. dalam hijrah dibutuhkan sinergisitas antara individu masyarakat dan negara:

Pertama, hijrah sebagai individu ditandai dengan peningkatan ketaqwaan dan menjauhi segala larangan Allah. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw.: "Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah" (HR Al Bukhari)


Hijrahnya sebagai individu adalah berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi pribadi bertakwa, senantiasa mengerjakan seluruh apa yang diperintahkan dan menjauhi seluruh apa yang dilarang.


Salah satu pedoman keimanan seorang muslim yaitu QS Al-Baqarah: 216:  "... boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu Dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."


Kedua, hijrah sebagai masyarakat. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang hidup bersama di dalamnya. Untuk menjadi masyarakat yang baik dibutuhkan satu perasaan, satu pemikiran dan satu aturan. Betapa indahnya ketika di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat tercipta hubungan yang saling nasihat-menasihati, saling mengingatkan satu sama lain dan saling berlomba-lomba di dalam kebaikan.


Rasulullah telah menggambarkan masyarakat seperti dalam hadis berikut: "Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Sebagian mereka berada di bagian atas Dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah ketika ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, 'Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita'. Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang yang berada di bawah dan menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun jika orang di bagian atas melarang orang di bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka akan selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu." (HR Bukhari no. 2493)


Ketiga, hijrah sebagai negara dengan menerapkan syariah Islam secara total dan sempurna. Pelaksanaan hukum Islam secara kafah tidak mungkin terlaksana tanpa institusi negara. Berbagai kemungkaran tidak akan hilang tanpa adanya kekuatan hukum yang dijalankan oleh negara. Di sinilah, pentingnya negara Islam yang menerapkan aturan secara menyeluruh.


Dengan demikian, sudah saatnya seluruh element kaum muslimin bersinergi dalam hijrah untuk terciptanya kemaslahatan umat. [EA-Dara/MKC]