Tinggalkan Demokrasi, Terapkan Sistem Islam
OpiniMunculnya penguasa otoriter tidak lepas dari sistem sekuler liberal
yang telah menghilangkan sifat murakabatullah yaitu merasa diawasi oleh Allah Swt.
______________________________
Penulis Yayan Ummu Maryam
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Banyak orang yang tidak menyadari, lahirnya pemimpin ototiter bermula dari sistem demokrasi. Kebebasan yang diberikan oleh demokrasi, menjadikan negara diperalat oleh pemimpin yang pandai menghasut rakyat untuk memperoleh kekuasaan demi kepentingan pribadi.
Pengamat Politik Adi Prayitno, Dosen Ilmu Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) mengungkapkan prinsip utama politik adalah mendapat keuntungan pribadi dan kelompok. Tujuannya, mendapat kekuasaan dengan cara apa pun. Demi mengejar keuntungan pribadi dan kelompoknya, praktik politik yang terjadi kerap brutal dan membabi buta. Persahabatan dikorbankan, pertemanan diingkari. Berbohong dan ingkar janji perkara biasa. Bahkan ada yang rela menghabisi partainya sendiri. (Liputan6.com,11/8/2024)
Seorang penguasa yang dipilih bukanlah hanya karena dia populer. Sebaliknya, keahlian kebijakan, pengetahuan, dan pemahaman yang mendalam tentang tugas-tugas pemerintahan adalah hal-hal yang esensial dalam memilih seorang penguasa yang tepat. Maka tidak masuk akal jika sembarang warga negara diberi kesempatan untuk memerintah sebuah negara. Hal ini berarti bahwa orang yang tidak kompeten pun dapat berpotensi untuk memerintah jika dipilih oleh warga negara.
Sistem kapitalis menjadikan manusia sebagai Tuhan dengan prinsip sekularismenya yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Negara bisa dikendalikan oleh para kapitalis dengan tangan-tangan mereka di berbagai lembaga negara. Baik itu dalam dewan perwakilan rakyat, partai politik, eksekutif, hingga yudikatif.
Kejahatan mereka bisa dilegalkan dengan bersembunyi di balik peraturan perundang-undangan yang disahkan secara demokratis. Semuanya didesain sedemikian rupa, sehingga tampak legal dan prosedural. Padahal sebenarnya hanya demi kepentingan sekelompok orang yakni elite dan para pengusaha/oligarki.
Munculnya penguasa otoriter tidak lepas dari sistem sekuler liberal yang telah menghilangkan sifat murakabatullah yaitu merasa diawasi oleh Allah Swt.. Penguasa merasa tidak perlu ada pertanggungjawaban di akhirat. Semua hal dilakukan semata-mata untuk kepentingan pribadi/kelompok tanpa mempertimbangkan urusan akhirat.
Maka dari itu, perlu ada perubahan secara totalitas. Perubahan melalui sistem yang baik, yang memiliki visi jauh ke depan yakni visi akhirat. Dalam kaitan ini, sistem Islam adalah satu-satunya pilihan.
Dalam Islam, pemimpin adalah amanah. Tugasnya adalah melaksanakan ketentuan Allah Swt. yang telah diturunkan melalui Rasulullah saw., yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pemimpin tidak berhak membuat hukum. Hukum sepenuhnya bersumber pada wahyu. Itulah mengapa, nanti di akhirat ia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt..
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Sistem Islam mencegah munculnya mafia hukum, yakni hukum yang dibuat demi kepentingan para pembuatnya itu. Termasuk mencegah terjadinya industrialisasi hukum, yakni menjadikan proses-proses hukum bisa dimainkan dengan cara diperjualbelikan.
Syariat Islam telah menentukan hukum yang bersifat pasti. Ada hudud, jinayat, dan lainnya. Tugas negara adalah menerapkan hukum-hukum itu dalam seluruh aspek kehidupan. Tidak boleh ditambah dan dikurangi, jika syarak tidak menentukan kebolehannya.
Dengan begitu, campur tangan manusia ditiadakan, hal ini bisa mencegah para pengusaha/kapital/oligarki memesan hukum bagi mereka. Ini juga mencegah hukum yang berubah-ubah dari satu rezim ke rezim yang lainnya, sehingga pemimpin yang bekerja sama dengan para pengusaha/oligarki dengan memperalat hukum, tidak akan terjadi.
Oleh karena itu, demokrasi ini jelas bertentangan dengan keimanan seorang muslim. Manusia diwajibkan taat kepada Allah Swt. dalam seluruh aspek kehidupan dengan menjalankan aturan yang telah diturunkan. Di sisi lain, umat harus sadar bahwa sistem yang berlaku saat ini tidak islami, sehingga harus ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh. Wallahualam bissawab. [EA-GSM/MKC]