Alt Title

Kerusuhan Bangladesh, Konflik Kebencian terhadap Islam

Kerusuhan Bangladesh, Konflik Kebencian terhadap Islam

 


Konflik yang dilahirkan sekularisme adalah kekejaman yang menjadikan akal manusia sebagai aturan hidup

Sekularisme ataupun sistem kapitalisme, telah memisahkan aturan manusia dengan Allah Swt.


Penulis Anastasia S.Pd.

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sejarah telah mencatat pergelutan antara Islam dan Hindu, kerap kali mewarnai konflik di negara kawasan Asia Selatan.


Tidak bisa dihindari, konflik yang sering terjadi, diakibatkan permasalahan yang sangat mendasar, yaitu konflik agama. Yang berawal dari sejarah panjangnya kolonialisme Inggris. Sehingga konflik menjadi sangat panjang melintasi generasi.


Inggris telah melakukan politik belah bambu. Menjadikan agama Islam dan Hindu dibenturkan, sebagai dua ideologi yang saling bertentangan. 


Perlawanan Islam terhadap kolonialisme di kawasan Asia Selatan, membuat Inggris repot. Sehingga membentuk kelompok dari kalangan penganut garis keras Hindu untuk menyerang Islam.


Islam adalah ideologi agama, dengan jumlah pemeluk terbesar di kawasan tersebut. Potensi demografi inilah bentuk ancaman keberadaan Hindu di kawasan Asia Selatan, khususnya beberapa wilayah di negara Pakistan dan India.


Begitu pun kerusuhan yang terjadi di Bangladesh, merupakan wilayah pecahan Pakistan bagian dari kawasan Asia Selatan, yang tidak bisa dipisahkan dari konflik Hindu dan Islam.


Kerusuhan berdarah di Bangladesh, terjadi seiring gelombang aksi yang berlangsung selama beberapa pekan yang lalu. Polisi dan peserta aksi dilaporkan mengalami bentrok hebat tepat di jantung kota Dhaka Bangladesh, memakan sejumlah korban yang diperkirakan tidak sedikit.


Demonstrasi di Bangladesh terkait kebijakan penerimaan ujian sekelas pegawai negeri bagi keluarga veteran, yang secara jumlah mereka mendapatkan porsi yang lebih. Melalui kebijakan ini, keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh pada 1971 mendapat jatah khusus 30 persen penerimaan calon pegawai negeri. Aturan ini yang di beberapa tahun terakhir dihapuskan pada 2018 karena aksi protes mahasiswa turun ke jalan menentang kebijakan tersebut. (Kompas.com, 22/07/2024)


Untuk diketahui, pemberlakuan kembali penerimaan calon pegawai negeri, yang lebih berpihak kepada partai Liga Awami yang berkuasa saat ini. Partai sebagai kelompok kemerdekaan Bangladesh dan memiliki kekuatan pendukung pemilih yang kuat di kalangan para pejuang kemerdekaan di masa lalu.


PM Sheikh Hasina sendiri secara terbuka membela kebijakan kuota tersebut. Dalam pandangan sosok PM Hasina, pejuang kemerdekaan di masa pembebasan Bangladesh dari wilayah Pakistan Timur adalah kado mahal yang harus diapresiasi oleh negara.


PM Sheikh Hasina, adalah putri pendiri negara Bangladesh yaitu Mujibur Rahma. Tokoh pendiri partai penguasa Liga Awami yang saat ini sedang berkuasa merupakan sosok keras, yang dengan lancang ingin memisahkan diri dari Pakistan. Pakistan adalah negara dengan mayoritas penduduk Islam. Sedangkan Mujibur Rahma menginginkan negara sekuler. 


Akhirnya, dengan kerja kerasnya dia berhasil menjadikan kawasan Pakistan Timur menuju negara Bangladesh saat ini. Partai Liga Awami di bawah Hasina, adalah partai sekuler. Partai ini secara konsisten memerangi orang-orang fundamentalis. Sehingga apa yang terjadi di Bangladesh, adalah gambaran benturan agama, yang ditimbulkan dari sejarah konflik panjang hubungan antara Islam dan Hindu.


