Alt Title

Kapitalisme Melahirkan Pemimpin Hubbud Dunya

Kapitalisme Melahirkan Pemimpin Hubbud Dunya




Tidak heran, jika pemimpin dan wakil rakyat yang lahir dalam kapitalisme

akan selalu mementingkan materi, jabatan dan kekayaan

______________________________


Penulis Erna Astuti Amd

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Jabatan menurut Islam adalah amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Karena jabatan merupakan amanah dari Allah Subhanahu wa taala yang harus dipertanggungjawabkan.


Semakin tinggi jabatan yang diemban, semakin besar pula tanggung jawabnya. Karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sangat tidak menyukai kepada orang yang ambisi meraih jabatan. Biasanya orang yang seperti itu akan lebih mementingkan diri dan kelompoknya. 


Miris, mungkin itu kata yang tepat. Detikjatim, Sabtu 7 September 2024, menurunkan berita tentang gadai SK massal yang dilakukan sejumlah Anggota DPRD di Jawa Timur seusai pelantikan. Fenomena ini menunjukkan betapa mahal biaya politik di Indonesia. 


Prof Anang Sujoko Pengamat Politik Brawijaya menilai bahwasanya menggadaikan SK merupakan fenomena yang memprihatinkan. Karena, beban berat yang dipikul anggota DPRD yang terpilih, akibat dari mahalnya biaya proses demokrasi. 


"Ini merupakan fenomena yang sangat menarik, lebih bicara tentang keprihatinan terhadap demokrasi yang ada di Indonesia saat ini," kata Anang Sujoko kepada detikjatim, Sabtu (7/9/2024).


Alasan mengapa para anggota DPRD menggadaikan SK pengangkatan seusai turun dari panggung pelantikan. Hal ini lebih kepada anggota dewan itu sendiri. "Mengapa harus menggadaikan SK?" kata dosen fisip UB ini.


Dia juga mengungkapkan, modal untuk menjadi caleg bisa melebihi angka Rp1 miliar. Untuk bisa memenangkan kontestasi dan lolos sebagai anggota DPRD meskipun tidak 100%.


Bila caleg terpilih, kewajiban baginya untuk mengembalikan modal yang sudah dipakai begitu ia dilantik. Menggadaikan SK sebuah jawaban yang massif bila uangnya tidak mencukupi. 


Berita yang sama diturunkan dari REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG, Jumat 6 September 2024. Mengungkapkan setidaknya dari 50 anggota DPRD Subang, ada 10 anggota mengajukan pinjaman diketahui mulai dari Rp 500 juta hingga Rp1 miliar. Pinjaman dilunasi ke bank secara dicicil maksimal 5 tahun atau selama sebagai anggota dewan dengan mekanismenya potongan gaji sebesar 50 persen setiap bulan. 


Jabatan pada hakikatnya merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Sebelum dilantik mereka mengucapkan sumpah untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin, faktanya malah ditelantarkan.


Tak hanya itu, mereka mengingkari janji manis ketika kampanye pemilu. Janji hanyalah sebatas janji, semudah itu diingkari karena berambisi mengejar jabatan. 


Imbas Diterapkannya Kapitalisme


Fakta itu terjadi tentu imbas dari diterapkannya kapitalisme di negara ini. Kapitalisme memiliki standar dalam perbuatan manusia adalah mendapatkan materi sebanyak mungkin. Tidak heran, jika pemimpin dan wakil rakyat yang lahir dalam kapitalisme akan selalu mementingkan materi, jabatan, dan kekayaan. 


Kepentingan rakyat bukanlah sesuatu yang diutamakan. Ketika mereka memperoleh jabatan, mereka dengan sesuka hati melayani rakyat. 


Kapitalisme mengakui adanya kebebasan manusia dalam berakidah, berpendapat, kebebasan pribadi, dan hak milik. Bebasnya hak milik, manusia dibolehkan untuk mendapatkan kekayaan dengan berbagai cara, seperti suap-menyuap, korupsi, pencucian uang, dan mengobral sumber daya alam sudah menjadi hal yang wajar dilakukan. 


Karena, karakter sejatinya pemimpin dalam kapitalisme seperti itu. Selain memiliki standar perbuatan mendapatkan materi sebanyak mungkin, kapitalisme menolak dengan tegas aturan-aturan yang berasal dari Tuhan, meski tidak menolak eksistensi Tuhan. Tuhan hanya boleh mengatur dalam masalah ibadah ritual, sementara dalam kehidupan manusia yang berhak membuat aturannya sendiri. 


Jabatan dalam pandangan Islam, merupakan amanah kekuasaan bukanlah sekadar urusan dunia. Kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Penguasa akan dimintai pertanggungjawaban atas kekuasaannya. 


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Pemimpin yang memimpin rakyat adalah pengurus dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus." (HR. Al-Bukhari) 


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sudah mengancam bagi para pejabat yang tidak melayani rakyat dengan kepemimpinan yang baik, tidak akan mencium bau surga.


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Siapa saja yang diamanahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memimpinnya dengan tuntunan yang baik, ia tidak akan merasakan bau surga." (HR. Bukhari dan Muslim) 


Di hadis yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan pesan khusus kepada para pejabat agar berlaku adil dan amanah, beliau berdoa: "Ya Allah, siapa saja yang memimpin (mengurus) urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah dia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia."(HR. Musim No. 1828) 


Begitu beratnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhirat kelak, sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, berkali-kali memperingatkan lewat banyak hadis.  


Islam pernah menguasai dunia selama lebih dari 13 abad, dengan menerapkan aturan berdasarkan hukum syarak. Di masa kegemilangan Islam, banyak melahirkan penguasa yang amanah, seperti Umar bin Abdul Aziz, beliau menjadi contoh terbaik.


Ketika putranya menemui beliau untuk berbicara terkait masalah pribadi, beliau mematikan lampu milik negara. Dalam Tarikh Al- Islam juz 11 halaman 388.


Dalam Tahzin at- Tahdzib juz 22 XII hal 267 mengungkapkan Khalifah Umar bin Al-Khattab terkenal dengan kepemimpinannya tegas dan sangat disiplin. Ketegasannya yaitu tidak segan dalam merampas harta pejabat yang didapat dari jalan yang tidak benar. 


Sungguh, semua itu bisa terealisasi ketika sistem Islam ditegakkan, sehingga mampu melahirkan pejabat-pejabat yang amanah. Karena, hanya sistem yang menjadikan pejabat amanah atau tidak.


Pada saat ini, kapitalisme yang diterapkan hingga lahirlah para pejabat yang tidak amanah, silau dengan jabatan yang lebih tinggi. Keberhasilan Islam yang menjadi motivasi untuk kita kembali kepada sistem Islam. Niscaya rakyat akan sejahtera karena kepemimpinan penguasa yang amanah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]