Alt Title

Hilangnya Naluri Seorang Ibu

Hilangnya Naluri Seorang Ibu




Ketika orang tua dapat mengasuh dan mendidiknya dengan baik, 

maka pahala jariyah bagi ibu dan ayahnya

______________________________


Penulis Siti Rahmawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Seorang ibu ditetapkan sebagai tersangka kasus perdagangan bayi di Tambora, Jakarta Barat. Ia berinisial T (35). T tega menjual bayinya sendiri karena terimpit ekonomi. (Antara.com, 23/2/2023)


Kasus serupa terjadi di Jalan Kuningan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatra Utara. Ibu rumah tangga berinisial SS (27) tega menjual bayinya seharga Rp20 juta melalui perantara. Saat ditangkap, ia mengaku menjual bayinya karena kesulitan ekonomi. (Kompas.com, 14/8/24)

Kasus di atas hanya segelintir dari banyak kasus tentang penjualan anak dikarenakan kesulitan ekonomi yang mendera hidup si ibu. Tidak sedikit akhirnya untuk menyelamatkan hidup, ibu pun rela menjual anaknya. Sungguh naluri seorang ibu pun hilang seketika.

"Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah" ungkapan yang indah untuk seorang ibu, ibu memiliki kepekaan yang besar. Allah ciptakan ibu seperti malaikat, ia akan menjaga anak-anaknya, mendidik, menyayangi dengan sepenuh jiwa.

Ketika ibu punya masalah yang dihadapi terkadang selalu disimpan, sehingga semakin banyak masalah yang disimpan dan tidak dikeluarkan, maka sewaktu-waktu bisa meledak seperti bom waktu.

Masalah ini akan terus terulang ditambah susahnya mencari pekerjaan, keahlian yang kurang, tingkat pendidikan rendah, menjadikan masalah ekonomi semakin sulit. Belum lagi biaya hidup di zaman sekarang serba mahal, harga kebutuhan pokok terus melonjak naik.

Pemenuhan nafkah dari suami sebagai pemberi nafkah pun tidak mencukupi, karena banyaknya faktor seperti sulitnya mencari kerja dengan gaji yang mencukupi dan gaya hidup yang hedonis.

Fenomena ini kerap terjadi di zaman sekarang. Kapitalisme membuat orang-orang akhirnya mencari jalan pintas yang instan, memisahkan agama dari kehidupan, melakukan apa pun dengan bebas tanpa memikirkan dulu sebab akibat dari tindakannya.

Salah satu contohnya adalah penjualan anak, karena keberadaan anak menjadi alasan tingginya biaya hidup. Maka daripada tidak bisa terpenuhi kebutuhannya, lebih baik dijual saja. Bahkan sampai dihilangkan nyawa anaknya, hanya untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi.

Dalam kasus seperti ini, negara hanya menetapkan pelaku dengan pasal 76 F juncto pasal 83 UU nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak atau pasal 2 dan 5 UU nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan ancaman pidana maksimal 10 tahun penjara.

Terkadang hukuman ini tidak memberikan efek jera bagi para pelaku, karena akar masalahnya tidak diselesaikan dengan tuntas. Bahkan negara tidak menghadirkan rasa takut pada jiwa individu agar tidak mengulangi kesalahannya kembali.

Dalam Islam, orang tua berperan penting dalam pola pengasuhan, pendidikan, dan tata krama anaknya. Peran ayah sebagai kepala rumah tangga dan ibu sebagai ummu warabatul bait, yang mengatur urusan rumah tangga maka mempunyai peran dalam pendidikan awal bagi anaknya, mengasuh, dan menjaga anaknya.

"Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama." (HR. Ibnu Majah)

Maka itu seorang ibu harus bahagia sesuai syariat Islam, tidak stres dengan banyak masalah yang menumpuk, sehingga ibu harus belajar mengkaji ilmu dan tsaqafah Islam.

Supaya ibu bisa menanamkan akidah yang kuat terhadap anaknya, memberikan penuh kasih sayang di dalam keluarga dan bisa menciptakan generasi yang kuat, unggul, dan mampu mencetak peradaban yang gemilang. Maka itu seorang ibu harus dimuliakan dan diperhatikan psikologinya agar tetap bisa menjaga kewarasannya selalu.

"Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu'." (HR. Al-Bukhari, Muslim)

Islam juga mengembalikan peran orang tua sebagai pasangan suami istri yang sakinah, mawadah, warahmah yang taat pada syariat Allah, hingga suasana keimanan dan ketakwaan pada Allah terasa di dalam keluarga.

Mendidik anak merupakan amanah besar dari Allah Swt.. Ketika orang tua dapat mengasuh dan mendidiknya dengan baik, maka pahala jariyah bagi ibu dan ayahnya, yang kelak akan dibalas dengan surga.

Jika terjadi masalah ekonomi karena kurangnya pendapatan atau tidak terpenuhinya kebutuhan, maka negara akan memenuhi kebutuhan keluarga tersebut dari kas Baitulmal.

Sungguh Islam mendorong orang tua terutama ibu untuk dapat memberikan yang terbaik buat keluarganya. Hal ini bisa tercipta hanya dalam penerapan Islam yang sempurna, bukan sistem sekarang yang rusak bahkan abai terhadap peran ibu dan anak tanpa solusi yang pasti. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]