Alt Title

Life Begins at Forty

Life Begins at Forty

 


Secara khusus Al-Qur'an telah menyinggung usia 40 tahun sebagai usia untuk lebih banyak mensyukuri nikmat

Namun jika masih terbiasa dengan perbuatan maksiat dan masih lalai dengan amalan yang berorientasi pada akhirat, jalan hidup menuju ketaatan pun jadi makin sulit

______________________________


Penulis Arda Sya'roni 

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI - ‘Life begins at forty’ merupakan istilah yang sudah familiar terdengar di telinga kita. Sebuah pepatah yang menyatakan bahwa hidup yang sesungguhnya dimulai sejak usia 40 tahun. Istilah ini termasuk salah satu American Idiom yang biasa digunakan untuk menyemangati mereka yang telah memasuki usia 40 tahun. 


Sebenarnya, apa sih istimewanya umur 40 tahun? Pertanyaan ini sesungguhnya pernah terlontar dan membayangi benakku juga. Hingga mendorongku untuk mencari tahu, dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa usia 40 tahun memang istimewa. Apa istimewanya? Okay, let’s check it out bestie.


Pada usia 40 tahun manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi maupun spiritualnya. Dari sisi perubahan fisik, mulai tampak tumbuhnya uban, pandangan mulai rabun, penyakit dalam tubuh mulai bermunculan misalnya rematik, asam urat, kolesterol, darah tinggi, bahkan gigi pun mulai tanggal satu per satu. 


Beberapa orang di usia ini juga mulai agak pelupa, pikiran mulai lola alias loading lambat dan sedikit sensitif. Namun, pada usia ini kebanyakan dari mereka juga sudah mulai memiliki kestabilan dalam ekonomi dan emosi, sehingga lebih bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan.


Usia 40 Tahun dalam Pandangan Islam

Dalam agama Islam, usia 40 tahun juga menjadi sorotan. Secara khusus Al-Qur'an telah menyinggung mengenai usia 40 tahun sebagai usia untuk memperbanyak mensyukuri nikmat.


Di dalam surah Al-Ahqaf ayat 15, Allah Swt. berfirman yang artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf: 15)


Oleh karena itu, maka usia 40 tahun juga bisa terkategori sebagai usia yang patut untuk menjadi ‘warning’ alias masa yang harus menjadi perhatian utama untuk mempersiapkan bekal di akhirat. Jadi hidup jangan hanya memikirkan tentang keduniawian saja. Jika sebelum usia 40 tahun sudah terbiasa dengan amalan baik, maka jalan hidup akan lebih mudah dan semakin mendekat menuju keridaan Allah Swt.. 


Namun, jika usia telah memasuki 40 tahun, tetapi masih terbiasa dengan perbuatan maksiat dan masih lalai dengan amalan yang berorientasi pada akhirat, jalan hidup menuju ketaatan pun jadi makin sulit. Terutama yang berhubungan dengan usaha agar lebih dekat dengan Allah Swt.. Karena mengubah kebiasaan di usia ini bukanlah hal yang mudah. 


Akan tetapi, tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Selama hayat masih dikandung badan, walaupun harus berjalan tertatih. Semestinya kesadaran akan kewajiban untuk bertaubat dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa yang pernah kita lakukan menjadi sebuah keniscayaan. 


Hal ini seperti wasiat yang disampaikan oleh Imam Ghazali, ”…usia 40 tahun adalah sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan, jika di usia ini kebaikan lebih mendominasi maka itu sebuah pertanda baik untuk kehidupannya nanti.”


Sedangkan menurut sahabat Abdullah bin Abbas, "Siapa pun yang telah memasuki usia 40 tahun dan amal baiknya tidak dapat mengalahkan amal buruknya, maka hendaklah ia bersiap-siap menuju ke neraka."


Demikian pula dengan Imam Malik, beliau pernah mengatakan bahwa dirinya, pernah mendapati para ulama di berbagai negeri. Para ulama itu sibuk dengan aktivitas dunia dan bergaul bersama manusia. Namun, ketika mereka sampai usia 40 tahun, mereka menjauh dari manusia dan mulai lebih tekun mendekat kepada Allah Swt..


Muhasabah Diri

Masya Allah, semoga keistimewaan usia 40 tahun menjadi alarm buat kita untuk sadar diri untuk terus berlomba meraih kebaikan. Sesungguhnya beruntunglah bagi mereka yang sebelum menginjak usia 40 tahun, mereka sudah mulai berbenah diri menyiapkan bekal akhirat. Sementara bagi kita yang telah menginjak 40 tahun, tapi belum memiliki bekal dalam mempersiapkan menghadap Allah Swt., maka sudah saatnya bagi kita untuk segera muhasabah.


Apakah sudah cukup bekal kita untuk persiapan kita di akhirat nanti? Sudahkah kita berbenah diri dan menyiapkan diri? Hingga saat maut datang menjemput, bekal yang kita miliki akan dapat meringankan hisab kita di hadapan Allah Swt..


Sobat, waktu akan terus bergulir menuju titik akhir. Ajal pun tak akan menunggu kita sempurna dalam bertaubat. Ajal juga tak pernah memandang usia apalagi bentuk fisik kita. Tak peduli tua atau muda, sehat atau sakit, kaya atau miskin. Bila ajal telah tiba, bisa apa kita? Setiap detik yang kita lalui pun kelak akan dipertanggungjawabkan. Kita akan ditanya, untuk apa waktu yang telah kita gunakan? 


Maka, selagi jantung masih berdetak, marilah kita saling berlomba dan mulai mengatur langkah agar segera taat kepada syariat. Saatnya bagi kita untuk memperbaiki sisa umur yang telah Allah berikan kepada kita. Agar kita mampu mengejar setiap ketertinggalan dan bisa terus belajar menghapus noktah hitam di hati kita.


Yakinkan diri kita, bahwa masih ada kesempatan bagi kita untuk terus taubat, meski kita sudah melewati 40 tahun. Agar kita termasuk ke dalam orang-orang yang beruntung di sisi Allah Swt..


Selama hati kita terus yakin  dan terus bergerak untuk mendekat kepada Allah Swt., insyaallah akan ada jalan yang lapang dan terbentang untuk kita semua meraih keistimewaan di hadapan Allah Swt.. Wallahualam bissawab. [MP-SJ/MKC]