Alt Title

Membangun Keluarga Bahagia dengan Landasan Islam

Membangun Keluarga Bahagia dengan Landasan Islam

 


Penerapan sistem kapitalisme saat ini, menjadi faktor utama hilangnya keluarga yang bahagia, dan harmonis

Banyak kepala keluarga yang kesulitan untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menafkahi istri, dan anak-anaknya

______________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Potret keluarga saat ini makin jauh dari kata harmonis, dan bahagia. Bagaimana tidak, banyak kisah keluarga yang berujung tragis. Seperti, kisah terbaru yang dikutip dari kompas.com, 27/08/24 bahwa seorang anak berinisial ANA usia 6 tahun meninggal dunia, ibu tirinya telah merenggut nyawanya, kemudian dibungkus ke dalam karung di sekitar rumahnya.


Selain itu, ada juga kisah lain yang membuat geger, seorang anak membunuh ibu kandungnya. Dikutip dari Balikpapan.com, Jumat, 23/8/2024, sekitar pukul 21.13 Wita, di Jl. Sepakat RT 46, Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balikpapan Barat, seorang ibu bernama Hj RK meninggal secara tragis dibunuh oleh anak kandungnya sendiri bernama AR. Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa, menebas leher ibunya menggunakan parang. Setelah melakukan perbuatan keji, tersangka AR pun melarikan diri.


Miris, melihat kisah dua keluarga ini, tampak potret keluarga yang sangat jauh dari kata bahagia. Ini baru sebagian kecil keluarga yang terekspos di media, masih banyak kasus yang tidak terekspos. Banyak pula keluarga yang akhirnya memutuskan untuk bercerai dengan berbagai alasan. Di antaranya karena alasan faktor ekonomi, hingga mereka memilih untuk bercerai. 


Penerapan sistem kapitalisme saat ini, menjadi faktor utama hilangnya keluarga yang bahagia, dan harmonis. Karena kebahagiaan, dan keharmonisan keluarga dilandasi oleh materi, atau uang. Uang menjadi penentu kebahagiaan keluarga. Di sisi lain kesulitan mencari pekerjaan pun menjadi masalah. Banyak kepala keluarga yang kesulitan untuk mencari nafkah, sehingga tidak dapat menafkahi istri, dan anak-anaknya. 


Dampak dari faktor ekonomi ini telah menghancurkan sebuah keluarga. Orang tua berpisah, anak kehilangan peran orang tua, dan menjadi korban. Jika dilihat dari kasus kedua di mana seorang anak yang diduga mengalami gangguan jiwa membunuh ibu kandungnya sendiri, ini pun banyak faktor yang melatarbelakanginya.


Seseorang tidak mungkin begitu saja mengalami gangguan jiwa. Bisa jadi karena faktor trauma pengasuhan orang tua, lingkungan sekitar yang membuatnya depresi, atau faktor lainnya. Ketika anak membunuh ibu kandungnya tanpa melihat kondisi anaknya, ini menunjukkan ada masalah dalam keluarganya. Sekali lagi, ini memperlihatkan potret keluarga yang buruk, padahal dalam Islam sebuah keluarga, harus dibangun dengan landasan sakinah, mawadah, dan warahmah.


Untuk saat ini, kita tidak bisa menyalahkan pada anggota keluarga saja. Ketika terjadi masalah di dalamnya, karena di dalam penjagaan, dan pembentukan keluarga agar sakinah, mawadah, dan warahmah. Ini juga harus ada peran negara, sebab peran negara dalam Islam berfungsi sebagai raa’in (pemelihara urusan rakyat). 


Dalam konteks ini negara harus mampu menciptakan faktor pendukung untuk membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Di antaranya dengan menyediakan lapangan kerja bagi laki-laki. Karena yang bertugas mencari nafkah adalah laki-laki, sedangkan perempuan bertugas menjadi ibu  dan harus fokus menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. 


Inilah pentingnya negara untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, terkait tugas, dan peran masing-masing. Dalam sistem Islam kafah, negara memiliki sistem pendidikan yang berkualitas. Berasaskan pada akidah Islam, sehingga akan mendidik setiap warga negara untuk menjaga hubungan keluarga agar tetap harmonis. 


Negara akan menerapkan Islam secara kafah, sehingga terwujud sistem kehidupan yang baik, keluarga pun akan baik, dan terjaga. Negara akan mewujudkan maqashid syariah, di antaranya mashlahat dharuriyyah, yaitu menjaga agama (hifdz ad-din), menjaga jiwa (hifdz an-nafs), menjaga akal (hifdz al-aql), menjaga keturunan (hifdz an-nasl), dan menjaga harta (hifdz al-mal). Sehingga kebaikan akan terwujud di dalam keluarga, masyarakat, serta negara.

Wallahualam bissawab. [MGN-SH/MKC]


Penulis Fransiska, S.Pd.

Aktivis dakwah