Alt Title

Hubungan Keluarga Retak, Akibat Aturan Hidup Rusak

Hubungan Keluarga Retak, Akibat Aturan Hidup Rusak

 

Apakah aturan kehidupan saat ini sudah sedemikian rusak?

Hingga nyaris tak terlihat hubungan antara ibu dan anak

______________________________


Penulis Dewi Jafar Sidik

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - "Tak ada manusia yang menyayangimu melebihi ibu kamu. Dan dia tetap rela menyayangimu meskipun bukan ia yang paling kamu sayangi." 


Kata bijak di atas menggambarkan dalamnya kasih sayang ibu terhadap anaknya, cinta dan kasih sayangnya tulus tanpa harap kembali. Seharusnya cinta, kasih sayang anak pun demikian, tulus untuk sang ibunda yang melahirkan dan membesarkannya. Namun, dalam kehidupan saat ini ada anak yang justru tega menghabisi nyawa ibunya.


Dilansir dari TRIBUNKALTIM.CO, 24/8/2024. Warga Kota Balikpapan, Kalimantan Timur digegerkan oleh kasus seorang anak yang tega membunuh ibu kandungnya sendiri. Kejadian mengerikan itu terjadi di Gang Sepaku 3, RT 46, Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan pada Jumat (23/8/2024) malam sekitar pukul 20.30 WITA. Ibu RY (57) ditemukan sudah tidak bernyawa dan berlumuran darah di dalam rumahnya setelah mengalami penikaman yang dilakukan oleh anak kandungnya sendiri, AR (30).


Sangat mengiris hati, apa yang telah merasuki jiwa anak tersebut, di mana hati nuraninya, hingga sang anak tega membunuh ibu kandungnya. Anak yang seharusnya menjaga, menyayangi, dan mencintai ibunya. Apakah aturan kehidupan saat ini sudah sedemikian rusak? 


Hingga nyaris tak terlihat hubungan antara ibu dan anak. Sampai-sampai ada anak yang bisa menjelma mirip seperti predator yang siap memangsa korbannya kapan pun dan di mana pun.


Melihat fakta di atas, teringat pesan seorang guru tentang ketiga pertanyaan mendasar. Dari mana kita? Untuk apa kita hidup? Dan mau ke mana kita setelah hidup? Beliau mengatakan, jika seseorang tidak mampu menjawab, maka arah tujuan hidupnya tidak akan jelas dan hidupnya akan dipenuhi kegelisahan, kebingungan, dan kebimbangan.


Kejadian anak membunuh ibunya menunjukkan bahwa individu tersebut belum bisa memahami bahwa sesungguhnya manusia ini berasal dari Allah Swt.. Hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. dan nanti akan kembali kepada Allah Swt. dengan mempertanggungjawabkan pilihan hidup yang dipilihnya.


Jika manusia memahami hakikat hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt., maka kejadian anak membunuh ibunya tidak akan terjadi. Anak yang paham akan kewajibannya seharusnya menghormati, menyayangi, membantu, dan menjaga nama baik ibunya. Tidak akan pernah tega untuk berkata kasar apalagi membunuhnya.


Namun, sebuah keniscayaan hal ini terjadi dalam kapitalisme sekularisme karena sistem ini menjauhkan agama dari kehidupan dan menjadikan tolok ukur kebahagiaan manusia diukur oleh materi. Akibatnya dalam sistem ini materi bisa mengalahkan hubungan antar keluarga, dan emosi juga akan membuat lupa hubungan antar keluarga. Hubungan keluarga nyaris hilang, yang tampak banyak hubungan keluarga ibarat musuh yang saling menyakiti dan tidak ada keharmonisan.


Jika dibiarkan hubungan seperti itu, akan menjadi bencana besar yang bisa merobohkan bangunan keluarga. Bahkan bisa dikatakan sebuah tragedi yang luar biasa, apalagi ketika terjadi dalam banyak kasus.


Kondisi ini harus segera diselesaikan. Dalam hal ini, negara mempunyai peran yang sangat penting dalam memperbaiki hubungan antar keluarga dan mengukuhkan kembali bangunan keluarga.


Hilang dan rusaknya hubungan antar anggota keluarga, ini membuktikan kegagalan negara dalam menerapkan sistem pendidikannya. Sistem pendidikan yang didominasi kapitalisme sekularisme akan melahirkan peserta didik yang tidak memahami hidupnya untuk ibadah kepada Allah Swt. yang lahir generasi minim adab.


Demikian juga kegagalan dalam sistem ekonominya, terbukti dengan adanya anak yang membunuh ibu karena tidak terpenuhinya kebutuhan mereka. Ini merupakan permasalahan besar yang harus segera diambil jalan keluarnya.


Demikian adanya sistem kapitalis sekuler terbukti telah gagal menjaga bangunan keluarga agar tetap kukuh tegak berdiri, dan menjaga hubungan antar keluarga tetap harmonis. Sebab sistem ini melahirkan aturan hidup yang rusak karena bukan berasal dari wahyu Allah Swt., tetapi dari akal manusia yang serba terbatas. Maka dari itu, menyingkirkannya pilihan terbaik dan menggantikannya dengan sistem Islam.


Sistem Islam merupakan peraturan hidup yang benar karena berasal dari wahyu Allah Swt.. Islam menjadikan negara sebagai pengurus bagi rakyatnya. Wujud negara sebagai pengurus dan pelindung rakyatnya, negara akan menjaga bangunan, hubungan, fungsi, dan peran setiap keluarga. Islam akan mengondisikan suasana ketakwaan, keimanan dalam diri individu dan masyarakat. Negara akan memenuhi semua kebutuhan pokok rakyatnya. 


Islam juga memilki sistem pendidikan yang berkualitas, berasas akidah Islam, sehingga akan melahirkan generasi yang berkepribadian Islam. Alhasil, generasi akan paham sebagai hamba Allah Swt. dan hidup untuk beribadah kepada Allah Swt..


Generasi akan menjaga hubungan dengan keluarga, tetap harmonis, adab lebih utama dari ilmu, menjaga nama baik keluarga, menghormati orang tua. Setiap aktivitasnya akan dijadikan sebagai amal saleh yang akan bernilai pahala di hadapan Allah Swt..


Islam memosisikan negara sebagai raa'in yang akan menjaga, mengurus, memenuhi kebutuhan rakyatnya, sehingga tidak ada lagi rakyat yang kekurangan. Negara akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk para suami, sehingga ibu fokus mendidik anak agar bisa mencetak anak yang saleh dan salihah.


Negara akan menerapkan Islam secara total, sehingga terwujud sistem kehidupan yang baik, hubungan keluarga yang baik, dan bangunan keluarga kukuh terjaga. Negara akan mewujudkan tujuan diterapkannya syariat Islam, sehingga kebaikan akan terwujud di dalam keluarga, masyarakat, serta negara.


Islam adalah rahmatan lil alamin, istilah ini sudah terdapat dalam Al-Qur'an, yaitu sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Al-Anbiya ayat 107: ”Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam."

Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]