Alt Title

Islam Membentengi Masyarakat dari Kerusakan Moral

Islam Membentengi Masyarakat dari Kerusakan Moral


 


Islam dengan sistemnya membangun masyarakat

atas dasar iman dan keterikatan kepada syariat

______________________________


Penulis Liza Khairina

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Seorang ibu di Kabupaten Sumenep tega menjual anak kandungnya yang masih berumur 13 tahun pada kekasih gelapnya, dengan iming-iming akan mendapat sepeda motor vespa matic dan sejumlah uang.

Laki-laki hidung belang yang merupakan oknum kepala sekolah di Sekolah Dasar Kalianget Kabupaten Sumenep ini sudah menyetubuhi korbannya hingga lima kali dengan modus ritual menyucikan diri. (suarasurabaya.net, 2-9-2024)

Zaman edan! Seorang ibu seharusnya melindungi anaknya dari semua keburukan. Ini malah menghantarkan anaknya pada jurang kehancuran. Sungguh di luar fitrah keibuan. Orang tua yang semestinya memapah anak-anaknya dengan kasih sayang hingga sampai pada tujuan hidup yang luhur. 

Ini malah membelokkannya dengan memanfaatkan keadaan dan memperjualbelikan kehormatan anaknya. Apalagi yang ada dalam pikiran ibu itu, kalau bukan keuntungan duniawi sesaat yang didapatkan dengan mengorbankan permata hatinya diteguk laki-laki hidung belang.

Bagaimanapun peristiwa memilukan ini terjadi di tengah-tengah kita. Bahwa ini semua tidak terjadi secara tiba-tiba dan lingkungan tidak bisa mencukupkan hanya menghukumi individu saja dan tidak memikirkan mengapa peristiwa ini terus terulang. Karena perilaku masyarakat itu dibentuk oleh sistem dan pola pikir sosial di wilayah mereka masing-masing saling berinteraksi.

Sebagaimana kita ketahui bersama, paradigma masyarakat kita hari ini dilingkupi sistem kapitalis sekuler. Sebuah aturan yang meniadakan agama dalam interaksi sosial dan kepemimpinan berpikir. Mencukupkan agama dinikmati dalam lingkup pribadi saja. Itu pun bagi mereka yang beruntung menikmati manisnya spritual. Bagaimana dengan mereka yang jauh, bahkan dijauhkan dari agama. Tentu ini kondisi yang rawan terjadinya berbagai keburukan.

Negara sebagai pengurus dan pengambil kebijakan seharusnya hadir mengurusi masyarakat agar terhindar dari perilaku semau sendiri (liberal). Harus memberikan edukasi kepada rakyat, menstandarkan perbuatan masyarakat dengan baik dan buruk sesuai pandangan agama yang benar. Kemudian memberikan sanksi bagi siapa pun yang melanggar aturan agar tidak terulang dan menjadi pelajaran. Pada akhirnya, buruknya perilaku masyarakat tidak menjadi virus yang terus berkembang pada kehancuran bangsa.

Sebab, ketika masyarakat secara pelan-pelan melepaskan diri dari iman dan sudah tidak peduli pada lingkungan, dia akan berbuat semaunya tanpa rasa malu. Pada kondisi seperti ini, masyarakat telah sakit dan taraf berpikirnya pun rendah.

 

Sedangkan negara dengan sistemnya yang merupakan tumpuan dan dimensi paling berpengaruh yang seharusnya membangun ke arah yang baik, telah gagal memberi perlindungan dan pengurusan pada rakyatnya sebab cacat bawaan akidah dan sistem yang diterapkan. Yakni sekularisme, memisahkan agama dari kehidupan.

Lantas bagaimana mungkin kita bertahan dengan sistem dan negara yang sudah gagal dari akarnya? Tentu yang waras akan beranjak dan beralih pada sistem yang membangun dan memuliakan. Yakni sistem warisan Nabi saw. dan generasi terbaik yang telah mampu membangun generasi dan peradaban gemilang selama kurang lebih 14 abad.

Islam dengan sistemnya membangun masyarakat atas dasar iman dan keterikatan kepada syariat. Hukum sosial yang berjalan dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan negara dibentengi dengan akidah Islam. Suasana takwa benar-benar melingkupi individu dan masyarakat dengan pertimbangan dosa dan pahala, rida, dan murkanya Allah Swt..

 

Sedangkan negara mensupportnya dengan aturan yang menjaga suasana itu. Alhasil, tidak ada peristiwa-peristiwa yang menyesakkan dada yang keluar dari naluri dan fitrah penghambaan. Apalagi terkait tanggung jawab ibu dan anak. Semestinya negara memprioritaskan pengurusan mereka sebab lemahnya mental, ekonomi, dan sosialnya.

Diskusi kecil antara seorang ibu dan anak di malam hari tentang susu jualannya yang tidak jadi dicampuri air, karena takut akan Tuhannya serta keberadaan Khalifah Umar ra. yang senantiasa mengawasinya, adalah gambaran masyarakat Islam dengan kondisi iman dan takwa.

 

Bangunan hidup yang disupport sistem dan nilai-nilai Islam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, akan melahirkan pribadi-pribadi yang kuat. Dengan penjagaan yang kuat pula terhadap kehormatan diri, keluarga, bangsa, dan agamanya. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]