Alt Title

Jangan Tunggu Waktu Luang untuk Mengaji

Jangan Tunggu Waktu Luang untuk Mengaji

 


Al-Qur'an adalah obat hati dari Sang Pemilik Alam

Maka mengajilah agar hati menjadi tenang dan tentram

_____________________________


Penulis Evi Susanti

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Guru Ngaji


KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI - Ayah Bunda sudahkah mengaji hari ini? Begitu pula, apakah putra-putrinya juga sudah mengaji? Kalau belum, mengapa Ayah Bunda dan putra-putrinya belum mengaji?


Disadari atau tidak, ternyata di antara kita banyak yang merasa tidak memiliki waktu luang untuk mengaji. Sekadar mengaji dalam pengertian hanya membaca Al-Qur'an, sekitar 5-30 menit saja, tidak punya waktu luang. Rasa-rasanya persoalan-persoalan lainnya tidak selesai-selesai diurus, membuat capek, sehingga tidak ada lagi energi untuk mengaji. Waktu 24 jam/hari yang disediakan Allah Swt. seolah-olah tidak cukup.


Mengenai dalih atau alasan mengapa tidak mengaji (membaca Al-Qur'an) selalu ada saja. Alasan apa saja bisa dibuat oleh akal pikiran kita. Apalagi setan senantiasa membantu dan menginspirasi kita untuk berbuat maksiat ataupun meninggalkan amal kebaikan. Betul, tidak?


Marilah kita kritisi diri kita sendiri. Apakah kita benar-benar tidak memiliki waktu luang untuk mengaji? Tapi, mengapa kita masih sempat membuka layar HP, bermenit-menit atau bahkan berjam-jam membalas pesan (WA/telegram), memposting dan lihat-lihat tampilan di medsos? Mengapa kita masih sempat nonton TV dan main game? Mengapa kita masih sempat tidur 7 jam/hari? Tetapi mengapa kita tidak bisa menyempatkan sebentar untuk mengaji?


Persoalannya, bukan kita tidak memiliki waktu luang untuk mengaji, tetapi kita tidak meluangkan waktu untuk mengaji. Kita berkeinginan akan mengaji di waktu luang, tapi waktu luang yang ada tetap saja kita gunakan untuk hal-hal lain yang mubah, bahkan cenderung mubazir, tidak berfaedah. Maka tidak ada cara lain agar bisa/sempat mengaji, kecuali harus memasukkan kegiatan mengaji menjadi agenda harian. Entah setelah salat Subuh, Duha, Zuhur, Ashar, Magrib, Isya’ ataupun sebelum tidur malam. Bukan menunggu waktu luang. 


Mengagendakan kegiatan mengaji pada kegiatan sehari-hari, berarti meluangkan waktu untuk mengaji dan memprioritaskan nya di antara jadwal kegiatan sehari-hari yang harus dilakukan. Sehingga mengaji menjadi kegiatan atau kebutuhan primer, seperti makan dan minum yang harus dipenuhi. 


Mengapa harus diprioritaskan? Karena selama ini kita hanya sempat (baca: memprioritaskan) main gadget, lihat-lihat medsos, update status, nonton TV dan kegiatan lain, sampai kita merasa tidak sempat lagi mengaji. Padahal, mengaji itu sebenarnya kegiatan yang sangat sakral dan penuh keindahan. 


Bayangkan saja, ketika kita sedang membaca Al-Qur'an maka pada hakikatnya kita sedang membaca surat cinta dari Sang Maha Mencintai, yaitu Allah Swt. Membaca satu huruf Al-Qur'an saja akan diberi pahala sepuluh kebaikan. Belum lagi kalau kita mengkaji artinya dan mengamalkannya, pahalanya akan bertambah lagi.


Tetapi mengapa selama ini kita cuek terhadap Al-Qur'an? Padahal Dialah yang memberi kita kenikmatan mata bisa melihat segala keindahan, termasuk keindahan Al-Qur'an. Bagaimana bila kita juga dicuekin oleh-Nya, dan Dia mencabut kenikmatan mata tersebut? Na’udzubillahi min-dzalik. Oleh karena itu, kita harus berterima kasih dan bersyukur kepada-Nya dan salah satu caranya dengan mengaji. Dengan mengaji, semoga segala kenikmatan itu malah makin bertambah, sebagaimana janji-Nya kepada orang-orang yang mau bersyukur. (QS Ibrahim: 7)


Seharusnya kita tidak bisa cuek terhadap Al-Qur'an, surat cinta dari-Nya. Karena, iman terhadap Al-Qur'an termasuk rukun iman. Mengimaninya, berarti juga meyakini akan keindahan dan kandungan Al-Qur'an bisa menjadi obat hati bagi orang yang sedang gundah gulana, petunjuk bagi orang yang tersesat dan jalan kebaikan bagi orang yang mengimaninya.  


Al-Qur'an adalah obat hati dari-Nya. Hati yang tenang dan tenteram akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Persoalan yang rumit akan menjadi sederhana, yang sulit akan menjadi mudah, yang buntu akan menjadi terbuka, karena dihadapi dengan hati yang tenang dan tentram serta adanya hidayah dan inayah dari-Nya. Tidak ada persoalan yang tidak mungkin, bila Allah telah menghendaki kemungkinannya.


Namun, bagaimana mau mengaji, bila anak-anak dan orang tuanya belum bisa membaca Al-Qur'an?


Sama, luangkan waktu untuk belajar membaca Al-Qur'an. Bukan menunggu waktu luang. Buatlah agenda belajar membaca Al-Qur'an setiap hari. Carilah guru mengaji baik secara offline maupun online. Dalam waktu tak begitu lama, insya Allah akan bisa membaca Al-Qur'an. Karena Allah menyatakan dalam firman-Nya, bahwa Al-Qur'an itu mudah. (QS Al-Qamar ayat 17)


Jika punya niat yang ikhlas lillahi ta’ala dan tekad yang kuat, maka waktu dan cara belajar membaca Al-Qur'an pasti ada. Sudah banyak contohnya, orang-orang yang baru masuk Islam (mualaf) lalu belajar membaca Al-Qur'an dari nol (baru belajar mengenal huruf alif-ba-ta) tak seberapa lama kemudian mereka lancar membaca Al-Qur'an. Sementara mereka baik artis, pebisnis, tokoh, ilmuwan, maupun dari kalangan lain, juga sibuk. Bukan pengangguran.


Dengan demikian, janganlah mengaji di waktu luangmu. Namun, luangkanlah waktumu untuk mengaji. Buatlah program mengaji yang harus ditaati bersama di dalam rumah agar atmosfir rumah makin mendukung kita dalam menjalankan program tersebut. Dengan ikhtiar tersebut, semoga Allah Swt. makin memudahkan dan meneguhkan kita untuk mengaji.


QUOTE:

Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 28, yang artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram"

Wallahualam bissawab. [DW-GSM/MKC]