Alt Title

Stop Boros Pangan, Solusi Wujudkan Ketahanan Pangan?

Stop Boros Pangan, Solusi Wujudkan Ketahanan Pangan?

 


Jelaslah yang terjadi bukan karena boros beras, tetapi negara yang membuka impor sebanyak-banyaknya

 Sehingga banyak pangan lokal yang akhirnya terbuang sia-sia

________________________


Penulis Siti Nurtinda Tasrif 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Indonesia, negara yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Dari tangan, upaya, dan keringat mereka, Indonesia bisa hidup hingga sekarang. Para petani yang berjuang untuk ketahanan negara melalui pangannya, menjadikan Indonesia tidak perlu bergantung kepada negara lain dalam urusan pangan.


Mengingat Indonesia merupakan negara penghasil beras terbesar dibandingkan negara-negara lain. Namun, entah mengapa negeri penghasil beras terbanyak ini mengalami berbagai kesulitan, bahkan terimpit oleh masalah ekonomi. Padahal, harga beras sekarang sangat mahal, tetapi mengapa para petani masih banyak yang kesulitan untuk bertahan hidup, ada apa sebenarnya?


Bahkan sampai terdengar berita mengenai stop boros beras agar tidak terjadi impor beras. Sebagaimana yang penulis kutip dari Media Kompas.com, (29/07/2024), bahwasanya Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) meyakini Program Gerakan Stop Boros Pangan bisa membuat Indonesia bebas dari impor pangan. Dia mengungkapkan, berdasarkan data BPS, dan organisasi pangan dunia, ada sebanyak 30 persen pangan yang hilang akibat terbuangnya makanan. Angka itu dinilai setara dengan memberikan makanan kepada 60-120 juta jiwa penduduk.


Bapanas menggencarkan sosialisasi Stop Boros Pangan melalui tulisan, konten video kreasi, hingga inovasi pengolahan pangan berlebih menjadi varian menu baru. Hal ini sebagai upaya menarik anak-anak muda untuk bisa bergerak mendukung upaya tersebut. Dari hal ini, akan timbul pertanyaan baru. Apakah terjadinya impor beras ini adalah murni permintaan rakyat? Pasalnya selama ini pemerintah sudah berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat, dengan mengimpor banyak beras, dan pangan-pangan lainnya, hingga mencapai 2-3 juta ton dari Thailand, dan Vietnam.


Lalu dengan adanya gerakan di atas, apakah bisa menyudahi persoalan impor beras? Meskipun kedaulatan ada di tangan rakyat, tetapi regulasi masih bisa dipermainkan oleh petinggi gedung putih. Dengan demikian, jelaslah yang terjadi bukan karena boros beras, tetapi negara yang membuka impor sebanyak-banyaknya dari asing ke Indonesia. Yang mengakibatkan banyak pangan lokal, yang akhirnya terbuang sia-sia karena tidak ada yang membeli. 


Bahkan supermarket yang ada hanya mengambil impor saja, padahal jika membeli beras lokal, tentunya masalah ketahanan pangan dapat teratasi dengan baik. Pasalnya ketahanan pangan merupakan bagian yang wajib dimiliki oleh setiap negara, terutama jika ingin menjadi negara adidaya. Dengan ketahanan pangan yang mandiri, dan berkualitas, maka tidak akan ada intervensi yang dilakukan oleh asing terhadap Indonesia.


Apalagi Indonesia dianugerahi tanah yang amat subur, sehingga bisa ditanami, dan panen setiap kali. Ini merupakan suatu hal yang patut disadari oleh negara Indonesia. Bukan malah membiarkan masalah impor beras terus berlanjut, dan membiarkan rakyat membeli beras yang diimpor, padahal kualitas lokal tidak kalah sama sekali.


Namun, inilah ironi hidup dalam kapitalisme, di mana setiap langkahnya selalu berorientasi pada keuntungan materi. Meskipun hal itu dapat merugikan orang lain, bahkan tidak peduli jika yang rugi adalah negaranya sendiri. Sistem ini menjadikan untung rugi sebagai standar pengambilan keputusan, sehingga tidak terletak pada halal, dan haramnya, ataupun baik, dan buruknya bagi rakyat.


Maka jika kita melihat fakta yang dihasilkan dari sistem kapitalisme itu sendiri, haruslah umat sadar, dan segera meninggalkan sistem tersebut. Mengingat solusi yang ditawarkan tidak dapat menyelesaikan masalah yang ada, bahkan menambah masalah yang baru. Oleh sebab itu, kita harus mengganti kapitalisme dengan sistem Islam.


Sebuah sistem yang berasal dari Sang Pengatur, yakni pencipta alam semesta Allah Swt.. Bukan seperti sistem kapitalisme yang berasal dari kegeniusan manusia yang sifatnya terbatas. Sistem Islam menegaskan, bahwa ketahanan pangan merupakan satu bentuk untuk menjaga kedaulatan negara, sehingga tidak dapat diintervensi, apalagi dijajah dengan perjanjian-perjanjian internasional yang di luar nalar.


Sistem Islam juga menjadikan setiap individu bermanfaat bagi diri, dan juga orang lain, sehingga akan melalukan segalanya dengan suka rela, dan memahami bahwasanya ini merupakan kewajiban. Yakin menjaga negara agar tetap independen dalam segala urusan, tanpa tunduk, dan patuh terhadap pengaruh negara lain.


Bahkan dengan sistem Islam, sebuah negara dapat menjadi negara adidaya di seluruh dunia. Sebab, aturannya yang sesuai dengan kehidupan yang ada, dan sederhana pelaksanaannya, sehingga hal ini akan membuat suatu negeri dapat sejahtera. Namun, sistem Islam tidak bisa diterapkan tanpa adanya khilafah Islamiyah. Hanya khilafah saja yang dapat menerapkan sistem Islam.


Tanpa khilafah, Islam tidak dapat diterapkan, dan ia hanya akan menjadi agama bagi individu saja. Bahkan pengaturannya hanya diterapkan oleh individu, dan kelompok kecil. Oleh karena itu, selama khilafah belum tegak, semua masalah yang terjadi saat ini tidak akan pernah usai. bahkan masyarakat akan terus dikendalikan, dan dipengaruhi oleh sistem kufur buatan manusia, yakni kapitalisme yang berasal dari kegeniusan manusia yang sifatnya terbatas.


Oleh sebab itu, orang-orang yang beriman, dan sadar akan wajibnya khilafah, harus mengerahkan seluruh energinya untuk menyadarkan umat. Dengan terus berdakwah, menyebarkan opini Islam, dan membongkar kebusukan, serta propaganda yang dilakukan oleh antek-antek penjajah yang merongrong setiap negeri. Dengan penyadaran inilah, Indonesia bisa dibebaskan dari penghambatan kepada selain Allah, baik berupa sistem, keyakinan, atau perbuatannya. Wallahualam bissawab. [SH/MKC]