Alt Title

Ultahmu adalah Mautmu

Ultahmu adalah Mautmu

 

Merayakan ultah dengan memberikan kejutan seolah-olah sudah menjadi tren di kalangan para remaja

Mereka melakukan itu semua hanya bersandar pada kesenangan semata, tanpa memedulikan efeknya

_________________________


Penulis Aisyah Yusuf

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - "Dialah Penguasa mutlak di atas semua hamba-Nya, dan Dia mengutus kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya." (QS Al-An'am: 61)

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.


Begitulah, sesungguhnya kematian senantiasa mengintai kita semua, tetapi apakah kematian kita dalam keadaan husnul khatimah ataukah su'ul khatimah? Sebagaimana baru-baru ini kita dikejutkan oleh insiden yang menewaskan seorang siswa, yakni ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Klaten.


Dikutip dari Solopos.com. Ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Fajar Nugroho, 18, meninggal dunia seusai mendapatkan kejutan ulang tahun dari teman-temannya dengan diceburkan ke kolam ikan sekolah, Senin (8/7/2024) siang. Saat berada di kolam, Fajar tersetrum karena berpegangan pada kabel. (Soloraya 10/07/2024)


Merayakan ultah dengan memberikan kejutan seolah-olah sudah menjadi tren di kalangan para remaja. Mereka melakukan itu semua hanya bersandar pada kesenangan semata, tanpa memedulikan efeknya.


Sebenarnya, ini adalah salah satu contoh kasus saja, dari berbagai macam kasus yang terjadi di kalangan para remaja. Dengan dalih keisengan, bercanda, dan kesenangan. Ternyata, imbasnya banyak nyawa yang melayang.


Kesenangan atau kebahagiaan menurut mereka adalah sesuatu yang memberikan kepuasan nafsu jasmani saja, tanpa berpikir secara matang apa akibatnya. Tentunya kematangan berpikir tidak didapatkan dalam sistem yang rusak ini, yakni kapitalisme. 


Sebab, kapitalisme yang akidahnya sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan meniscayakan adanya Tuhan (Allah) dalam kehidupan atau pergaulan. Sehingga mereka bebas melakukan perbuatan tanpa berpikir secara mendalam, terkait dengan aturan dan hukumnya.


Dari sistem ini pula, lahirlah generasi-generasi yang berpikiran pragmatis, asal-asalan, dan berpikir pendek. Wajar pula, semua ini terjadi. Sebab, dari sistem sekuler kapitalis ini juga melahirkan sistem pendidikan yang rusak, mengutamakan keuntungan materi belaka, ketimbang menghasilkan generasi yang berkepribadian Islam.


Tidak demikian, jika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebab, Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, dari bangun tidur hingga tidur kembali. Termasuk di dalamnya memahamkan makna kebahagiaan. 


Islam menjelaskan bahwa kebahagian adalah menggapai rida Allah, bukan kesenangan jasmani semata. Dengan demikian setiap individu harus memiliki kekuatan akidah yang melahirkan keimanan dan ketakwaan. Sebab, kondisi tersebut akan memengaruhi dalam bertindak.


Oleh karenanya, Islam senantiasa mengatur sistem pendidikan berbasis akidah karena tujuan dari pendidikan dalam Islam adalah menjadikan setiap individu memiliki syakhsiyah Islam (kepribadian Islam).


Kepribadian Islam mengandung pengertian bahwa setiap individu beraktivitas sesuai dengan pola pikir dan sikap. Oleh karenanya, Islam senantiasa melatih dan  menganjurkan setiap individu untuk berpikir.


Sebagaimana firman Allah Swt.,

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti." (QS Al-Baqarah: 164)


Demikianlah, dengan berpikir yang benar, akan melahirkan pola sikap yang benar pula, sebagaimana disampaikan dalam kitab Nizamul Islam. Bahwa kebangkitan adalah berubahnya taraf berpikir, dari berpikir rendah (hewani) menuju tarap berpikir tinggi (manusiawi). Sebab, dari berpikir akan menjadi sebuah pemahaman, dan dari pemahaman akan memengaruhi tingkah laku. Wallahualam bissawab. [SM-GSM/MKC]