Kebijakan di bawah tangan besi Hasina membawa Bangladesh menjadi negara sekuler yang memusuhi Islam. Seperti hal sebelumnya, pada (6/4/2007), sejumlah umat Islam, turun ke pusat-pusat kota pemerintahan di Bangladesh. Pada saat itu diperkirakan, jumlah orang yang ikut dalam aksi tersebut diklaim ratusan ribu orang.


Hal itu terjadi, sebagai bentuk tuntutan untuk melegalkan undang-undang penistaan agama. Mereka menginginkan supaya kebijakan undang-undang baru itu memberikan hukuman mati untuk para penghujat Islam. (Kompas.com, 08/04/2013)


Namun, Hasina menolak dengan alasan Bangladesh merupakan negara demokrasi sekuler yang tidak akan mengambil kebijakan, untuk menjadikan Islam sebagai identitas bangsa. Dari awal terbentuknya negara Bangladesh, memang ingin melepaskan dominasi Islam sebagai kekuasaan menuju negara yang sekuler.


Kapitalisme Memusuhi Islam 

Apa yang sedang terjadi di Bangladesh adalah gambaran umum kondisi umat Islam saat ini. Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar. Namun, sangat ironis, terjajah oleh sistem sekuler. Sekuler telah melahirkan pandangan hidup yang akan memusuhi eksistensi agama. Sedangkan Islam, adalah sistem kehidupan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.


Faktanya berbenturan dengan sistem sekularisme. Konflik yang dilahirkan sekularisme adalah kekejaman yang menjadikan akal manusia sebagai aturan hidup. Sekularisme ataupun sistem kapitalisme, telah memisahkan aturan manusia dengan Allah Swt..


Padahal, sejatinya kapitalisme hanya mengamankan kepentingan oligarki. Kekuasaan yang melahirkan dinasti di antara terdekat mereka. Kasus kerusuhan di Bangladesh adalah bukti buruk diterapkannya sistem kapitalisme yang memang menguntungkan para penguasa.


Dalam sejarah panjang peradaban umat manusia, Islam sendiri merupakan agama perlawanan bagi kapitalisme. Islam melahirkan segala bentuk aturan hidup yang bebenturan dengan sistem kapitalisme.


Semangat Islam telah membentuk perlawanan sengit yang telah mengobarkan api semangat untuk mampu melawan kezaliman. Wajar apabila konflik di Bangladesh menjadikan Islam sebagai musuh utama.


Islam Jalan Menuju Perubahan Hakiki

Diterapkannya kapitalisme ataupun sekularisme, hanya menambah panjang penderitaan umat manusia. Kapitalisme telah melahirkan sistem kolonialisme, yang telah merampok kekayaan, dan menjajah akidah Islam dari pemeluknya.


Apa yang sedang dialami oleh umat Islam, merupakan awal dari perjuangan umat Nabi Muhammad untuk kembali berjuang di jalan dakwah, mengembalikan kembali Islam sebagai kekuatan yang mampu melawan kezaliman. Sehingga umat terlepas dari sistem penjajah. 

 

Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra’d (13): 11)


Ayat di atas mewajibkan kita berusaha senantiasa berjuang untuk memperbaiki keadaan. 


Islam adalah sistem hidup yang mampu mengurai permasalahan manusia. Hal ini bertentangan dengan sistem kapitalisme, yang dari awal munculnya sistem ini mengamankan segelintir kepentingan manusia. Tentu saja, sistem ini tidak bisa diterima oleh manusia, karena penerapan dari kebijakannya menyengsarakan bagi siapa pun yang ditindas oleh kepentingannya. 


Belajar kepada Rasulallah saw. dan generasi setelahnya yang telah mencontohkan kita, untuk menerapkan Islam dalam sebuah negara. Maka, sejarah mencatat sepanjang Islam diterapkan, mampu memberikan rasa aman dan adil kepada seluruh umat manusia.


Sepanjang Islam diterapkan, mampu menjaga setiap perbedaan dan persatuan. Karena setiap pemimpin sadar akan mempertanggungjawabkan amanah di sisi Allah Swt..


Atas dasar itu, Islam mampu melahirkan pemimpin yang takut kepada Allah. Wallahualam bissawab. [SM-SJ/MKC]