Alt Title

Gaza Masih Berduka, Jangan Lupakan Mereka!

Gaza Masih Berduka, Jangan Lupakan Mereka!

 


Pemberitaan tentang Gaza mulai sepi, begitupun antusias umat Islam terhadap kondisi mereka mulai menurun

_________________


Penulis Yuli Ummu Raihan 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah Tangerang 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hampir setahun berlalu Gaza masih berduka dan terus terluka akibat genosida yang dilakukan Zionis Yahudi laknatullah. Dunia seakan lupa karena disibukkan oleh masalah politik dan yang lainnya tidak terkecuali Indonesia. Pemberitaan tentang Gaza mulai sepi, begitupun antusias umat Islam terhadap kondisi mereka mulai menurun.


Dilansir dari Antara, 25/8/2024 saat ini Israel hanya menyisakan 9,5 persen wilayah Gaza sebagai zona aman bagi warga. Wilayah tersebut meliputi jalanan biasa, jalan raya, area layanan bahkan pemakaman yang semuanya juga tidak ada jaminan untuk benar-benar aman bagi warga sipil yang mengungsi. Hal ini tentu memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, karena warga sipil memiliki tempat yang lebih kecil untuk berlindung dan melarikan diri dari aksi kekerasan.


Akibat serangan yang terus dilancarkan Israel, serta blokade yang berlangsung di Gaza telah menewaskan lebih dari 40.00 warga Palestina. Ribuan lainnya luka-luka serta kelangkaan akut pada bahan makanan, air bersih, serta obat-obatan.


Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menyampaikan perlu hadirnya kembali pelindung tanah palestina yaitu kekhilafahan Islam. Khilafah adalah pelindung dan akan menghalangi berdirinya negara Israel sebagaimana dulu Theodore Hezl pernah meminta tanah Palestina pada Sultan Hamid (Khalifah) tetapi ditolak mentah-mentah.


Selama kekhilafan berdiri, negara Israel tidak bisa berdiri. Begitupun sebaliknya ketika kekhilafahan itu runtuh Palestina dengan mudah berdiri, eksis bahkan menguasai Palestina. Sehingga, kembali tegaknya kekhilafahan itu suatu keharusan untuk membebaskan Palestina dari Zionis Yahudi. Tidak ada harapan termasik pada PBB dan negara sekitarnya karena mereka termasuk antek-antek Israel. (Chanel Youtube UIY: Zionis Yahudi Semakin Brutal, Genosida Berlanjut, 1/9/2024)


Perang Yahudi di Gaza dan intensitas kejahatan mereka, telah mengungkapkan krisis kepemimpinan yang mendalam di wilayah Islam. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu, diwakili oleh penguasa yang tidak berdaya. Meski, Jumah penduduk dan kekuatan militer negara-negara di sekitar Palestina besar dan kuat, namun tidak memberikan pengaruh apapun bagi masyarakat Palestina. Mereka bertindak dan menyatakan sikap sesuai arahan Amerika.


Aspek kedua diwakili oleh organisasi-organisasi Islam yang seharusnya memiliki sikap kuat terhadap segala yang terjadi di Gaza. Islam sebagai solusi hanya sekadar ilusi pemasaran untuk memilih mereka dalam pemilu. Setelah mereka terpilih, tidak terlihat adanya pemerintahan Islam. (Syekh Ussam Ghanim, muslimahnews.net, 3/9/2024)


Butuh Kepemimpinan Ideologis

Dukungan untuk saudara kita di Palestina telah banyak dilakukan secara individu dan kelompok masyarakat. Mulai dari penggalangan dana, pengiriman relawan, bantuan makanan dan obat-obatan, aksi protes, boikot produk yang terafiliasi dengan Israel, dan lainnya. Namun, semua itu belum mampu menghentikan genosida di Palestina.  


Desakan masyarakat global terhadap PBB dan Amerika melahirkan dua solusi terhadap kedua belah pihak yaitu, solusi casfire pemanen dan solusi dua negara. Kedua solusi ini merupakan ambisi negara adidaya tersebut. Sikap penguasa negeri-negeri Muslim khususnya, negara-negara Arab yang menyerahkan persoalan Palestina ke meja PBB ibarat menyerahkan leher saudara sendiri kepada musuh.


Hadirnya institusi politik Islam yang menerapkan Islam secara kafah adalah sebuah keharusan. Untuk jangka pendek pertolongan yang bisa dilakukan adalah mengirim pasukan militer untuk memerangi Israel sehingga mereka bisa terusir dari Palestina. Hal ini bisa terjadi jika penguasa Muslim di sekitar Palestina mau melakukanya. Tapi nyatanya, semua hanya harapan. Tidak ada satu negara yang mau melakukan hal tersebut.


Memperjuangkan tegaknya institusi Islam (Khilafah) hanya bisa dilakukan dengan dakwah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw.. Dakwah hari ini bisa kita lakukan dengan lisan dan tulisan, bisa keduanya atau salah satunya. Jangan sampai tidak keduanya.


Jangan pernah sepelekan dakwah lisan dan tulisan ini karena terbukti mampu menakutkan bagi penguasa Barat. Terbukti dari banyak terjadi penangkapan terhadap orang-orang yang lantang bersuara. Tapi jangan pernah takut, karena itu bagian dari resiko dakwah. 


Genosida di Palestina adalah perang ideologis sehingga butuh dilawan oleh negara yang mengemban ideologi. Zionis didukung oleh AS sebagai negara adidaya, butuh lawan sepadan yaitu negara Islam.


Kaum Muslim harus bersatu dengan ukhuwah Islamiyah yang berlandaskan akidah Islam. Dibutuhkan sebuah kelompok dakwah sebagai pemersatu. Kelompok ini yang akan membina masyarakat agar paham akan kebutuhan terhadap Khilafah. Mereka yang akan membangkitkan pemikiran umat dan berjuang bersama umat untuk tegaknya institusi Islam.


Kelompok dakwah ini berdiri atas dasar fikrah dan toriqoh yang jelas dan lurus sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dulu. Orang-orang yang bergabung di dalamnya memiliki kesadaran dan jiwa yang ikhlas dan hanif. Mereka diikat oleh ikatan akidah yang kuat.


Kelompok ini akan terus melakukan interaksi kepada umat dan semua lapisan masyarakat sehingga nusrah atau pertolongan itu datang. Kemudian, kelompok dakwah ini dipercaya untuk memimpin umat menerapkan syariat Islam secara kafah.


Ketika Khilafah tegak seruan jihad akan langsung dilakukan, membebaskan Palestina dan negeri Muslim lainnya dari penjajahan. Umat Islam akan bersatu dibawah satu komando tanpa ada sekat nasionalisme. Khalifah adalah perisai yang mana, kaum Muslim berperang dan berlindung di belakangnya. Wallahualam bissawab. (Dara/MKC)