Alt Title

Kemerdekaan Hakiki Hanya Ilusi

Kemerdekaan Hakiki Hanya Ilusi



Wujud kemerdekaan hakiki adalah

menjadikan penghambaan hanya kepada Pencipta yaitu, Allah Swt.

_______________________________

                               

Penulis Rosita

Tim Media Kuntum Cahaya

 

KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Beberapa waktu lalu, pelaksanaan peringatan kemerdekaan RI ke-79 digelar di Lapangan Upakarti, Komplek Pemda Soreang. Bertindak sebagai pemimpin upacara saat itu adalah Bupati Bandung, Dadang Supriatna.


Dalam kesempatan ini, beliau menegaskan bahwa makna proklamasi bukan sekadar momen sejarah semata, tetapi rakyat berkewajiban untuk mempertahankan dan mewujudkan apa yang menjadi cita-cita perjuangan para pendiri bangsa. Keberadaannya juga bukan tujuan akhir, melainkan sebuah alat untuk menyusun tata kehidupan yang baru. Demi mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Masih dalam kesempatan yang sama, Dadang juga menegaskan bahwa beliau telah memiliki 5 konsep untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Di antaranya, peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang profesional dan paham digitalisasi, memahami dan melengkapi big data, melakukan kajian, research and development, dan membentuk institusi yang kuat, serta mengelola keuangan dengan baik. Sedangkan salah satu langkah nyata yang telah dilakukan adalah  program Beasiswa Ti Bupati (BESTI). (hibar.pgrikabupatenbandung.id, 17/8/2024)

Makna Kemerdekaan


Kemerdekaan masih dimaknai samar, bahkan boleh dikatakan negeri ini belum merdeka secara hakiki. Karena saat ini rakyat masih terbelenggu dalam segala hal. Merdeka tidak cukup hanya diartikan lepas dari penjajah, tetapi juga harus bebas dari penguasaan sumber daya alam (SDA), atau intervensi di berbagai bidang oleh negara lain.

Apa yang menjadi program Bupati sifatnya hanya membantu untuk sebagian individu. Sementara sistem pendidikan di negeri ini juga masih membutuhkan banyak perbaikan, bukan hanya dana, tapi juga pendidikan yang berkualitas, di antaranya yang berkontribusi besar untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Selain itu, kemerdekaan seharusnya dapat dinikmati oleh segenap rakyat dengan segala kemudahan yang didapat. Minimal tercukupi kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan. Dengan SDA yang melimpah, sebenarnya lebih dari cukup untuk memenuhi dan menyejahterakan rakyat. Hanya ketika pengelolaannya dilakukan oleh negara melalui pemimpin yang amanah, dengan kebijakan yang bersandar pada syariat Islam.

Namun sayang, rakyat terhalang menikmatinya. Tidak sedikit rakyat yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan perut, tempat berteduh, dan kebutuhan lainnya. Rumah masih mengontrak, listrik, dan air semuanya harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Sungguh dengan kondisi seperti ini, sangat sulit bisa merasakan merdeka, yang ada justru makin susah.

Lebih miris lagi, penjajahan pemikiran masih terus berlangsung, terutama di kalangan generasi muda. Melalui berbagai macam paham yang mengandung "isme" telah dijajakan, seperti materialisme, hedonisme, pluralisme, dan isme-isme lain yang telah melemahkan generasi. Mereka, yang sejatinya pemilik potensi yang luar biasa, malah justru menjadi penikmat konten-konten unfaedah.

Merasa puas dengan menjadi konten kreator, selebgram, dan influencer karena imbalannya materi yang berlimpah. Padahal digitalisasi saat ini, digunakan tidak lebih sebagai alat kapitalis untuk meraup untung dengan melibatkan generasi agar terjun di dalamnya. Generasi tanpa sadar telah terkungkung oleh gaya hidup Barat yang hedonis dan liberal. Jauh dari memikirkan bangsanya sendiri agar mandiri, dan berdaulat.

Kemerdekaan Hakiki


Kemerdekaan hakiki sangat mustahil diwujudkan, jika negeri ini masih mengadopsi, dan merealisasikan kapitalisme sekuler. Terbukti sudah sekian lama negeri ini merdeka, tetapi bukan kemajuan yang didapat, melainkan terpuruk hampir di berbagai aspek. Baik aspek politik, ekonomi, maupun sosialnya. Utang menggunung dan ekonomi dikuasai asing dan aseng. Moral bangsa banyak yang rusak, korupsi, ketidakadilan hukum, dan seabrek masalah lainnya.

Sesungguhnya, bangsa ini hanya mampu mewujudkan kemerdekaan hakiki jika kembali kepada aturan Islam. Islam memaknai bahwa kemerdekaan adalah sebagai bentuk terbebasnya manusia dari segala bentuk penghambaan terhadap makhluk.

Wujud kemerdekaan hakiki adalah menjadikan penghambaan hanya kepada Pencipta yaitu, Allah Swt.. Artinya, agama Islam dijadikan sebagai aturan yang akan mengatur seluruh aspek kehidupan, sehingga keadilan dan kesejahteraan akan terwujud nyata dan merata. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Pertama, menerapkan syariat Islam. Seorang penguasa wajib menjalankan amanahnya dengan melaksanakan seluruh aturan yang telah Allah Swt. turunkan, dan dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Seorang penguasa akan melaksanakan tanggung jawabnya, dengan menjalin kerja sama yang baik antara kepemimpinan pusat dan daerah.

Kedua, mandiri dalam mengelola sumber daya alam (SDA), tanpa campur tangan dari pihak asing maupun swasta. Hal ini merujuk pada hadis Rasulullah saw.;
“Kaum muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput, dan api.” (HR. Ibnu Majah)

Dari hasil kekayaan alam tersebut akan diperuntukkan demi kesejahteraan masyarakat, sehingga akan terjamin kesehatan, keamanan, dan pendidikan. Selain itu, pengelolaan SDA juga akan membuka lapangan kerja. Sekaligus akan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat berupa laboratorium, jaringan internet, jembatan, jalan, dan lain-lain.

Ketiga, mengontrol setiap media yang menayangkan, atau mempertontonkan konten-konten yang tidak mendidik, dan menyesatkan pemikiran umat. Pemerintah akan menindak tegas setiap pelanggaran sesuai syariat, siapa pun yang melanggar hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt..

Tentunya untuk merealisasikan kemerdekaan hakiki, negara tidak bisa berpegang teguh pada aturan kapitalisme sekuler yang rusak, dan telah melahirkan penjajahan gaya baru. Hanya sistem Islam yang mampu mewujudkan kemerdekaan hakiki. Sebagaimana dulu Islam pernah berjaya. Islam berhasil membebaskan banyak negara dari berbagai bentuk kezaliman menuju keadilan dan kesejahteraan. Wallahualam bissawab. [MGN-SH/MKC]