Ibu, Kewarasanmu Habis di Sistem Kapitalis
Opini
Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama justru melakukan kekejian luar biasa
Ini menunjukkan matinya naluri keibuan yang nyata
______________________________
Penulis Ernawati Rukmana
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Nasib pilu dialami seseorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya yang berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya pencabulan ini disetujui dan diketahui oleh ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E.
Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, mengatakan kepala sekolah dan ibu korban telah diamankan polisi. Kasus ini pertama kali dilaporkan ke polisi, pada 26 Agustus lalu oleh sang ayah korban. (kumparan.com, 1-9-2024)
Dari program kabar pagi di televisi (TvOne) diberitakan seorang ibu yang tega membunuh anak kandungnya sendiri. Ia tega melakukan hal sadis, membunuh anak balitanya di tengah jalan. Ibu yang diduga membunuh anaknya tersebut berlokasi di Sampit, diduga karena depresi. Itu hanya contoh sebagian kecil saja, masih banyak contoh kasus pembunuhan dan kekejian lainnya yang tidak terekspos atau tercium oleh media.
Potret buram di sistem demokrasi kapitalisme ini, membuat seorang ibu tak tentu arah. Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan yang nyata. Fungsi utama wanita adalah ummu warabatul bait, sehingga sangat bertolak belakang dengan kasus-kasus di atas. Lemahnya iman, faktor ekonomi, dan kurang pekanya suami terhadap istri bisa menjadi faktor pemicu seorang ibu menjadi depresi dan melakukan sesuatu yang di luar nalar.
Firman Allah Swt. dalam terjemah Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 151 yang berbunyi: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka."
Begitu banyak yang menginginkan sosok seorang anak sampai rela mengeluarkan biaya yang begitu mahal. Seorang ibu yang seharusnya menjadi pelindung, pendidik, dan tempat untuk mencurahkan kasih sayang anak-anaknya justru berubah menjadi sosok yang sangat menyeramkan, dan tega mengakhiri nyawa si buah hati. Di samping peran negara yang abai dan tidak menjamin kesejahteraan dalam segala aspek kehidupan.
Dari sini kita tahu, bahwa penerapan kapitalisme adalah sistem zalim yang rusak. Yang dapat mematikan naluri dan menghilangkan kewarasan seorang ibu. Sangat berbeda dengan sistem Islam yang menjaga dan merawat fitrah seorang perempuan. Terlebih ketika predikatnya sudah menjadi seorang ibu, sangat dimuliakan.
Kita ketahui bersama, bahwa pahala yang didapat ketika menjadi seorang ibu sangatlah besar. Ketika dia melahirkan, menyusui, dan merawat anak, pahalanya sangatlah cukup untuk menggapai jannah-Nya. Semua itu akan dapat dirasakan jika sistem Islam diterapkan dalam setiap lini kehidupan. Dari segi pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya, negara tidak akan abai pada umatnya, dan seorang ibu akan terjaga fitrahnya.
Selain negara, lemahnya kepedulian masyarakat sekitar terhadap sesama. Sikap abai dan tidak peduli terhadap orang lain, akhirnya tidak tahu apa yang dirasakan dan dialami oleh masyarakat lainnya.
Islam sangat memuliakan kaum perempuan, apalagi seorang ibu. Oleh karenanya, kita semua harus menjaga kewarasannya, agar melahirkan generasi-generasi Islam yang tangguh dan bertakwa.
Mengedepankan pendidikan akidah Islam pada setiap penerus, sehingga terjaga keimanannya. Sudah saatnya beralih pada sistem Islam yang kafah, dan meninggalkan kapitalisme yang bobrok ini. Wallahualam bissawab. [AS-SH/MKC]