Alt Title

Program Besti Upaya Minim Solusi

Program Besti Upaya Minim Solusi

 


Beasiswa yang menjadi program pemerintah bukanlah solusi bagi rakyat miskin untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan

Kerap kali kebijakan tersebut menjadi lahan bisnis bagi para korporat untuk mengendalikan mahalnya biaya pendidikan

______________________________


Penulis Yuni Irawati 

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Demi memajukan dunia pendidikan, bupati Bandung menghadirkan program Beasiswa Ti Bupati (Besti) yang ditujukan untuk keluarga yang kurang mampu yang hendak melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Program ini menjadi prioritas utama Pemkab Bandung. (detik.com, 11/7/ 2024)


Dibentuknya program Besti ini berawal dari adanya orang tua yang mencari beasiswa untuk anaknya melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Maka dari itu, tujuan utama dari program Besti itu adalah membantu warga yang memiliki anak yang berprestasi dan mempunyai peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan, tetapi terkendala ekonomi.


Harapan pemerintah dengan adanya program Besti tersebut bisa memupuskan rasa putus asa anak yang tidak mampu membayar kuliah.


Pendidikan merupakan kebutuhan yang menjadi aset besar demi peradaban di masa yang akan datang. Sudah seharusnya pemerintah mengupayakan agar aksesibilitas pendidikan didapatkan dengan mudah oleh seluruh masyarakat. Namun realitasnya, regulasi yang ditetapkan di dunia pendidikan kerap kali membingungkan dan membebani masyarakat.


Apalagi setelah pemerintah menetapkan kebijakan terkait biaya UKT yang sangat mahal. Kebijakan tersebut menuai banyak protes dari masyarakat yang memandang bahwa seakan-akan pendidikan itu adalah barang dagangan mahal yang diperjualbelikan yang tidak semua orang mampu menikmatinya.


Hal ini semakin menjelaskan bahwa negara tak ubahnya sebagai pedagang dan rakyat sebagai pembeli. Sementara posisi penguasa hanyalah sebagai regulator untuk kepentingan para korporator. 


Adapun beasiswa yang menjadi program pemerintah bukanlah solusi bagi rakyat miskin untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Sebab kerap kali kebijakan tersebut menjadi lahan bisnis bagi para korporat untuk mengendalikan mahalnya biaya pendidikan.


Beasiswa ini merupakan sebuah gagasan kapitalisme yang berhasil membungkam kekritisan mahasiswa terhadap segala bentuk kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat.


Oleh karenanya, pemimpin yang mengadopsi gagasan kapitalisme akan selalu berada di bawah kendali para oligarki yang dalam sistem ekonominya tidak mampu mengelola kekayaan sumber daya alam (SDA) sebagai sumber pemasukan negara bagi pembiayaan pendidikan secara keseluruhan.


Sementara dalam sistem Islam, pendidikan adalah hak setiap warga negara baik miskin ataupun kaya, dengan tujuan untuk membentuk pribadi Islam yang bertakwa. Kemudian mempersiapkan mereka agar mampu melayani kepentingan vital bangsa, menjadikannya sebagai bagian dari struktur negara dan keperluan negara.


Konsep tersebut akan didukung oleh sistem ekonomi Islam, yaitu dengan mengelola sumber daya alam (SDA) untuk menjadi salah satu pemasukan negara dalam menghidupi dunia pendidikan.


Pendidikan pun bisa didapatkan dengan akses yang cuma-cuma. Negara juga tidak hanya menjamin pemenuhan aspek pendidikan, tetapi juga kesehatan, keamanan, dan fasilitas publik lainnya yang menjadi kebutuhan vital rakyat.


Negara dalam Islam wajib memastikan rakyatnya dapat mengakses pendidikan di mana pun berada, tanpa memandang latar belakang dan tanpa melihat berapa nilai akademik.


Adapun pembiayaan diambil dari harta baitulmal yang diperoleh dari fai', kharaj, dan harta kepemilikan umum yang dikelola oleh negara yang hasilnya dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pemenuhan kebutuhan rakyat di semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. 


Negara juga tidak hanya bertanggungjawab secara teknis saja, tetapi juga bagaimana mencetak generasi terbaik (khairu ummah). Dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Walhasil, generasi yang lahir adalah generasi yang tidak hanya cerdas dan tangguh, tetapi juga memiliki akhlak mulia.


Saatnya kaum muslimin harus meninggalkan sistem kapitalisme dan berjuang menegakkan sistem Islam karena Islam adalah rahmatan lil'alamin. Wallahualam bissawab. [DW-SJ/MKC]