Penerapan Sistem Islam, Mampu Membentuk Pribadi Berakhlak Mulia
Surat Pembaca
Sistem sekularisme telah mencerabut potensi berpikir manusia
Sehingga manusia tega melakukan perilaku kejam tanpa belas kasihan
_________________________
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - "Mari kita biasakan lagi untuk melaksanakan magrib mengaji, terutama anak TK, SD, SMP dan SLTA," ajak kang DS sapaan akrab Bupati Bandung Dadang Supriatna di sela kunjungan kerjanya ke Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Kang DS mendorong masyarakat Kabupaten Bandung khususnya dari kalangan pelajar untuk kembali membiasakan diri melaksanakan magrib mengaji, dengan magrib mengaji akan membentuk anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia ujarnya. (Jabaronline.com 28/juni-2024)
Upaya menumbuhkan minat magrib mengaji tentu perlu diapresiasi. Karena hal tersebut merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab seorang pemimpin terhadap rakyatnya, yang makin terkikis akidahnya hingga terjadi degradasi moral. Mengingat maraknya perilaku-perilaku tidak terpuji yang telah dilakukan oleh masyarakat khususnya remaja sekarang. Perilaku buruk yang mencoreng jatidiri seorang muslim juga sebagai anak bangsa. Hanya saja bisakah anjuran tersebut dipandang sebagai sebuah solusi yang efektif? Mengingat tidak mudah menumbuhkan motivasi dan konsistensi pembiasaan mengaji di tengah masyarakat saat ini yang mengalami gempuran dahsyatnya ide-ide kebebasan (westernisasi) dari barat akibat penerapan sistem sekuler kapitalis liberalis.
Sistem sekularisme telah mencerabut potensi berpikir manusia. Sehingga manusia tega melakukan perilaku kejam tanpa belas kasihan. Begitu juga dengan ide liberalisme menjadikan manusia hidup bebas tanpa aturan dan tanpa batas. Hanya memuaskan hawa nafsu dunia semata, sehingga manusia terjerumus kedalam lembah kenistaan. Nauzubillah tsumma nauzubillah.
Hal tersebut sangat berbeda jauh dengan sistem Islam yang menerapkan Al-Qur'an dan hadis sebagai aturan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Tiga pilar pokok dalam Islam :
1. Ketakwaan individu. Di dalam masyarakat IsIam, ketakwaan individu adalah salah satu penopang terwujudnya masyarakat yang islami. Karena dengan ketakwaan, maka setiap individu akan sadar bahwa keberadaannya di dunia yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. dia akan senantiasa berhati-hati ketika menjalani kehidupannya karena ada Allah Swt. yang Maha Melihat. Malaikat Rakib dan Atid akan mencatat seluruh amal perbuatannya. Kesadaran tersebut muncul karena dia memahami bahwa nanti akan kembali kepada Allah dan di akhirat akan dimintai pertanggung jawabannya selama hidup di dunia.
2. Kontrol masyarakat. Yaitu dengan melaksanakan dakwah amar makruf nahi mungkar. Islam mengajarkan untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, termasuk ketika kita melihat sebuah kemungkaran. Maka Islam memerintahkan kita untuk mengubahnya dengan tangan yaitu kekuasaan, atau dengan lisan yang makruf, dan hati yang tidak rida ketika kemaksiatan tersebut terjadi didepan mata kita, itu pun selemah-lemahnya iman.
3. Penerapan hukum yang adil oleh pemimpin negara akan mampu meminimalisir bahkan menghentikan segala upaya kemaksiatan yang akan dilakukan baik oleh individu maupun kelompok masyarakat. Hal tersebut karena dalam Islam ada sanksi hukum tegas yang fungsinya sebagai jawabir (penebus) dan jawazir (pencegah).
Demikianlah, sejarah membuktikan dalam peradaban gemilang Islam di masa lalu selama 13 abad telah mampu melahirkan muslim-muslim yang berkepribadian Islam dan berakhlak mulia. Karena memberlakukan aturan yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadis, serta menerapkan sanksi tegas terhadap siapapun yang melanggar syariat. Maka terciptalah masyarakat islami yang senantiasa terjaga keimanannya.
Oleh karena itu untuk mewujudkan pribadi-pribadi yang islami, saatnya kaum muslim harus berupaya memperjuangkan penerapan aturan Islam tersebut secara kafah atau menyeluruh. Agar tidak ada lagi umat Islam yang berkepribadian sekuleris, liberal. Sehingga kehidupan umat Islam mulia dan menjadi umat yang terbaik, serta mendapatkan rida Allah Swt. Allahumma Aamiin. Wallahualam bissawab. [SM-GSM/MKC]
Penulis Haova Dewi
Pendidik