Alt Title

Perencanaan Sistemis untuk Mengatasi Pengangguran di Indonesia

Perencanaan Sistemis untuk Mengatasi Pengangguran di Indonesia


 


Kemandirian ekonomi suatu negara adalah kunci untuk mengurai berbagai masalah sosial,

termasuk pengangguran

______________________________


Penulis Neni Maryani

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pendidik


KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI - Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam hal ketenagakerjaan. Ketimpangan antara jumlah pencari kerja dan ketersediaan lapangan kerja ibarat bumi dan langit, terlalu jauh berbeda. Data menunjukkan jumlah pengangguran saat ini mencapai 10 juta jiwa berada pada kelompok usia produktif, hal ini menjadi ancaman serius terhadap masa depan ekonomi. (detik.com, 21-05-2024)


Dilansir dari media jabar tribunnews.com 27/08/2024, Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bandung telah menyelenggarakan Job Fair Mini sebanyak 10 kali sepanjang tahun 2024, termasuk salah satunya yang digelar di Thee Matic Mall Majalaya, Kabupaten Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran yang saat ini mencapai 6,52 persen.
 

Tingkat pengangguran tertinggi di Kabupaten Bandung berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Meskipun begitu, angka pengangguran ini sudah turun dari 8,58 persen pada tahun 2021, dan Disnaker menargetkan penurunan lebih lanjut hingga 4 persen pada tahun ini.

Tingginya angka pengangguran ini adalah sinyal gagalnya negara menciptakan lapangan kerja. Meskipun job fair sering diadakan sebagai upaya untuk mengurangi pengangguran, kenyataannya tidak selalu memberikan solusi yang efektif. Banyak pencari kerja yang masih kesulitan mendapatkan pekerjaan meskipun telah berpartisipasi dalam berbagai job fair.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ketidaksesuaian antara kualifikasi pelamar dengan kebutuhan perusahaan, jumlah lowongan yang terbatas dibandingkan dengan jumlah pencari kerja, serta kurangnya pelatihan atau keterampilan tambahan yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja.
Akibatnya, meskipun job fair dapat memberikan peluang sementara, mereka tidak selalu mampu mengatasi masalah pengangguran secara menyeluruh.

Pemerintah seharusnya memiliki visi jangka panjang yang matang dan memetakan kebutuhan tenaga kerja, seperti jumlah guru, dokter, tentara, dan mekanik yang diperlukan. Dengan demikian, dunia pendidikan dapat diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Kolaborasi antara pemerintah dan lembaga pendidikan sangat diperlukan agar lulusan-lulusan yang dihasilkan benar-benar siap dan sesuai dengan kebutuhan industri serta sektor-sektor lainnya yang krusial bagi pembangunan bangsa.

Kemandirian ekonomi suatu negara adalah kunci untuk mengurai berbagai masalah sosial, termasuk pengangguran. Tanpa kemandirian ekonomi, masalah ini akan terus berlarut-larut dan menghambat kemajuan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah harus segera bertindak untuk mencegah bertambahnya angka pengangguran dan memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penting untuk disadari bahwa akar persoalan dari pengangguran ini adalah sebagai dampak dari kapitalisme yang diterapkan. Tenaga kerja dianggap sebagai komoditas dan peluang kerja ditentukan oleh dinamika pasar dan profitabilitas perusahaan. Dalam sistem ini, tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan, sehingga efisiensi dan pengurangan biaya produksi, termasuk pengurangan tenaga kerja, sering kali menjadi prioritas.

Selain itu, ketimpangan ekonomi yang dihasilkan oleh kapitalisme menyebabkan distribusi kekayaan yang tidak merata, menciptakan kesenjangan sosial dan menghambat akses yang adil terhadap kesempatan kerja. Akibatnya, sistem ini sering kali tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup bagi semua orang, terutama bagi mereka yang berasal dari kelompok rentan atau kurang terampil.

