Alt Title

Fenomena Pemuda Mabuk Kecubung, Bukti Rusaknya Perilaku Generasi?

Fenomena Pemuda Mabuk Kecubung, Bukti Rusaknya Perilaku Generasi?

 

Pemuda adalah generasi harapan bangsa yang harus kita jaga

Jangan biarkan mereka melakukan perbuatan yang tidak berfaedah bahkan terlarang

_________________________


Penulis Dewi Jafar Sidik

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Ibu Rumah Tangga


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Geger, dengan adanya pemberitaan fenomena mabuk kecubung yang akhir-akhir ini terjadi. Kecubung yang memiliki manfaat untuk pengobatan alternatif dan tradisional, tetapi jika disalahgunakan untuk tujuan mabuk-mabukan, kecubung dapat memberi efek euforia, halusinasi bahkan kecanduan bagi yang mengosumsinya.


Seperti fenomena mabuk kecubung di Banjarmasin Kalimantan Selatan, merupakan masalah serius. Kejadian ini mengakibatkan dua warga tewas setelah mengonsumsi kecubung yang dicampur dengan alkohol dan obat-obatan terlarang. Saat ini, pihak RSJ Sambang Lihum sedang merawat 35 pasien yang diduga mengonsumsi kecubung. (Kompas.com 10/7/2024)


Dalam dunia permabukan penyalahgunaan kecubung telah menjadi isu yang makin mengkhawatirkan. Kecubung yang mengandung zat adiktif dan dapat memberi efek rasa senang sehingga bisa mengalami kecanduan. Efek ini yang menjadikan kecubung sering disalahgunakan untuk mendapatkan sensasi halusinasi dan euforia.


Pemakaian kecubung sebagai bahan tambahan untuk mabuk bukanlah permasalahan baru, dan sudah banyak memakan korban. Penyalahgunaan kecubung untuk tujuan mabuk-mabukan akan membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat. 


Selain berdampak terhadap kesehatan, penyalahgunaan kecubung juga menimbulkan masalah sosial, termasuk perilaku berisiko, kerusakan hubungan keluarga, dan beban pada layanan kesehatan. Orang yang kecanduan juga akan mengalami penurunan produktivitas, masalah dalam berkomunikasi dan konflik hukum. Secara tidak langsung, pengguna akan sulit beradaptasi dengan lingkungannya.


Fenomena mabuk kecubung menunjukkan rusaknya perilaku generasi muda saat ini. Tampak dari tujuan mengonsumsi kecubung yang berupa sensasi halusinasi. Hal ini juga menunjukkan bahwa mabuk kecubung tidak ubahnya mengonsumsi narkoba. Karena, pecandunya ingin melepas sejenak beban pikiran dalam kehidupan. Meski sejatinya, yang mereka dapatkan itu hanya kebahagiaan sesaat dan semu.


Selain itu, mereka bisa dikatakan generasi yang bermental lemah. Jika memang ada permasalahan beban hidup, semestinya langkah yang tepat untuk mereka lakukan adalah menyelesaikannya. Bukan  lari dari permasalahan dan melampiaskannya dengan mengonsumsi zat-zat yang bisa menghilangkan akal atau zat terlarang.


Generasi bermental lemah dan rusak ini sudah pasti lemah imannya. Parahnya lagi, dengan mengonsumsi kecubung nyatanya membuat mereka memiliki permasalahan sosial di lingkungannya. Masyarakat akan menganggap mereka orang-orang yang buruk perilakunya.


Jika tidak segera menghentikan aktivitas mabuknya itu, mereka akan makin terpojok, merasa diabaikan, dan tidak berguna. Untuk itu, selain mereka harus menyelesaikan masalah individunya pada diri mereka, harus ada support (dukungan) keluarga dan lingkungan masyarakat yang kondusif untuk membantu mereka keluar dari kebiasaan mabuk kecubung, juga sistem hukum dan sanksi yang tegas dan berefek jera dari negara.


Penyelesaian mabuk kecubung tidak lepas dari peran negara dan sistem yang dijalankan. Dibutuhkan ketegasan dari negara dan sistem yang baik untuk segera memutus mata rantai masalah mabuk kecubung ini. Namun, selama sistem kapitalis sekuler yang diadopsi oleh negara akan sulit menyelesaikannya hingga ke akar masalah. Sebab, sistem kapitalis sekuler memang tidak bervisi membentengi generasi dari kerusakan. Ini tampak nyata di antaranya dari sistem pendidikan sekuler yang difungsikan untuk mencetak generasi instan, pragmatis, serta jauh dari profil tangguh. 


Selain itu, sistem pendidikan sekuler telah mengesampingkan aspek keimanan yang semestinya menjadi benteng individu dalam menjalani kehidupannya. Akibatnya, muncul sekelompok generasi rusak dan lemah bahkan sampai tidak mampu untuk mengenali jati diri, potensi, juga arti dan tujuan hidupnya.


Semestinya sistem pendidikan mampu berperan mengukuhkan keimanan dan membangkitkan taraf pemikiran perihal penciptaan. Hal ini, dalam rangka menghasilkan sosok-sosok yang berkepribadian Islam yang tangguh, bermental kuat, produktif, dan berlatar keimanan yang lurus.


Di samping itu, marak dan berulangnya fenomena mabuk kecubung jelas berkaitan dengan reaksi dari masyarakat. Kendati demikian masyarakat tidak boleh diam harus ada keresahan serta mampu bergerak untuk berperan aktif menghentikan fenomena mabuk kecubung di kalangan kaum muda, terutama di daerah yang terdekat dengan tempat tinggalnya.


Pemuda adalah generasi harapan bangsa yang harus kita jaga, jangan biarkan mereka melakukan perbuatan yang tidak berfaedah bahkan terlarang. Jangan sampai masyarakat membiarkan fenomena rusak itu terjadi, karena aspek individualistis yang sudah begitu pekat mencemari hubungan antar anggota masyarakat. Budaya aktivitas kontrol sosial harus diposisikan sebagai aktivitas dakwah untuk merubah generasi ke arah yang lebih baik.


Jika kondisi kehidupan masyarakat bermasalah dan negara tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, semua ini membuktikan betapa kita butuh tatanan sosial kehidupan masyarakat yang baik. Sistem kapitalis jelas tidak bisa diharapkan, baik sekarang maupun masa mendatang. Dengan ini, sungguh kita membutuhkan sistem baru yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan kehidupan manusia hingga ke akar-akarnya.


Hanya sistem Islam solusi paripurna dan nyata atas persoalan mabuk kecubung. Sistem ini tegak dengan latar belakang kesadaran umat muslim akan pentingnya penerapan syariat Islam kafah. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., para sahabatnya, juga para khalifah kaum muslim sepanjang sejarah peradaban Islam. Penerapan syariat Islam kafah merupakan solusi tuntas bagi seluruh persoalan kehidupan manusia, baik pada level individu, masyarakat, serta negara. Wallahuallam bissawab. [DW-Dara/MKC]