Alt Title

Seandainya Dia Tahu, BLT Bikin Bete

Seandainya Dia Tahu, BLT Bikin Bete



Sudah rahasia umum ketika pemberian BLT rawan disalahgunakan di saat-saat mendekati pemilu/pilkada, bisa menjadi bagian dari money politic

Terutama bagi para petahana yang kembali berlaga

______________________________


Penulis Tati Ristianti 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Komunitas Ibu Peduli Generasi

 

KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Penulis juga manusia, punya rasa dan perasaan. Maka ketika membaca kabar baru tentang pembagian bansos atau BLT, sungguh cemburu hati ini bikin bete.


Betenya, bukan atas apa yang dimiliki orang lain, seperti rumah mewah, motor, mobil mahal, handphone dengan merek tertentu, tas, sepatu atau pakaian brand yang ternama. Tapi sakitnya, bagaikan ada yang baru dalam hubungan keluarga, yang bisa, merusak kemesraan dan kepercayaan. Sesakit itukah? Ya, andaikan dia tahu.


Kabar baru tentang pembagian BLT dilansir dari salah satu media online. Bahwa pemerintah Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung bersama Bapak Bupati Bandung, Dadang Supriatna didampingi oleh para aparatur pemerintahan desa, camat, dan tokoh masyarakat, turut menyerahkan bantuan BLT.


Dengan memprioritaskan kepada keluarga penerima manfaat (KPM) yang kondisi sakit menahun, sakit kronis, dan lansia. Sasarannya 55 KPM dari program tahap pertama dana desa. Bantuan tersebut menyasar juga pada level RW, anak berprestasi, dan anak yang berkebutuhan khusus, dana PMT ke 29 posyandu.


Dengan harapan, agar masyarakat Kabupaten Bandung memiliki pendapatan rutin yang dapat meningkatkan taraf hidupnya dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. (kabupatenbdg.go.id, 9/7/2024)


Semoga dengan BLT harapannya bisa tercapai, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun seandainya dia tahu, dana BLT sangat jauh dari menyeluruh dan belum merata. Bahkan, menjadi faktor datangnya cemburu sosial di kalangan masyarakat.


Di sisi lain, kebutuhan bagi orang yang sakit kronis dan lansia perlu mendapat perhatian serius. Setidaknya untuk berobat mudah dan murah tanpa harus memilah memilih pasien, dan tanpa disadari para lansia dan berpenyakit kronis mengalami kecemburuan sosial. Yang dapat mengakibatkan kekecewaan dan tidak percaya lagi pada janji manisnya.


Semoga dengan bantuan BLT, harapan dan cita-cita masyarakat bisa mendapatkan pendapatan secara rutin tercapai. Namun kami gulung tikar dan kalah dengan para pemodal yang lebih besar. Jalur offline ada online yang lebih murah. Ikut online ada yang lebih murah lagi dari pesaing luar. Kalau mau jujur, untuk mendapatkan penghasilan secara kontinu, tidak cukup dengan BLT yang hanya diberikan berkala. Karena kebutuhan pokok rutin harus dipenuhi setiap harinya. 


Kami punya tanggung jawab keluarga dan butuh perhatian masyarakat. Sedangkan tetangga kami sedang sakit perasaannya karena tidak kebagian BLT, padahal dia sangat membutuhkan. Kami juga butuh perhatian yang sangat dari negara. Tetapi kebanyakan habis manis sepah dibuang.


Jika tidak ada kepentingan, melirik pun tidak sudi. Sudah rahasia umum ketika pemberian BLT rawan disalahgunakan di saat-saat mendekati pemilu/pilkada, bisa menjadi bagian dari money politic. Terutama bagi para petahana yang kembali berlaga.


Untuk menghibur diri yang sedang kecewa, alangkah baiknya membuka lagi lembaran sejarah Islam yang gemilang. Karena pada masa itu, kesejahteraan selalu membersamai rakyatnya, baik muslim maupun nonmuslim.


Semuanya merasakan kemakmuran ekonomi, tanpa memandang agama, suku, dan warna kulit. Pendistribusian yang tepat sasaran di bawah pilar sistem ekonomi Islam. Jika setepat ini, mana mungkin ada perasaan individu yang tersakiti.


Setelah membaca lebih dalam lagi, luar biasa mantapnya sistem ekonomi Islam ini. Yang sejatinya bukan sejarah yang cukup disimpan di lemari buku atau di perpustakaan. Namun, harus benar-benar direalisasikan kembali. Sebab sistem ekonomi adalah hukum atau pandangan yang membahas distribusi kekayaan, kepemilikan, dan bagaimana cara mengelolanya semuanya telah dijelaskan dalam kegemilangan sejarah Islam.


Seandainya sistem ini tegak kembali, tentu tidak akan pernah dijumpai warga negaranya yang sakit hati karena cemburu sosial. Wallahualam bissawab. [DW-SJ/MKC]