Alt Title

Matinya Naluri Ibu akibat Kapitalisme

Matinya Naluri Ibu akibat Kapitalisme

 



Ini menunjukkan matinya naluri keibuan dan menambah panjang deretan

potret buram rusaknya pribadi ibu dan masyarakat saat ini

______________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.


Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E.


Kasi Humas Polres Sumenep AKP Widiarti, mengatakan kasus ini terungkap saat ayah korban mendapat informasi bahwa anaknya diantarkan ibunya ke rumah kepala sekolah. Di sana, korban dicabuli kepala sekolah.


Dia menambahkan, ibu korban menyetujui pencabulan itu dengan alasan untuk ritual penyucian diri. Tak dijelaskan ritual apa yang mereka jalani, dan ini terjadi berulang kali. Dilansir dari kumparanNews.com.


Sungguh miris, ibu yang seharusnya menjadi pelindung bagi anaknya, justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan masyarakat saat ini.


Sang ibu melakukan hal ini karena dijanjikan sejumlah uang dan akan diberikan motor oleh pelaku. Karena lemahnya akidah dan tuntutan ekonomi, seorang ibu rela 'menjual' anaknya.


Fenomena ini menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan. Yaitu, sistem kapitalis demokrasi sekuler yang menjauhkan peran agama dari kehidupan. Kapitalis telah mengikis fitrah keibuan dengan menghadapi rumitnya kehidupan.


Alhasil kalap dan buta mata hatinya, rela menjual anak sendiri demi memenuhi kebutuhan hidup. Susahnya mencari pekerjaan dan mengambil jalan instan agar cepat terpenuhi. Lemahnya cara berpikir untuk mendapatkan sesuatu.


Abainya negara mengedukasi dan mengayomi rakyatnya. Kemana mereka harus mengadu di tengah impitan ekonomi selain berjuang sendiri walaupun tindakannya salah dan mempermalukan diri seolah tak peduli.


Sistem pendidikan yang diterapkan jauh dari norma agama. Sistem sanksi yang bisa diperjualbelikan semakin rusaknya masyarakat hidup yang tidak diatur oleh sistem Islam.


Berbeda halnya dengan sistem Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik pertama dan utama. Islam juga menyediakan adanya supporting sistem di tempat kerja. Kesempurnaan sistem Islam tampak dari sistem pendidikan yang membentuk kepribadian Islam, yaitu seseorang yang memiliki pemikiran dan perasaan Islam.


Seseorang yang senantiasa berbuat sesuai dengan aturan-aturan Allah, halal haram, bukan mengikuti hawa nafsu dan kepentingan pribadinya saja. Sistem sanksi juga sistem lainnya, mampu menjaga setiap individu dalam kebaikan, ketaatan, dan keberkahan Allah Swt..


Islam mewajibkan negara agar menjaga fitrah ibu. Anak sebagai anugerah yang merupakan amanah yang patut dijaga dan didik dengan baik sesuai hukum syarak.


Negara akan memenuhi berbagai kebutuhan rakyatnya baik sandang, pangan, dan papan. Maka, akan tercipta kehidupan harmonis karena sudah terpenuhinya kebutuhan.


Sebagai rakyat Daulah tidak ada celah untuk berbuat maksiat hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena negara hadir di tengah-tengah umat, suu'nil maal ummah (mengurusi urusan rakyatnya).


Hanya dalam sistem Islam, fitrah ibu terjaga dan terlindungi. Sebagai ummun warabatul bait (pengatur rumah tangga) dan pendidik putra putrinya menjadi generasi yang bisa diharapkan di masa depan. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Ummu Qiya