Paus Fransiskus Datang, Kesesatan Makin Mengadang
Opini
Dengan kedatangan Paus Fransiskus, sejatinya membawa bahaya besar, menyesatkan umat dan mengukuhkan sekularisme
________________________________
Penulis Rati Suharjo
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Indonesia adalah negara mayoritas muslim. Terdapat 200 juta lebih masyarakatnya memeluk Islam. Sayangnya, sebagian besar memahami bahwa Islam hanya mengatur ibadah ritual semata. Seperti salat, zakat, puasa, naik haji, umrah, dan zikir. Sedangkan dalam segala aspek kehidupan lainnya nya Islam tidak mengaturnya.
Akibat kurang memahami Islam yang sesungguhnya, banyak masyarakat yang salah dalam mengartikan arti toleransi. Seperti yang dilakukan Presiden Jokowi dan para pemimpin negeri ini dalam menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Pemerintah menyambutnya dengan mempersiapkan acara di halaman Masjid Istiqlal Jakarta.
Pembacaan ayat suci Al-Qur'an, surah Al-Baqarah ayat 62, tentang pentingnya iman dan amal saleh tanpa memandang perbedaan agama, serta surat Al-Hujurat pun dikumandangkan oleh seorang tunanetra, dari Tangerang Selatan, bernama Kayla Nur Syahwa. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Injil Lukas yang dibacakan oleh Romo Mikail Endro Susanto. (detik.com, 5/9/2024)
Selain itu, penyambutan kedatangan Paus ke negeri ini, disertai dengan banyak tokoh muslim yang meluncurkan buku berjudul “Salve, Peregrinans Spei" yang berarti, “Salam Bagimu Sang Peziarah Harapan." Isi dari buku tersebut bukan hanya menyanjung kedatangan Pemimpin Vatikan, akan tetapi menggambarkan kondisi keberagaman dan pluralisme di negeri ini.
Menurut Paus, ketika bertemu dengan Presiden Joko Widodo, beliau juga menyampaikan bahwa konflik yang terjadi di dunia ini, akibat pihak-pihak intoleran yang memaksakan visinya ke masyarakat. (cnnindonesia.com, 4/9/2024)
Jelas pernyataan ini salah, konflik yang terjadi di Palestina dan Uyghur bukanlah sikap kaum muslim yang kurang toleransi. Akan tetapi, hal ini adalah suatu bentuk penindasan, penganiayaan, hingga pembunuhan yang dilakukan kaum Yahudi dan Biksu Budha. Seperti yang terjadi di Gaza Palestina, yang membantainya adalah Yahudi dengan dibantu negara.
Mereka menjerit kepada seluruh penguasa muslim untuk membebaskan Palestina dari kebiadaban kafir Israel. Akan tetapi, seluruh penguasa muslim tidak bisa sedikit pun untuk menggerakkan militernya ke negara tersebut. Negara-negara muslim hanya bisa membantu obat-obatan, makanan, pakaian, para relawan, mengecam, dan mengutuk. Semua itu belum bisa membebaskan Gaza dari cengkeraman Yahudi. Di Myanmar umat Islam terombang-ambing tidak tahu arah dan tujuannya.
Lantas, apakah benar politik yang disampaikan Paus, bahwa politik adalah suatu perbuatan yang mulia yang penuh kasih sayang?
Sudah saatnya umat Islam mengetahui sirah Rasulullah saw.. ketika mendirikan negara Islam di Madinah. Toleransi dalam Islam itu membiarkan, menghormati, menghargai, bukan mengikuti ibadah mereka.
Namun demikian, Islam tetap mengakui adanya Yahudi dan Nasrani. Islam meletakan kemuliaan bukan pada keberagaman agama, suku, warna kulit dan lainnya. Akan tetapi, Islam memuliakan manusia karena ketakwaan pada Allah Swt..
Jika Islam yang menjadi biang perpecahan dunia, bahkan dianggap intoleran, tentu hal ini adalah salah besar. Faktanya, selama 14 abad Khilafah Islam menguasai hampir 2/3 wilayah di dunia ini, tidak pernah terjadi penjajahan terhadap agama lain. Bahkan, Yahudi dan Nasrani pun hidup berdampingan di Madinah.
Kendati demikian, dengan kedatangan Paus Fransiskus, sejatinya membawa bahaya besar, menyesatkan umat dan mengukuhkan sekularisme. Akibatnya, umat Islam makin jauh dengan ajaran Islam, bahkan membenci agamanya sendiri.
Pemerintah harus sadar, bahwa ini adalah ancaman bagi masyarakat Indonesia. Jika umat Islam negeri ini mengadopsi akidah yang Paus sampaikan, maka bahaya akan makin mengadang.
Kendati demikian, pentingnya pemerintah menjaga akidah rakyat, melalui kurikulum pendidikan dan pembinaan di masyarakat. Alhasil, masyarakat akan paham ajaran Rasulullah saw., yaitu Islam adalah agama yang paripurna.
Islam bukan sekadar mengatur masalah ibadah ritual semata, tetapi mengatur manusia dalam segala aspek kehidupan. Seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan dalam bingkai Daulah Islamiyah.
Wallahualam bissawab. [SH/MKC]