Alt Title

Susu Balita Tinggi Gula Berujung Malapetaka

Susu Balita Tinggi Gula Berujung Malapetaka


Bermunculannya industri "nakal" dipengaruhi oleh sistem kapitalis saat ini

Sebagai produsen mereka memproduksi susu formula hanya mempertimbangkan faktor keuntungan tanpa melihat dampak negatif pada kesehatan konsumen

_________________________


Oleh Aulia Aula Dina

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Susu formula balita masih menjadi produk andalan orang tua Indonesia sebagai penambah nutrisi atau pengganti ASI buah hatinya. Tetapi akhir-akhir ini, tak sedikit influencer di media sosial menginformasikan bahwa susu balita yang beredar mayoritas mengandung kadar gula yang tinggi, bahkan melebihi kandungan susunya.


Susu balita tinggi gula ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka penderita diabetes dan obesitas pada anak Indonesia. Policy and Advocacy Advisor PIC Indonesia, Dhora Elvira mengatakan hal ini adalah ancaman bagi anak Indonesia, pasalnya dapat membuat anak ketergantungan rasa manis dan memicu konsumsi gula yang terus meningkat. Oleh karena itu Dhora mengharapkan, pemerintah memperketat regulasi yang ada soal penggunaan gula. (health.detik.com, 26/05/2024)


Gagalnya Pengawasan Produksi Susu Balita

Pemerintah telah membuat aturan batas penggunaan gula pada industri susu yang tercantum di Peraturan BPOM No 24 Tahun 2020, diperbolehkan adanya penambahan sukrosa pada susu formula maksimum 25 persen dari total karbohidrat. Tetapi sayangnya, masih banyak industri yang memproduksi sufor tidak mengikuti aturan atau memasukan komposisi gula melebihi batas nilai gizi yang ditentukan.


Bermunculannya industri "nakal" dipengaruhi oleh sistem kapitalis saat ini. Sebagai produsen mereka memproduksi susu formula hanya mempertimbangkan faktor keuntungan tanpa melihat dampak negatif pada kesehatan konsumen. Pemerintah pun dinilai longgar dan gagal mengawasi produksi susu bayi, sehingga terus meningkat kasus anak yang mengidap diabetes, gagal ginjal, obesitas, dan penyakit lainnya diakibatkan oleh konsumsi gula berlebihan. Pemerintah juga tidak aktif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya membatasi konsumsi gula sesuai takaran harian yang diperbolehkan.


Hanya Sistem Islam yang Mampu Mengatasi Permasalahan Susu Formula 

Dalam memproduksi makanan dan minuman, Islam mengatur dua hal yang wajib diperhatikan, yaitu dalam hal kehalalan dan kethayyibannya. Selain mengecek dari segi komposisi halal, maka harus diperhatikan pula susu formula dari segi tayib atau baik tidaknya takaran komposisi sebelum diedarkan ke masyarakat. Ketika komposisi makanan atau minuman tersebut dinilai akan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, maka sudah seharusnya penguasa menghentikan produksi dan melarang peredarannya. Hal ini sesuai dengan aturan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 168. "Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata."


Penguasa dalam sistem Islam berkewajiban mengurus dan memperhatikan semua hal yang terjadi dan yang beredar di tengah masyarakat agar senantiasa sesuai dengan hukum syarak. Maka dalam kasus susu formula ini, penguasa harus memeriksa secara langsung komposisi dan peredarannya. Ketika ada hal yang tidak sesuai dengan standar halal dan tayib maka akan ditindaklanjuti. Penguasa pun bertugas mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga makanan dan minuman yang dikonsumsi sesuai aturan Islam. Harapannya dengan begitu masyarakat akan bisa menimbang dan memilih makanan dan minuman yang thayyib agar tidak menzalimi tubuhnya sendiri.


Industri produsen makanan dan minuman juga akan diawasi ketat dalam sistem Islam. Prioritas utama industri dalam menghasilkan produk adalah untuk pemenuhan nutrisi dan kepentingan kesehatan masyarakat bukan hanya mementingkan keuntungan semata. Maka keadaan yang demikian hanya bisa dilakukan ketika sistem Islam diterapkan oleh negara agar mampu mengatur, mengawasi, dan menjaga masyarakat tetap sehat sekaligus menghentikan malapetaka panjangnya kasus susu formula yang menzalimi masyarakat. Wallahualam bissawab. [AS-GSM/MKC]