Berbeda dengan Islam yang secara sempurna mampu menyelesaikan berbagai persoalan dalam segala aspek kehidupan, termasuk di dalamnya masalah pengangguran. Negara Islam akan bertanggung jawab memastikan tersedianya lapangan kerja bagi rakyatnya. Sebagaimana dalam hadis dijelaskan:

"Imam adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhari)

Islam menganjurkan agar negara tidak hanya bergantung pada sektor industri atau perusahaan besar untuk menciptakan lapangan kerja. Sebaliknya, Islam menekankan pentingnya pengembangan sektor pertanian, perdagangan, dan kewirausahaan, yang merupakan sumber-sumber penghidupan yang stabil dan berkelanjutan. Selain itu, Islam juga mendorong pengembangan kemampuan individu (skill) yang bermanfaat, baik dalam hal keterampilan teknis maupun dalam bidang ilmu agama.

Adapun solusi terperinci berdasarkan syariat Islam antara lain:

 
Pertama, reformasi pendidikan berbasis syariah. Sistem pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pasar kerja. Pemerintah harus bekerja sama dengan lembaga pendidikan untuk mengarahkan kurikulum yang lebih aplikatif dan berfokus pada pengembangan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, terutama dalam sektor-sektor yang dianjurkan dalam Islam seperti pertanian, perdagangan, dan manufaktur.

Kedua, pengembangan wirausaha islami. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berdagang dan berwirausaha. Bahkan dalam sejarahnya Rasulullah saw. dulu membuat pasar di Madinah yang membawa kemajuan pesat bagi kaum muslimin. Pasar dalam sistem ekonomi Islam harus beroperasi dengan prinsip keadilan dan transparansi. Praktik penipuan, monopoli, dan eksploitasi dilarang. Pasar bebas tetap diatur untuk memastikan bahwa semua transaksi dilakukan dengan kejujuran.

Maka dari itu, pemerintah bisa memberikan pelatihan kewirausahaan berbasis syariah kepada lulusan SMK. Dengan demikian, mereka tidak hanya bergantung pada lowongan pekerjaan di perusahaan, tetapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru melalui bisnis yang halal dan berkah.

Ketiga, pemberdayaan sumber daya alam dan pertanian. Sektor pertanian yang diberdayakan secara optimal bisa menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi pengangguran. Islam memandang pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara adil dan berkelanjutan. Pemerintah harus mendorong para pemuda untuk terlibat dalam sektor ini dengan menyediakan akses modal, teknologi, dan pasar yang memadai.

Keempat, sistem ekonomi berbasis syariah. Sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah, yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadis. Sistem ini mengedepankan keadilan sosial, distribusi kekayaan yang adil, serta larangan terhadap praktik-praktik ekonomi yang dianggap eksploitatif atau tidak etis, seperti riba (bunga) dan gharar (ketidakpastian yang berlebihan).
Islam menawarkan solusi menyeluruh melalui sistem ekonomi yang berbasis pada keadilan, keberlanjutan, dan keseimbangan.

Pemerintah bisa mengadopsi model ekonomi berbasis zakat, wakaf, infak, dan sedekah, serta mendorong pengembangan usaha yang bisa menjadi sarana distribusi kekayaan dan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Pemerintah memiliki peran aktif dalam mengatur perekonomian, memastikan distribusi kekayaan yang adil, dan mengelola sumber daya alam untuk kepentingan publik. Negara juga bertanggung jawab dalam menjaga stabilitas harga dan memastikan bahwa kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi.

Contoh nyata ada pada zaman Kekhalifahan Abbasiyah, sistem ekonomi Islam ini berhasil menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan perekonomian yang berkembang pesat. Kota-kota seperti Baghdad menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, dan budaya, yang menunjukkan betapa efektifnya prinsip-prinsip ekonomi Islam jika diterapkan dengan benar.

Dengan menerapkan solusi sesuai syariat Islam, Insya Allah, angka pengangguran bisa ditekan lebih efektif, sekaligus membangun masyarakat yang mandiri secara ekonomi dan taat kepada Allah Swt.. Hal yang demikian pastinya hanya bisa terwujud dalam negara yang menerapkan sistem Islam kafah. 

Karena di dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab penuh dalam menciptakan lapangan kerja dan meriayah masyarakat dengan baik dan benar agar tercipta kesejahteraan yang akan membawa keberkahan dari Allah Swt.. Wallahualam bissawab. [AS-DW/MKC]