Alt Title

Tren Kejutan Ultah Merenggut Nyawa, Kok Bisa?

Tren Kejutan Ultah Merenggut Nyawa, Kok Bisa?

Perilaku remaja seringkali spontan, tanpa disertai pemikiran yang mendalam

Bisa jadi karena ketidakpahaman atas kaidah berpikir dan beramal, serta adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan

____________________________


Penulis Dewi Jafar Sidik

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Miris, dengan pemberitaan tentang kejutan ulang tahun sampai berujung maut, yang dilakukan oleh sekelompok pelajar di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.


Diberitakan, SMAN 1 Cawas, Klaten, Jawa Tengah, melakukan pembenahan total, dan evaluasi menyusul insiden meninggalnya ketua OSIS sekolah tersebut. Akibat tersetrum di kolam ikan. Korban meninggal setelah mendapat kejutan ulang tahun dari rekan-rekannya dengan ditabur tepung, dan diceburkan ke kolam, pada Senin (8/7/2024). (Solopos.com, 10/7/2024)


Kepala SMAN 1 Cawas, Arik Sulistyorini, mengatakan peristiwa yang menimpa ketua OSIS itu di luar kuasa sekolah. “Itu di luar kuasa kami. Kejadiannya semua tak terduga. Selama 20 tahun kolam itu ada di sekolah, tidak pernah terjadi apa-apa,” ujarnya, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (10/7/2024).


Kematian adalah sesuatu yang pasti, merupakan ketentuan Allah Swt. dan di luar kuasa manusia. Namun, perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa, itu yang perlu dievaluasi. Maka dari itu, upaya pembenahan total, dan evaluasi pasca insiden yang dilakukan pihak sekolah perlu diapresiasi. Diperlukan kerja sama seluruh elemen, baik pihak sekolah, pemerintah, dan orang tua, untuk menyelesaikannya, agar kejadian serupa tidak terulang lagi. 


Merayakan ulang tahun dengan kejutan merupakan bentuk eksistensi diri, dan menjadi tren bagi remaja saat ini. Mungkin yang dilakukan mereka sebagai bentuk perhatian, dan ingin membuat bahagia temannya yang berulang tahun. Namun, seringkali kenyataannya bukan kebahagiaan yang didapat, tetapi kadang kala kesedihan yang diterima, bahkan ada yang sampai merenggut jiwa.


Di sisi lain, perilaku remaja seringkali spontan, tanpa disertai pemikiran yang mendalam. Bisa jadi karena ketidakpahaman atas kaidah berpikir dan beramal, serta adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan. Demikian pula abainya terhadap risiko yang mungkin terjadi. Seringkali perbuatan dilakukan sekadar untuk bersenang-senang, dan jauh dari produktif.


Kejadian yang awalnya iseng, tapi berujung maut, tentunya tidak bisa dibiarkan. Karena, ada yang bisa kita kendalikan ketika akan melakukan suatu perbuatan. Fenomena ulang tahun sebenarnya bukan budaya Islam, akan tetapi menjadi tren di tengah masyarakat. Bahkan, tidak jarang dalam merayakannya kebablasan, dan melanggar syariat Islam.


Generasi saat ini mudah sekali meniru hal-hal yang mereka anggap nge-tren dalam kehidupan di masyarakat. Tanpa memikirkan perbuatan itu terpuji, atau tercela. Perilaku ini tentunya tidak terjadi begitu saja, tapi ada banyak faktor yang menjadikan mereka berbuat tanpa mencari tahu apa hukum, dan tujuan dari perbuatan yang dilakukannya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi perilaku generasi saat ini, di antaranya:


Pertama, kurangnya pemahaman Islam. Minimnya pengetahuan tentang tujuan hidup, untuk apa manusia diciptakan. Kurangnya pemahaman Islam pada generasi dipengaruhi oleh sistem kehidupan yang dijalankan saat ini. Selama ini sistem yang diadopsi oleh masyarakat adalah sekularisme yang berasaskan kapitalisme. Sekularisme yaitu, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga memunculkan perilaku generasi yang kurang bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukannya.


