Alt Title

Naluri Keibuan Mati Tersebab Impitan Ekonomi

Naluri Keibuan Mati Tersebab Impitan Ekonomi

 


Kejadian ibu menjual bayinya menunjukkan bahwa begitu berat beban ekonomi yang mengimpit masyarakat saat ini

Tekanan ini menghilangkan naluri keibuan berupa rasa cinta, kasih, dan sayang terhadap anaknya

______________________________


Penulis Dewi Jafar Sidik

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kasih ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia


Sebait lirik lagu di atas menggambarkan besarnya kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Ironi, dalam sistem saat ini, ada sebagian ibu yang tega menjual buah hatinya karena impitan ekonomi. Masihkah kasih ibu sepanjang masa?


Dilansir dari KOMPAS.com 14/8/2024. Seorang ibu rumah tangga berinisial SS (27) ditangkap polisi, karena menjual bayinya Rp20 juta melalui perantara di Jalan Kuningan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatra Utara. Alasan SS menjual anaknya karena kesulitan ekonomi.


Kasus ini, hanyalah salah satu fakta dari sekian peristiwa serupa yang terjadi. Kejadian ibu menjual bayinya menunjukkan bahwa begitu berat beban ekonomi yang mengimpit masyarakat saat ini. Hingga sampai menghilangkan naluri keibuan berupa rasa cinta, kasih, dan sayang terhadap anaknya.


Orang pertama yang seharusnya paling sayang terhadap anak adalah ibunya. Betapa tidak, ibu selama sembilan bulan telah mengandungnya. Saat itulah, terjalin rasa kasih sayang antara ibu dengan anak yang ada di dalam kandungannya. Kasih sayang ini makin bertambah ketika anak lahir ke dunia dan menjadi pelengkap kebahagiaan keluarga.


Namun, ada beberapa faktor yang akhirnya mendorong seorang ibu tega menukar anaknya dengan sejumlah uang. Di antaranya faktor keimanan. Lemahnya iman menjadikan seorang ibu tidak bisa berpikir jernih dan gelap mata. Tanpa ia sadari bahwa anak adalah anugerah dan amanah dari Allah Swt. yang harus dijaga, diasuh, dididik, dan dilindungi dengan baik. Ibu dan ayah kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas pengasuhan dan pendidikan anak di hadapan Allah Swt..


Selain faktor keimanan, ketahanan keluarga juga ikut berperan penting mencegah kejadian ibu menjual bayinya sendiri. Keluarga terutama suami seharusnya menjadi support system yang mendukung seorang perempuan untuk menjalankan fungsi utamanya, menjadi seorang ibu. Sayangnya, di bawah sistem kapitalis sekuler, kaum ibu terpaksa karena keadaan turut bekerja menanggung beban ekonomi keluarga. Akhirnya, kelahiran sang buah hati dianggap sebagai beban.


Sementara itu, dukungan dari masyarakat juga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kapitalisme sekularisme telah menciptakan masyarakat yang individualis, tidak ada rasa peduli pada orang lain dan hanya memikirkan nasib diri sendiri. Kerabat, tetangga juga sibuk dengan urusannya masing-masing hingga tak ada perhatian bagi ibu yang sedang kepayahan karena banyak permasalahan kehidupan.


Negara dalam sistem kapitalis sekuler tidak bisa dijadikan pelindung bagi kaum ibu. Negara nyaris tidak hadir dalam mengurusi urusan rakyat dalam menjamin kesejahteraannya. Sementara di depan mata banyak kaum ibu yang sedang menderita karena dirundung masalah. Penderitaan ibu pun makin bertumpuk. Depresi melanda setelah melahirkan, impitan ekonomi, kehilangan anak dan keluarga, yang akhirnya bisa kehilangan kebebasan.


Sesungguhnya, pihak yang memiliki peran penting dalam melindungi para ibu adalah negara. Negara seharusnya punya kemampuan untuk menanamkan akidah, keimanan yang kukuh pada kaum ibu, sehingga ketika diterpa ujian dalam kehidupan tidak akan membuatnya kehilangan harapan dan keyakinan pada Allah Swt..


Negara juga pihak yang semestinya punya mekanisme untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, termasuk para ibu. Negara juga harus bisa menciptakan masyarakat dan keluarga yang peduli pada keselamatan keluarganya.


Berbeda pandangan, sistem Islam dengan sistem kapitalis sekuler dalam memosisikan perempuan. Islam sangat memuliakan kaum ibu dengan gambaran betapa berat tugas yang ditanggungnya yaitu hamil, melahirkan dan menyusui.


Allah Swt. berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS Luqman: 14)


Sungguh Islam memuliakan kedudukan seorang ibu, sehingga ia merupakan kehormatan yang harus dijaga dengan baik. Dalam sistem Islam, negara berfungsi sebagai pelindung yang melindungi kaum perempuan dari berbagai kesulitan. Kewajiban negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, di antaranya:


Pertama, dari segi nafkah. Perempuan tidak wajib bekerja mencari nafkah. Sebaliknya ia punya hak mendapatkan nafkah dari suami atau walinya. Dengan demikian, ia tidak akan menanggung beban perekonomian keluarga. Dengan mekanisme ini, perempuan bisa menjalankan fungsinya dengan optimal sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, tanpa terbebani tanggungan ekonomi keluarga.


Kedua, dukungan dari masyarakat. Budaya tolong menolong sangat dijunjung tinggi di dalam masyarakat Islam. Alhasil, jika ada salah satu anggota masyarakat yang kesusahan, maka anggota masyarakat lain akan membantu meringankan bebannya. Berupa memberikan berbagai bantuan, bisa dengan menawarkan pekerjaan bagi kepala keluarga, sedekah, serta bantuan lain yang dibutuhkan.


Ketiga, peran negara. Negara akan memberikan bantuan berupa santunan pada warga yang terkategori miskin atau fakir. Perhatian negara terhadap nasib ibu digambarkan dalam kisah Khalifah Umar bin Khaththab ra. dan ibu yang memasak batu. Sang khalifah rela memikul sekarung gandum untuk diberikan pada seorang ibu yang merebus batu. Sungguh kisah ini demikian terkenal. 


Kepedulian dan perhatian pemimpin dalam sistem Islam, bisa terwujud karena Islam memiliki sistem politik dan ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan akan terwujud secara merata. Sistem ekonomi Islam meniscayakan negara memiliki anggaran dana yang cukup untuk menyejahterakan seluruh rakyatnya.


Dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam sistem pemerintahannya ketahanan keluarga akan terjaga. Suami akan selalu peduli menjaga dan melindungi keluarganya. Kaum ibu akan sehat jiwa raganya sehingga dapat menyayangi anak-anaknya, mengasuh serta mendidiknya dengan baik, dan tidak akan ada kasus ibu yang menjual anaknya. Inilah satu-satunya bekal untuk mencetak generasi Islam yang gemilang. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]