Alt Title

Generasi Cemerlang Hanya Lahir dari Pendidikan Islam

Generasi Cemerlang Hanya Lahir dari Pendidikan Islam


 


Islam akan diajarkan secara menyeluruh tanpa dicampur dengan pemikiran lain

seperti kapitalisme, liberalisme, dan paham sesat lainnya

______________________________


Penulis Ai Siti Nuraeni

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Agama merupakan perkara mendasar yang perlu diajarkan kepada anak sejak dini, baik di rumah juga di sekolah. Tujuannya agar mereka tidak kehilangan arah dalam kehidupan dan memiliki nilai moral yang tinggi. Oleh sebab itu, pemerintah hadir untuk mendukung terwujudnya pendidikan terhadap agama yang mumpuni dan diajarkan oleh orang-orang yang memiliki ilmu serta akhlak yang baik.


Minggu (11/8/2024), pemerintah Kabupaten Bandung  menggelar silaturahmi akbar serta seminar nasional dengan tema "Optimalisasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan, Tantangan dan Peluang Menuju Bandung Bedas." Ribuan peserta hadir di acara yang bertempat di Dome Bedas Soreang Kabupaten Bandung. Bupati Bandung Dadang Supriatna berkesempatan hadir dalam acara tersebut dan memberi sambutannya. (Bandungkab.go.id, 14/08/2024)

Acara silaturahmi ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada guru PAI yang telah banyak berjasa dalam memberi pelajaran agama kepada para murid. Bupati mendorong mereka untuk lebih serius dalam mencerdaskan siswa dan menghiasinya dengan akhlak baik agar sejalan dengan tujuan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Bupati menjanjikan perlakuan yang lebih baik kepada para guru dengan memberikan dorongan untuk membuat sertifikasi, memberi BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan serta bantuan pembangunan sarana.

Begitu mulia tugas yang diemban oleh seorang guru, namun tantangan yang mereka hadapi begitu banyak. Di sekolah, guru agama memiliki keterbatasan waktu mengajar karena mata pelajaran ini hanya termasuk muatan lokal. Apalagi jika wacana dihapusnya pendidikan agama dari kurikulum benar-benar terealisasi. Artinya, peran guru agama mencerdaskan murid dengan Islam akan sulit terwujud karena saat ini waktu ajar yang diberikan tidak sebanding dengan mata pelajaran yang lain seperti matematika, bahasa Indonesia, atau bahasa Inggris.

Tantangan lainnya adalah kurikulum merdeka dan moderasi beragama yang terus diembuskan pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kementerian agama. Karena, kedua program tersebut adalah upaya sekularisasi yang diinginkan Barat di lembaga pendidikan. Para peserta didik digiring memahami pengetahuan umum saja dan dipersempit terhadap ajaran agama. Program bupati dalam memahamkan Islam dengan benar pada siswa tidak akan berjalan baik, karena tidak sejalan dengan kebijakan pusat yang justru berpikir untuk menjauhkan agama.

Di sisi lain, aturan baru yakni PP No. 28 Tahun 2024 yang telah diteken pemerintah turut menjadi tantangan terbesar dan terberat bagi guru. Karena, dalam PP tersebut memberikan peluang kepada remaja untuk menggunakan alat kontrasepsi. Di saat guru menginginkan anak-anak terbebas dari pergaulan bebas dan jauh dari perzinaan, aturan tersebut justru membuka peluang remaja terutama kaum pelajar bebas berinteraksi dengan lawan jenis.

Adapun tantangan dari luar sekolah berupa media, baik media sosial maupun media massa yang seperti bola liar yang diisi dengan hal positif maupun negatif. Ini membuat anak-anak terpapar dengan segala macam pemahaman dan pemikiran bahkan yang berasal dari luar Islam. Budaya berpakaian terbuka, challenge tarian yang mengundang syahwat, aksi kekerasan, bullying dan perilaku lain yang dilarang agama akan kian marak dan tak malu lagi dipertontonkan.

Belum lagi pergerakan penganut L68T yang tidak berhenti menyuarakan ide mereka membuat pelakunya semakin hari semakin bertambah banyak. Ini adalah sekelumit rintangan yang dihadapi guru agama (PAI) dalam mendidik para muridnya.

Dalam menghadapi rintangan-rintangan tersebut, peran pemerintah sangat dibutuhkan. Karena, pemerintah yang memiliki otoritas tertinggi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Penguasa harus memosisikan diri sebagai pendukung dalam mendidik generasi, bukan sebaliknya menjadi salah satu rintangan. Pemerintah melalui kebijakannya harus menjauhkan paham di luar Islam dari kurikulum serta membuat aturan yang mendukung dalam menjauhkan generasi dari pergaulan bebas.

Seperti Rasulullah saw. yang begitu peduli dengan pendidikan. Beliau menjamin pendidikan rakyat dan membuat mereka bisa mendapatkannya dengan mudah. Salah satu contohnya adalah perlakuan Rasul terhadap tawanan Badar. Mereka diminta untuk mengajarkan baca tulis kepada anak-anak muslim sebagai syarat mendapat kemerdekaan. Dengan pengaturan ini, tawanan bisa merdeka dan rakyat mendapatkan ilmu dengan gratis.

Hal tersebut merupakan salah satu bentuk jaminan kepala negara yakni Rasulullah memberikan pendidikan sebagai hak warga negara. Baca tulis merupakan pendidikan dasar kaum muslim terutama generasi bisa membaca Al-Qur'an dan hadis, memahami, dan mengamalkannya. Karena hal tersebut tersirat dalam Al-Qur'an yang artinya: "(Allah) Yang Maha Pengasih,Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara."(QS. Ar-Rahman ayat 1-4)

Oleh karena itu, pemahaman agama adalah hal pertama yang harus dikuasai oleh siswa sebelum ilmu yang lainnya. Negara akan memfasilitasinya dengan pendidikan agama yang layak sejak awal dalam waktu yang cukup. Islam akan diajarkan secara menyeluruh tanpa dicampur dengan pemikiran lain seperti kapitalisme, liberalisme, dan paham sesat lainnya. Agar terlahir generasi yang paham Islam dengan utuh.

Pendidikan generasi juga didukung oleh keluarga dan masyarakat. Apa pun yang diajarkan di sekolah akan diterapkan juga di rumah dan di lingkungan masyarakat. Dengan begitu, pengetahuan anak mengenai Islam bisa membekas dan terlihat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Negara juga tidak akan tunduk pada aturan internasional yang bisa merusak generasi dan menghantarkan mereka pada pergaulan bebas. Terlebih aturan tersebut berasal dari kafir penjajah. Media akan berada dalam pengawasan bagian penerangan yang akan membatasi konten yang berisi pergaulan bebas, kekerasan, menampilkan aurat, dan hal buruk lainnya.

Dengan cara itu, Islam mampu menciptakan generasi cemerlang. Sesuatu yang mustahil untuk bisa terwujud dalam sistem kapitalis seperti saat ini. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]