Karena lemahnya pengetahuan Islam yang dimiliki. Akhirnya generasi jauh dari pemahaman tentang Allah yang Maha Mengatur, Maha Menciptakan, Allah tempat kembali, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua perbuatan yang dilakukan di dunia. Hendaknya, setiap individu harus mempunyai kesadaran sebagai hamba Allah Swt. Supaya dalam melakukan perbuatannya sesuai dengan hukum syarak, yang tolok ukur perbuatannya adalah halal, dan haram.


Kedua, sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan yang ada saat ini, berorientasi pada pencapaian nilai akademik saja. Bahkan, sudah dirancang ketika bersekolah targetnya adalah bisa menghasilkan materi. Hal ini tidak lepas dari sistem kapitalisme yang diemban oleh negara. Kita tidak boleh lupa bahwa akhlak, moral, dan tingkah laku generasi kita telah lepas kontrol. Sehingga banyak generasi yang pintar, pandai, sukses secara materi, tetapi lemah moral, dan akhlaknya. 


Ketiga, faktor teknologi yang makin berkembang. Tidak bisa memungkiri, kemajuan zaman saat ini memudahkan generasi dalam mengakses informasi. Namun di sisi lain, tidak adanya pengaturan informasi yang dapat membentengi remaja dari kejahatan, dan kemaksiatan. Akibat bebas mengakses teknologi, justru bisa menjadi racun bagi generasi.


Misalnya, dengan melihat tayangan-tayangan yang menampilkan gemerlapnya kehidupan para artis, tokoh ternama, atau kalangan apa pun. Ketika sedang merayakan ulang tahun dengan pesta pora, dan memberikan kejutan, yang bebas dikonsumsi oleh siapa pun yang dapat mengaksesnya, sehingga terpikir untuk menirunya. Seharusnya, teknologi yang ada digunakan untuk mencari pengetahuan tentang kebaikan, seperti hukum merayakan ulang tahun menurut pandangan Islam.


Kapitalisme sudah jelas telah gagal mewujudkan generasi terbaik. Generasi emas bisa terwujud jika sistem yang diterapkan juga mendukung. Karenanya, kita harus mencari sistem alternatif untuk bisa mewujudkannya, kita harus kembali ke sistem Islam, sebagaimana Nabi Muhammad saw, para sahabat, dan khalifah mencontohkannya selama lebih dari 13 abad.


Sistem lslam mempunyai cara untuk mempersiapkan, dan mendidik generasi menjadi generasi emas. Ada tiga pilar yang saling bersinergi dalam menciptakan generasi emas, yang standarnya adalah berkepribadian Islam, cakap dalam pengetahuan, sains, dan teknologi, serta terampil dalam kehidupan Islam.


Pertama, ketakwaan individu. Setiap individu harus didorong untuk senantiasa bertakwa, taat dan beriman kepada Allah Swt.. Adanya kesadaran bahwa manusia adalah ciptaan Allah Swt., menjadikan setiap perbuatannya harus terikat dengan hukum syarak. Setiap individu harus didorong untuk senantiasa menuntut ilmu, dan terbiasa melakukan amal saleh.


Kedua, kontrol masyarakat. Masyarakat akan membudayakan saling memberikan nasihat, amar makruf nahi munkar. Jika ada orang yang berbuat kesalahan, kejahatan, atau kezaliman, maka akan saling menasihati sehingga tidak akan dianggap biasa, atau menjadi pemakluman ketika ada yang berbuat salah.


Ketiga, peran negara. Kehadiran negara dalam menerapkan aturan yang datangnya dari Allah Swt., yaitu penerapan hukum berdasarkan Al-Qur’an, dan Sunah. Dengan adanya sanksi hukum terhadap pelaku kejahatan, maka akan menjadi pencegah, dan penebus supaya kejahatan tidak terulang lagi.


Tampak jelas sistem Islam sudah diatur oleh Allah Swt. dengan begitu sempurna. Kita tidak boleh meragukannya, apalagi melanggarnya. Apabila kita ingin hidup dalam keberkahan maka, terapkan syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahualam bissawab. [SH-Dara/MKC]