Alt Title

Kala Sekularisme Merusak Keluarga

Kala Sekularisme Merusak Keluarga

 


Sekularisme juga membuat manusia tidak meyakini peran Tuhan dalam hidupnya

Apalagi yakin bahwa Allah Swt. Maha Pengatur dan setiap manusia harus terikat dengan hukum syariat

__________________


Penulis Siti Nurtinda Tasrif

Kontribut Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Keluarga merupakan wadah yang strategis untuk melahirkan dan membina generasi emas, darinya muncul orang-orang yang beriman, kokoh lagi berkarakter kuat dan berprinsip. Keluarga merupakan bagian penting terutama dalam sebuah negara, mengingat keluarga yang tengah membina rumah tangga hanya menginginkan satu tujuan, yaitu lahirnya orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt..


Sehingga negara akan berupaya semaksimal mungkin agar bagaimana setiap keluarga dapat sejahtera dalam hidupnya. Tidak terlibat dalam berbagai persoalan pun juga hadir kriminal-kriminal yang dapat merusak keutuhan rumah tangga tersebut. Jika melihat fakta hal ini seringkali terjadi, dan sampai sekarang masih menerka apa yang menjadi penyebabnya?


Sebagaimana yang penulis kutip dari media (detik.com, 24/08/2024) bahwasanya Polisi menangkap pria bernama Andy Rahmat (31) yang membunuh ibu kandungnya, Rukiyah (57) di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim). Pelaku dibekuk saat beristirahat di masjid. "Ya alhamdulillah pelaku sudah kami amankan kurang dari 24 jam setelah kejadian," ujar Kapolresta Balikpapan, Kombes Anton Firmanto. 


Pelaku ditangkap di masjid Da'watul Islam Karang Joang, Balikpapan Utara sekitar pukul 12.30 Wita. Pelaku singgah di masjid tersebut usai berjalan kaki sejauh 6 kilometer. Anton mengatakan saat ini pelaku telah diamankan di Mapolresta Balikpapan. Dia mengaku pihaknya masih mendalami motif pelaku membunuh ibu kandungnya.


Sungguh ironis, Keluarga yang merupakan batu pertama dalam melahirkan generasi akhirnya melahirkan para kriminal dan lebih menyedihkan lagi adalah sampai berani membunuh ibu kandungnya sendiri. Padahal sebagai anak tentu saja dalam hatinya hendaklah memiliki kasih sayang yang besar bukannya malah sebaliknya.


Seharusnya hal ini tidak terjadi, jika negara sadar akan posisinya sebagai pelayan umat. Negaralah yang paling bertanggung jawab untuk menjaga keluarga baik dari pendidikannya, ekonominya pengurusan hajat hidupnya, keamanan dan kesehatannya. Namun, sepertinya hal ini hanya akan menjadi definisi semata tanpa didalami dan direnungi. 


Negara seakan buta, tidak tahu tentang masalah utamanya. Sedangkan solusi terus disampaikan, pembinaan psikologis terus dilakukan tetapi lupa bahwa manusia tidak hanya membutuhkan faktor dari luar tetapi juga faktor dalam, yaitu akidah. Sebuah pandangan hidup yang akan menjadi kontroling terbaik dalam hidupnya.


Hal tersebut tidak bisa didapatkan melalui fase hidup yang sekarang. Di mana seluruh negara menerapkan sistem kapitalisme demokrasi yang berakidah sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Pemisahan inilah yang membuat manusia terus dikawal oleh nafsu duniawi sehingga tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Tidak mampu membedakan mana yang halal dan mana yang haram.


Sekularisme juga membuat manusia tidak meyakini peran Tuhan dalam hidupnya. Apalagi yakin bahwa Allah Swt. Maha Pengatur dan setiap manusia harus terikat dengan hukum syariat. Sekularisme juga membuat manusia menganggap, bahwa ibadah adalah urusan pribadi. Padahal, seluruh pribadi terikat dengan ibadah sesuai dengan tujuan penciptaannya yakni, beribadah kepada Allah Swt. Tidak hanya individu, tetapi keluarga, masyarakat bahkan negara. 


Sehingga wajar jika sekarang tidak ada yang namanya ikatan keluarga, tidak ada yang namanya kasih sayang, yang ada hanyalah untung dan rugi. Sehingga kriminalitas bisa menyerang siapa saja entah itu orang lain ataupun keluarga sendiri. Sungguh sadis pengaruh dari sekularisme ini yang nyata merusak kesadaran, keyakinan dan moralitas manusia.


Maka sudah sepantasnya, sistem ini diganti dengan sistem Islam yang diterapkan melalui negara Khilafah. Sistem yang menjamin pendidikan yang berorientasi pada halal dan haram sehingga tercipta manusia yang bertakwa, berkepribadian kuat dan berprinsip. Rasa takutnya kepada Allah Swt. akan menjaganya untuk tetap stabil dalam emosi dan bersabar dalam ujian.


Sehingga, setiap masalah yang ada akan dihadapinya dengan gagah berani dan rasa percaya diri yang kuat. Semua itu karena Islam telah mengkristal dalam dirinya. Tidak hanya pendidikan, tetapi ekonomi bahkan politik juga akan diatur sesuai dengan aturan Islam. Di mana semua akan merata didapatkan, tidak bagi yang kaya saja tetapi untuk seluruhnya.


Islam juga akan menghilangkan berbagai praktik syirik, ribawi bahkan pelanggaran terhadap hukum syariat, sehingga tidak akan ada yang terpengaruh oleh praktik haram yang tentu saja akan merusak otak dan kesadaran. Jika demikian terjadi maka manusia bisa saja lebih rendah dari pada binatang.


Maka dengan demikian, sistem Islam harus diterapkan sebagai solusi bagi persoalan hidup seluruh dunia.


Namun patut disadari, sistem Islam sendiri bisa diterapkan hanya jika Khilafah Rasyidah tegak kembali di atas muka bumi ini. Karena Islam tidak dapat diterapkan oleh negara yang menggunakan sistem demokrasi yang kotor.


Maka jelaslah khilafah harus tegak terlebih dahulu jika rakyat menginginkan solusi yang tuntas bagi persoalan kehidupan. Khilafah dapat tegak jika seluruh masyarakat sadar dan bersatu kemudian menyerukan untuk tegakkan kembali khilafah sehingga Islam bisa diterapkan olehnya. 


Ketika khilafah tegak dan diterapkannya maka seluruh regulasi yang bersumber dari Islam akan diterapkan secara langsung seluruhnya. Sehingga masyarakat dapat segera merasakan keamanan, kesejahteraan dan ketentraman hidup dalam sistem Islam dalam bingkai Khilafah Rasyidah. Wallahualam bissawab. [SM-EA/MKC]