Alt Title

Gaji Guru Honorer di Indonesia, Upah Memprihatinkan hingga Terjerat Pinjol

Gaji Guru Honorer di Indonesia, Upah Memprihatinkan hingga Terjerat Pinjol

 


Profesi guru sangat mulia, seharusnya mereka diperhatikan kesejahteraan hidupnya

Agar bisa fokus dalam mencetak generasi cemerlang dan berakhlakul karimah

______________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Saat ini dalam dunia pendidikan memiliki permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan. Salah satunya adalah masalah guru honorer.


Guru honorer diberikan fasilitas yang berbeda dengan guru berstatus ASN dan PPPK, baik dari kinerja, upah, dan penempatannya. Banyak guru honorer yang tidak sanggup untuk melanjutkan pekerjaannya hanya karena upah yang terbilang tidak mencukupi.


Tak heran kalau guru honorer sekarang banyak yang kerja sampingan baik dari kuli, serabutan, jualan olshop, bahkan parahnya sampai judol. Hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi yang sudah berkeluarga gaji Rp500 ribu tidaklah mencukupi dan masih jauh dari kata sejahtera.


Sungguh miris sekali, yang katanya guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi tidak berlaku untuk sistem sekarang. Padahal guru berhak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


Apalagi guru honorer yang mengajar di sekolah pelosok, mereka rela tidak digaji hanya untuk mencerdaskan anak bangsa. Tanpa seorang guru, anak-anak tidak tahu bagaimana jadinya. Sebab guru itu sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan anak. 


Di mana Peran Pemerintah dalam Pendidikan?

Sumber daya alam banyak, baik dari tambang, minyak bumi, batu bara, emas, dan masih banyak lagi. Apalagi alasan pemerintah untuk tidak menaikkan gaji guru honorer dan menjamin semua kesejahteraan guru.


Luar biasa dengan adanya pemerintahan menggunakan sistem kapitalis ini membuat masyarakat menjadi sengsara. Profesi guru sangat mulia, seharusnya mereka diperhatikan kesejahteraan hidupnya. Agar bisa fokus dalam mencetak generasi cemerlang dan berakhlakul karimah. Namun, apa yang terjadi gaji minim itu pun sering ditunggak. Mirisnya, sekarang pendidikan dituntut tinggi tapi gajinya minim. 


Fasilitas pendidikan lengkap hanya berlaku untuk orang-orang yang banyak uangnya. Lantas untuk masyarakat kalangan menengah bawah jangankan untuk sekolah, makan pun mereka susah.


Bagaimana generasi bisa berkembang, sedangkan fasilitas pun tidak memadai atau mencukupi. Selama pendidikan ini dalam sistem kapitalis demokrasi, guru honorer ini hanya dipandang sebelah mata. Gaji yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan jasa-jasa mereka yang tanpa pamrih.


Hanya Islam-lah menjadi solusi tuntas persoalan umat, di mana dalam sistem Islam semua guru itu diperlakukan dengan sebaik mungkin. Bahkan pada zaman Umar bin Khattab menjadi khalifah memberikan gaji guru sampai 15 dinar per orang atau setara dengan Rp30 juta. 


Ini bukti di mana seorang khalifah dalam sistem daulah Islam tidak akan membiarkan umatnya menderita, khususnya dalam pendidikan. Profesi guru itu sangat mulia. Dalam Islam guru itu diperhatikan kesejahteraan hidupnya, agar bisa fokus dalam mencetak generasi cemerlang dan berakhlakul karimah. Wallahualam bissawab. [DW-SJ/MKC]


Nur Aini Risanwenzal