Pantaskah Istri Curhat di Media Sosial?
Opini
Sepatutnya kita mengadu kepada orang yang tepat yang dapat memberikan solusi
Atau lebih tepat lagi kita mengadu kepada Allah Swt. tempat untuk mencurahkan semua keresahan hati kita
______________________
Penulis Widdiya Permata Sari
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Komunitas Muslimah Perindu Syurga
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kemudahan dalam media sosial, telah membuat siapa pun bisa menggunakannya. Tidak hanya terbatas pada para remaja akan tetapi para istri (ibu-ibu) juga bisa menggunakannya secara bebas.
Melalui riset Google Indonesia bersama lembaga riset Kantar Wood Panel Indonesia menyatakan bahwa penggunaan internet saat ini, lebih didominasi oleh para ibu-ibu. Namun, sayangnya penggunaan media sosial ini banyak disalahaartikan oleh penggunanya.
Contohnya adalah fenomena para istri yang sering curhat di media sosial tentang masalah rumah tangganya. Misalnya, curhat tentang perselingkuhan suaminya, hubungan ketidakharmonisan dengan mertuanya, bahkan sampai pada persoalan ekonomi yang sedang mereka hadapi.
Padahal zaman dulu, persoalan rumah tangga hanya boleh diketahui oleh keluarga saja. Sementara, di era sekarang ketika ada media sosial para istri dengan mudah bisa mencurahkan semua isi hatinya lewat media sosial. Sehingga ketika mereka curhat di media sosial, hal itu justru akan berdampak buruk. Karena, semua orang akan mengetahui persoalan yang ada di dalam rumah tangganya.
Lalu, apakah boleh para istri curhat di media sosial? Sementara, aib suami atau pasangan itu layaknya baju yang kita pakai. Ketika kita menyebarkan aib suami kita, sama halnya seperti kita sedang membuka baju di hadapan umum.
Akan tetapi, mirisnya fenomena istri curhat di media sosial menjadi hal yang lumrah di masyarakat. Hal ini terjadi karena dampak penerapan sistem ideologi kapitalis sekuler yang terus menerus menimbulkan penderitaan umat yang makin kronis. Mulai dari aspek ekonomi seperti melonjaknya harga pangan, mahalnya biaya kesehatan, serta tingginya biaya pendidikan. Bahkan pinjol dan kekerasan rumah tangga kian marak.
Kondisi ini menjadikan beban berat bagi para istri. Oleh karena itu, para istri butuh media untuk curhat agar beban berat yang mereka rasakan terasa lebih ringan. Walaupun akhirnya tanpa mendapatkan solusi dari persoalan tersebut, karena media sosial hanya menjadi tempat alternatif untuk menuangkan keresahan dan curahan hati para istri semata.
Padahal sangat jelas bahwa curhat di media sosial bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Justru hanya mendatangkan mudarat bagi diri dan keluarganya. Yaitu terbongkarnya aib keluarga yang dapat memberikan peluang munculnya nyinyiran dari para netizen.
Seharusnya sebagai seorang muslim, mengambil sikap ketika ingin mengadu dan mencurahkan semua keluh kesah atas setiap masalah yang sedang kita hadapi. Sepatutnya kita mengadu kepada orang yang tepat yang dapat memberikan solusi. Atau lebih tepat lagi kita mengadu hanya kepada Allah Swt. tempat untuk mencurahkan semua keresahan hati kita. Karena, hanya Allah Swt. yang dapat menolong kita.
Seperti dalam kisah Nabi Yaqub a.s., ketika beliau mengalami kesedihan yang sangat besar akibat kehilangan putra tercintanya. Beliau hanya curhat dan mengadukan setiap kesusahan dan kesedihannya hanya kepada Allah Swt. Hal ini diabadikan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya :
"Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS Yusuf: 86)
Saat kita memilih curhat kepada manusia, tidak ada jaminan bahwa curhatan kita akan didengar dan memperoleh solusi. Terlebih lagi saat kita curhat di media sosial. Sudah sangat jelas, ketika kita ingin mendapatkan bantuan atas setiap masalah yang kita hadapi, hendaknya curhat dan mengadu kepada orang yang tepat atau kepada Allah Swt. saja.
Terutama, kita sebagai umat Islam. Sudah saatnya memahami, bahwa persoalan rumah tangga yang kita hadapi tidak akan selesai hanya dengan curhat di media sosial. Sudah saatnya kita sadar bahwa persoalan kita berpangkal dari penerapan sistem kapitalis sekuler.
Oleh sebab itu, saatnya kita campakkan sistem ini dan menggantinya dengan sistem Islam kafah yang akan diterapkan oleh sebuah negara yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan rakyat, menentramkan jiwa setiap manusia juga akan memulaikan setiap perempuan.
Selain itu, negara yang menerapkan sistem Islam kafah akan mampu mengelola harga sandang dan pangan agar tetap stabil. Akan menjamin tersedianya setiap pelayanan bagi masyarakat terutama pendidikan dan kesehatan secara gratis untuk seluruh rakyatnya.
Hal ini didukung oleh sistem keuangan negara Islam yang berasal dari baitulmal negara yang jumlahnya sangat besar dan bersumber dari harta fai' dan kharaj. Serta dari harta kepemilikan umum seperti hasil minyak bumi, listrik, gas alam, sungai, laut, dan hutan. Wallahualam bissawab. [MP-Dara/MKC]