Alt Title

Gagal Fokus, Pahala Terputus

Gagal Fokus, Pahala Terputus

 


Benarkah manusia itu boleh menentukan perbuatannya sendiri?

Apakah manusia boleh menentukan batas-batas perbuatannya sendiri? 

______________________________


Penulis Tari Ummu Hamzah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kehidupan serba bebas di negeri ini, makin hari makin mengerikan. Seperti kasus narkoba yang menimpa Caleg DPRD Kota Tangerang yang gagal. Wanita berinisial SA (22), ditangkap di apartemen Jakarta Selatan terkait dugaan penyalahgunaan narkotika. (detikNews.com, 07/08/2024)


Begitu pun kasus seks bebas yang makin tak terkendali. Parahnya lagi, pemerintah melegalisasi penggunaan alat kontrasepsi pada remaja. Aturan ini disahkan pada PP Nomor 28 Tahun 2024, terkait Pelaksanaan Undang-Undang Kesehatan 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, ikut mengatur pengadaan alat kontrasepsi bagi anak siswa sekolah dan remaja. Dengan demikian, pemerintah seolah membuka pintu perzinaan pada remaja. (detikNews.com, 06/08/2024)


Kita tahu bahwa negeri ini menganut sistem kapitalis dan sekularisme sebagai akidahnya. Sekularisme ini menjadikan orientasi kehidupan masyarakat terutama para pemuda, lebih mengarah kepada kehidupan serba bebas. Akibatnya krisis jati diri pun menjadi isu di tengah masyarakat, sehingga generasi muda saat ini tidak paham arah dan tujuan hidupnya. Fokus hidup mereka mau ke mana juga tidak jelas. 


Jika kita tarik kesimpulan dari fakta-fakta di atas, maka fokus yang bisa kita ambil dari kasus-kasus tersebut adalah soal aktivitas atau perbuatan manusia. Namun, benarkah manusia itu boleh menentukan perbuatannya sendiri? Apakah manusia boleh menentukan batas-batas perbuatannya sendiri? 


Seorang muslim pada hakikatnya terikat kepada hukum syarak. Inilah konsekuensi iman kepada Allah. Maka fokus utama kita adalah melakukan perbuatan sesuai dengan perintah dan larangan Allah.


Itulah batasan manusia dalam melakukan perbuatannya. Jika konsekuensi ini mampu dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, maka predikat umat terbaik senantiasa menunggu untuk disematkan kepada kita. 


Namun, ada kalanya manusia itu menemui rasa malas dan peranan futur saat melakukan amalan-amalan saleh. Ini patut kita waspadai sebab setan akan selalu menjadikan pandangan manusia terhadap amalan-amalan yang baik, menjadi sesuatu yang buruk.


Begitu pun sebaliknya, setan akan menghiasi amalan-amalan yang buruk sebagai sebuah kebaikan. Akibatnya fokus taat kepada syariat Allah bisa terganggu.


Lantas, bagaimana Islam memberikan solusi kepada kaum muslimin untuk fokus dalam melakukan amalan yang sesuai dengan perintah Allah? Patut kita ketahui bahwa umat Islam itu sepanjang sejarah peradabannya berada dalam institusi Islam. Di mana institusi ini menegakkan tiga pilar dalam kehidupan bernegara. 


Pilar yang pertama adalah ketakwaan individu. Di mana negara wajib melindungi akidah kaum muslimin agar senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.. Perlindungan ini sangat diperjuangkan oleh negara demi terwujudnya kondisi ideal untuk memelihara akidah.


Negara juga wajib mendidik rakyatnya agar senantiasa memiliki kesadaran akan hubungannya kepada Allah. Untuk mewujudkan kondisi ini diperlukan sistem pendidikan berbasis Al-Qur'an, yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan umat muslim, sehingga terbentuklah pola pikir dan pola sikap Islam yang akan melahirkan karakteristik kepribadian islami.


Pilar yang kedua adalah kontrol masyarakat. Masyarakat juga berperan dalam mengawasi individu-individu di sekitarnya. Kontrol dan pengawasan masyarakat adalah dengan kewajiban berdakwah amar makruf nahi mungkar.


Masyarakat memiliki peran penting dalam memelihara ketakwaan individu. Jika perannya berfungsi optimal, maka setiap kemaksiatan tidak akan dinormalisasi oleh masyarakat. Karena mereka membiasakan diri untuk peduli dan saling menasihati.


Pilar yang ketiga adalah pilar negara. Negara berperan sebagai penjaga dan pelindung generasi dari berbagai kerusakan. Perlindungan yang diberikan pun harus menyeluruh. Negara harus melarang segala hal yang merusak, seperti tontonan yang memiliki konten sekuler dan liberal, media porno, dan lain-lain.


Negara akan memberlakukan sanksi berdasarkan syariat Islam. Tentu saja sanksi dalam Islam memiliki efek jera dan disaksikan oleh khalayak umum, sehingga sanksi ini bisa mencegah rakyat untuk berbuat maksiat.


Seperti itulah peran dari ketiga pihak. Untuk menjadikan dunia ini sebagai ladang pahala, tak cukup hanya satu pihak saja yang bekerja. Harus ada pihak lain yang memengaruhi dan menguatkan.


Rasulullah telah mewariskan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dan dasar kehidupan bernegara dalam sistem Islam. Beliau juga telah mencontohkan bagaimana penerapan hukum yang berdasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunah sebagai sebuah sistem Islam.


Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam bersatu kembali untuk menerapkan syariat Islam, agar setiap muslim bisa dengan optimal mengumpulkan pahala yang tiada putusnya. Wallahualam bissawab. [SH-SJ/MKC]