Alt Title

Moderasi Beragama Mengaburkan Jati Diri Umat Islam

Moderasi Beragama Mengaburkan Jati Diri Umat Islam

 


Moderasi beragama sejatinya bukan mengajak masyarakat muslim makin kuat dalam beragama

Moderasi justru makin mengikis jati diri muslim

_________________________


Penulis Haova Dewi

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pendidik


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - MUI Kabupaten Bandung memeriahkan tahun baru Hijriyah dengan menggelar Rihlah Dawah, Sabtu-Minggu (20-21Juli 2024). Acara yang dihadiri oleh ketua umum MUI kabupaten Bandung KH. Yayan Hasuna Hudaya, para wakil ketua dan para kepala bidang MUI kabupaten Bandung. Acara di Pangandaran ini juga dihadiri perwakilan ormas-ormas Islam dan tokoh lintas agama yakni agama Buddha dan Katolik.


Hadir juga ketua forum kerukunan umat beragama (FKUB) kabupaten Bandung ustaz H. Erry Ridwan Latief. Menurut ketua panitia, KH. Ahmad Sobari, acara ini bertema "Memperkuat Persaudaraan dan Mempererat Hubungan Antar-Umat Beragama." "Karena tujuannya adalah memperkuat ukhuwah islamiah atau persaudaraan di antara umat Islam dan hubungan harmonis dengan pemeluk agama lain," ujarnya.


Acara juga diisi dengan pemaparan soal moderasi beragama dari dosen UIN Sunan Gunung Djati dan Direktur Rumah Moderasi, Dr. Usep Dadi Rustandi. Sedangkan KH. Yayan Hasuna mengatakan, MUI bukanlah alat politik sehingga tak bisa dipolitisir oleh siapapun. "Alim ulama dan tokoh agama juga butuh kegiatan agar tak kena S3, yakni stres, stroke, apalagi stop dari dunia ini," kata Kyai Yayan yang juga pimpinan Pesantren Yamisa Soreang. Dilansir (mui-kabbandung.com 29/7/2024) 

 

"Memperkuat hubungan antar umat beragama" atau "menjaga toleransi" menjadi jurus andalan dalam menjajakan proyek moderasi beragama.


Kemajemukan bangsa Indonesia dijadikan narasi proyek moderasi beragama demi menghormati perbedaan, bersedia hidup bersama dalam sebuah komunitas yang beragam serta mengedepankan nilai-nilai toleransi. Selanjutnya, dikatakan moderasi beragama sebagai salah satu arah kebijakan program nasional revolusi mental dan pembangunan. Kebudayaan merupakan fondasi cara pandang, sikap dan praktik beragama jalan tengah guna terwujudnya masyarakat Indonesia yang berbudi luhur, berjati diri, bergotong royong, toleran dan sejahtera.


Moderasi beragama sejatinya bukan mengajak masyarakat muslim makin kuat dalam beragama, justru makin mengikis jati diri muslim. Seiring dengan itu bermunculan berbagai seruan semacam, "Tuhan itu satu, cara beribadah saja yang berbeda," atau "Jangan mengeklaim kebenaran, yang berhak mengeklaim kebenaran hanya Tuhan." Dengan seruan seruan-seruan demikian, tidak heran dikalangan muda yang labil, mereka mudah berpindah agama. Mereka berganti agama layaknya mudah berganti baju. Bermunculan pula tren agnostik dan ateis. Lebih miris lagi, banyak generasi muslim yang fobia terhadap Islam agamanya sendiri.


Moderasi Beragama tidak hanya mengaburkan jati diri muslim. Bahkan, ditengarai bakal mengubur nilai nilai Islam di Indonesia. Jika dahulu Indonesia dikenal dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Seiring dengan gencarnya proyek moderasi beragama, kini posisi penduduk muslim terbanyak di dunia dipegang oleh Pakistan. Masyarakat sendiri sulit untuk tidak mengikuti "tabuhan" moderasi beragama tersebut. Rasa takut dicap radikal dan intoleran lebih dominan menyelimuti mereka.


Islam telah mengajarkan dan memperagakan toleransi dengan begitu indah sejak masa daulah Islam di Madinah. Islam telah memberikan tuntunan bagaimana menghargai dan menghormati agama lain, dengan batasan akidah yang jelas. Hal tersebut sudah dipraktekkan dengan baik sejak 13 abad yang lalu.


Daulah Islam pertama di Madinah Baginda Rasulullah saw. kala itu menjadi kepala negaranya menunjukkan kecemerlangannya dalam mengelola kemajemukan. Umat Islam, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan satu sama lain. Meski, mereka hidup dalam naungan pemerintah Islam, masyarakat nonmuslim tetap mendapatkan hak-hak yang sama sebagai warga negara. Mereka memperoleh jaminan keamanan, juga bebas melakukan peribadatan sesuai dengan keyakinannya masing-masing.


Sangat jelas bahwa seruan-seruan "Toleransi Beragama" atas nama moderasi beragama hanyalah tipu daya semata. Tujuan sebenarnya adalah untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang lurus. Sehingga umat Islam perlahan lahan akan kehilangan jati diri Islamnya. Wallahuallam bissawab. [SM-Dara/MKC]