Kebiadaban Zionis Belum Berhenti
Opini
Oleh karena itu, setiap muslim harusnya bersemangat
untuk bergerak bersama dengan kelompok dakwah ideologis internasional untuk membebaskan Palestina
______________________________
Penulis Siti Rahmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Zona kemanusiaan aman di jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu. Hal tersebut dilakukan secara keji oleh pasukan Israel. Mereka hanya menyisakan 9,5 persen wilayah yang disebut zona aman bagi warga sipil yang mengungsi.
Awalnya zona meliputi 230 kilometer persegi atau 63 persen dari total wilayah Gaza. Ukuran menyusut drastis awal Desember 2023 berkurang menjadi 140 kilometer persegi, yang mencakup 38,3 persen total wilayah Gaza.
Kemudian diperkecil menjadi 60 kilometer persegi yang mencakup 16,4 persen. Akhirnya pada Agustus 2024, tentara Israel mengurangi wilayah yang aman hanya menjadi 35 kilometer persegi atau 9,5 persen dari total wilayah Gaza.
Kebiadaban Israel terus berlanjut, yang menewaskan kurang lebih 40.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Sedangkan lebih dari 93 ribu luka-luka. Blokade pun terus berlangsung yang menyebabkan kelangkaan akut pada makanan, air bersih, dan obat. (bali.suara.com, 01-09-2024)
Hampir setahun rakyat Palestina terus mengalami genosida yang dilakukan Israel. Tidak ada satu hari pun berlalu tanpa pembantaian. Penyerangan yang dilakukan Zionis dilakukan tanpa ada belas kasihan. Pesawat- pesawat tempur, drone, tank, dan senjata-senjata tempur yang dipasok Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, India, dan negara-negara anti Islam lainnya.
Mirisnya, sampai saat ini tidak ada kepastian dari dunia internasional. Orang-orang Zionis tidak ingin menghentikan perang dan melakukan perundingan. Terkesan bahwa Amerika Serikat sebagai negara adidaya hanya dipaksa bekerja seperti petugas pemadam kebakaran, sedangkan Zionis terus diberi fasilitas untuk membombardir warga Palestina dan Hamas.
Inilah yang menjadi sebab kita hanya bisa menyaksikan Zionis membantai dan membunuh perempuan, anak-anak, menghancurkan rumah-rumah, dan warga sipil Palestina.
Perang di Gaza membuktikan bahwa Palestina tidak dipedulikan oleh para penguasa dan negeri-negeri muslim di sekitarnya. Bahkan kita sebagai kaum muslim pun hanya bisa melihat tanpa bisa melakukan apa pun untuk menghentikan kebiadaban Zionis. Kaum muslim abai terhadap kewajiban membela saudara muslim lainnya.
Padahal umat muslim diibaratkan satu tubuh, jika satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh lainnya merasakan sakit. Para pemimpin muslim pun tidak peduli, bahkan menjadi antek musuh Islam. Ini mencerminkan rusaknya kepemimpinan Islam.
Seperti firman Allah Swt. yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian menjadikan orang-orang yang ada di luar kalangan kalian (seagama) sebagai teman kepercayaan kalian. Mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kalian. Mereka pun mengharapkan kehancuran kalian. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, sementara apa yang tersembunyi di hati mereka adalah lebih jahat lagi. Sungguh telah kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami) jika saja kalian berpikir. (TQS. Ali-Imran (3): 118)
Oleh karena itu, setiap muslim harusnya bersemangat untuk bergerak bersama dengan kelompok dakwah ideologis internasional untuk membebaskan Palestina. Umat muslim harus senantiasa belajar dan memahami Islam kafah.
Maka umat Islam harus bangkit dan bersatu, membebaskan Palestina dengan jihad. Mencampakkan kapitalisme dan bersatu dalam satu kepemimpinan umat Islam yaitu di bawah naungan Daulah Islam.
Begitu pentingnya menerapkan aturan negara berideologi Islam, sehingga kaum muslim bisa melawan sepenuhnya pada Zionis dan sekutunya.
Seperti sabda Rasulullah saw.,
"Tidak ada ketaatan kepada makhluk tanpa ketaatan kepada Sang Pencipta."
Tanggung jawab atas konflik yang terjadi di Palestina adalah masalah kaum muslim seluruhnya, dan ini menjadi pertanggungjawaban kita kelak di hadapan Allah Taala. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]