Alt Title

Keganasan Sistem Sekuler Mematikan Naluri Ibu

Keganasan Sistem Sekuler Mematikan Naluri Ibu

 


Peran keluarga hilang

Terjerembab ke dalam lumpur sistem kapitalis-sekuler, akhirnya peran keluarga mandul tidak berfungsi

_________________


Penulis N' Aenirahmah 

Tim Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi Islam 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sebuas-buasnya harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri. Sebuah peribahasa yang menggambarkan orangtua sebagai penjaga keselamatan anaknya, bahkan akan rela pasang badan, agar anaknya aman sentosa. 


Namun berbeda dengan ibu berinisial E, yang tega mencelakakan anaknya dengan menyodorkannya kepada lelaki hidung belang. Lelaki itu adalah seorang Kepala Sekolah Dasar berinisial J (41) yang diduga sebagai selingkuhannya juga. Kini kedua pelaku bejat moral tersebut telah diamankan oleh anggota Resmob Polres Sumenep di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. (kumparan.com, Jum'at 30 Agustus 2024)


Tak dapat disangkal perilaku bejat seorang ibu E dan J di atas, akibat dunia menerapkan sistem sekularisme. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan. Sistem sekuler ini telah membuka kran kejahatan, sehingga mematikan naluri ibu yang fitrah dalam menjaga dan melindungi anaknya.


Sekularisme telah menjajakan prinsip kebebasan berperilaku, membuat manusia bisa berbuat sesuai hawa nafsunya. Tidak ada kesadaran bahwa hidupnya akan berakhir dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak.


Kebebasan berperilaku telah menghembuskan gaya hidup hedonis, yang berhasil mengubur fitrah yang suci. Di mana tolak ukur segalanya adalah materi. Dalam kasus di atas, seorang ibu tega menghantarkan anaknya untuk dicabuli, karena akan mendapatkan imbalan materi, berupa sebuah sepeda motor sebagai kompensasi merelakan kesucian anaknya direnggut lelaki bejat tak bermoral. 


Disfungsi Peran Keluarga Terkoyak

Peran keluarga hilang. Terjerembab ke dalam lumpur sistem kapitalis-sekuler, akhirnya peran keluarga mandul tidak berfungsi. Saat ini seringkali dijumpai keluarga yang melakukan pengabaian terhadap tanggungannya atau terhadap anak-anaknya.


Dalam sistem sekuler-kapitalis, keluarga telah kehilangan fungsinya sebagai tempat merawat, melindungi dan memberi teladan bagi anak-anak. Banyak orang tua disibukkan dengan mencari nafkah, merasa sudah memperhatikan anak jika kebutuhan materinya sudah terpenuhi, tetapi di sisi lain fungsi pendidikan dan religi terabaikan.


Rumah tidak lagi memberikan kesejukan dan kedamaian. Sosok ibu yang semestinya menjadi panutan dan tempat berkasih sayang telah hilang. Ibu yang seharusnya sebagai pembimbing dalam merealisasikan mimpi dan masa depan, telah rusak. Bahkan yang lebih pilu dari itu, seorang ibu yang kehilangan identitas dan kebanggaan yang harus dijaga dan dipertahankan, yaitu berpegang kepada tali agama, akhlak dan moral.


Di sisi lain sistem sekuler-kapitalis yang dijadikan landasan dalam sistem pendidikan, telah melahirkan lulusan generasi yang cacat, krisis iman dan akhlak. Pendidikan hari ini hanya memproduksi para robot kapitalisme yang mengedepankan materi. Buktinya, kedua pelaku di atas. Walaupun mereka termasuk kalangan pendidik tapi tidak memiliki moral sebagai pendidik. Mereka terjebak gaya hidup sekuler dan liberal yang bebas.


Ketidakhadiran negara dalam urusan publik memperparah kondisi. Negara tidak hadir sebagai pelindung dan pengayom rakyat. Negara seharusnya memiliki visi dan misi dalam membangun dan melahirkan generasi penerus peradaban. Negara adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam menentukan tujuan pendidikan dan kurikulumnya. Negara adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam menciptakan keharmonisan masyarakat dan keluarga di dalamnya, dengan aturan yang diterapkan dalam sistem pergaulan, pendidikan, ekonomi dan sistem peradilan. 


Namun ketika negara tetap mengadopsi sistem sekularisme, harapan kesejahteraan, kedamaian, keadilan dan keamanan tidak akan pernah terwujud.


Sistem Islam Harapan Masa Depan

Dunia pernah merasakan hidup dalam naungan Islam yang menyejahterakan. Di mana pada masa itu semua aturan kehidupan berlandaskan pada akidah Islam. Akidah Islam aturannya bersumber dari Rabb, Pencipta alam dunia, manusia dan kehidupan.


Dalam aspek pendidikan, Islam menetapkan tujuan pendidikan adalah untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam, yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Membekali anak didik dengan ditanamkan akidah Islam sejak pendidikan dini hingga universitas. Dengannya akan lahir generasi yang mulia beriman dan bertakwa. Mereka tetap menguasai berbagai jenis ilmu, sains dan tehnologi, karena negara bervisi menjadi negara yang berdaulat dan mandiri.


Negara pun akan memberikan edukasi kepada setiap keluarga. Bahwa, tujuan berkeluarga yaitu untuk melestarikan keturunan dan mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, yang dilandaskan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.. Sehingga seluruh anggota keluarga akan berusaha bersama-sama menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing dan menjadi hamba yang taat.


Ditambah peran negara yang akan menjaga rakyat dari gempuran pemikiran yang merusak bangunan keluarga. Negara tidak akan membiarkan perzinaan, pornografi, narkoba dan tontonan kekerasan dan lain sebagainya. Semua akan ada di bawah kontrol negara. Sehingga rakyat terbebas dari kerusakan dan terciptalah lingkungan masyarakat yang damai, aman dan sejahtera. Termasuk terciptalah keluarga yang harmonis yang dirindukan setiap manusia.

Wallahualam bissawab. [EA/MKC]