Alt Title

Terulangnya Permasalahan Penyelenggaraan Ibadah Haji, Butuh Solusi Pasti

Terulangnya Permasalahan Penyelenggaraan Ibadah Haji, Butuh Solusi Pasti

 


Dengan nasionalisme kapitalisme, penyelenggaraan ibadah haji dikomersialkan

Bagi mereka yang mempunyai uang banyak dapat menikmati layanan hotel berbintang, tetapi yang tidak punya uang banyak mereka cukup dengan fasilitas apa adanya

_________________________


Penulis Siti Solechah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Penyelenggaraan ibadah haji telah usai, tetapi menyisakan banyak cerita menyedihkan. Seperti, buruknya pelayanan ibadah haji yang terus berulang pada setiap musim haji. Sudah seharusnya masalah demi masalah yang muncul di setiap tahunnya menjadi pelajaran bagi pihak penyelenggara layanan ibadah haji. Namun, pada musim haji 2024 terulang lagi dengan ditemuinya masalah buruknya pelayanan haji Indonesia di Arab Saudi.

     

Penyelenggara haji 2024 menuai kritikan tajam buntut keluhan dari banyak jemaah haji terhadap pelayanan haji yang cenderung memprihatinkan. Ketua Timwas Haji Muhaimin Iskandar menyayangkan tenda yang sempit membuat ruang gerak jemaah haji tak lebih dari 1 meter. Kondisi toilet menjadi keluhan lantaran harus antri berjam-jam, ditambah dengan layanan transportasi yang kurang baik juga menjadi sorotan. (CNN.Indonesia, 20/6/ 2024)

       

Selain itu, Cak Imin menyebut Timwas Haji akan mendalami adanya temuan dugaan pengalihan kuota haji reguler ke haji furoda atau ONH plus. “Ya itu yang akan didalami. Jadi, tidak ada landasan hukum yang memungkinkan 10 ribu dinikmati oleh ONH plus,” ujarnya.

      

Menurut Cak Imin, Timwas Haji DPR-RI banyak menemukan kendornya pengawasan dari Kemenag selama musim haji tahun ini. Ia mencontohkan masih banyak jemaah yang berangkat menggunakan visa haji tapi tidak melalui komputerisasi haji. (Liputan 6, 1/7/2024)


Tidak Sebanding

Dengan besarnya biaya haji kisaran Rp94 juta per orang merupakan jumlah yang besar bagi jemaah haji Indonesia. Mereka bisa mengumpulkan dengan berpuluh-puluh tahun lamanya. Semestinya, dengan biaya yang besar harus diimbangi dengan pelayanan maksimal sehingga dapat melaksanakan ibadah haji dengan aman, nyaman dan tentram. Bukan malah mengalami berbagai pelayanan teknis yang menyulitkan.

     

Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia mampu menjadi penopang kuota haji paling banyak. Seharusnya, hal ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mempunyai nilai tawar sendiri (bargaining position) di mata Arab Saudi. Meminta pelayanan terbaik dengan fasilitas yang memadai agar jemaah bisa beribadah dengan aman, nyaman, dan tumaninah.

       

Sementara di lain sisi, banyak masyarakat Indonesia yang tidak mampu melaksanakan ibadah haji karena mahalnya biaya penyelenggaraan ibadah haji. Ibadah haji hanya menjadi impian dengan sulitnya biaya hidup yang mereka alami. Sementara, mereka yang mempunyai uang banyak bisa bolak-balik ke tanah suci dengan ONH plus.


Nasionalis Kapitalis

Dengan nasionalisme kapitalisme, penyelenggaraan ibadah haji dikomersialkan. Mereka hanya memandang dari segi manfaat saja. Banyak pengusaha berlomba-lomba mendirikan hotel berbintang dengan klaim agar ibadah haji bisa dilaksanakan lebih dekat. Bagi mereka yang mempunyai uang banyak dapat menikmati layanan hotel berbintang, tetapi yang tidak punya uang banyak mereka cukup dengan fasilitas apa adanya. Ditambah lagi dengan pelayanan visa dan paspor ketika memasuki batas wilayah.


Penambahan kuota haji Indonesia diduga hanya untuk memenuhi hotel-hotel Arab Saudi. Ini jelas bahwa ibadah haji menjadi ladang komersial bagi orang-orang yang punya modal serta pelayanan ibadah haji tergantung kepada kocek yang dimilikinya. 


Padahal Rasulullah saw., mengingatkan kepada kita bahwa setiap muslim adalah bersaudara sebagaimana sabda beliau:

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, beliau berkata: Rasulullah saw, bersabda "Seorang muslim itu adalah saudara yang lain. Oleh sebab itu janganlah menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya.” (HR Ahmad, Bukhari & Muslim)


Juga dalam firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 10 yang berbunyi: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, oleh karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah agar kamu dirahmati."


Butuh Solusi Pasti

Wacana pembentukan Panitia Khusus (Pansus) haji oleh Timwas Haji DPR-RI (Detik.com, 20/6/2024) tetap saja tidak mampu menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang muncul pada penyelenggaraan ibadah haji secara tuntas.


Solusi tuntas totalitas dari banyaknya persoalan adalah dengan bersatunya seluruh kaum muslim seluruh dunia. Mengaktualisasikan pengamalan Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 10. Juga dalam salah satu hadis nabi disebutkan bahwa seorang khalifah sebagai junnah (pelindung), sebagai ra’in (pengurus) harus hadir ditengah-tengah umat memberikan pelayanan terbaik tanpa membeda-bedakan antara muslim yang satu dengan muslim lainnya walau berbeda suku, wilayah ataupun ras kulit. 


Semua bisa melaksanakan ibadah haji tanpa biaya mahal, tidak dipersulit dengan barbagai urusan teknis. Khalifah memberikan pelayanan maksimal dengan mengatur segala hal agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman, nyaman dan tumaninah.


Untuk itu, umat muslim harus bersatu padu bersama-sama berjuang untuk mengembalikan sistem Islam yang mengikuti metode kenabian. Hanya dengan ideologi Islam kafah semua masalah terselesaikan dengan baik dan benar. Wallahuallam bissawab. [DW-Dara/MKC]