Alt Title

Remaja Kian Sadis, Buah Hilangnya Pilar Pendidikan

Remaja Kian Sadis, Buah Hilangnya Pilar Pendidikan

 


Maraknya kasus kriminalitas di kalangan remaja adalah bukti kegagalan pendidikan saat ini

_____________________


Penulis Aini Rahmalia, S.Si.

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Melihat perilaku remaja saat ini, kian miris saja. Mulai dari perilaku bullying, tawuran, narkoba, free sex, sampai kriminalitas. Terbaru, kasus kriminal yang dilakukan oleh 4 remaja laki-laki terhadap 1 remaja perempuan, di Palembang Sumatera Selatan. 


Dilansir dari Kompas.tv (9/9/2024), terjadi kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap seorang siswi SMP di Palembang. Polisi sudah menetapkan 4 tersangka. Namun, 3 tersangka masih di bawah umur, yaitu MZ 13 tahun, NS dan HS 12 tahun, sehingga tidak dilakukan penahanan, tetapi dititipkan di LPKS ( Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial) untuk diberikan pembinaan. Sedangkan pelaku utama berusia 16 tahun dilakukan penahanan.


Sungguh, kasus di atas benar-benar di luar nalar. Anak di bawah umur berani melakukan tindakan kriminal sekejam itu. Meski ternyata mereka bukan tersangka utama, tetapi tetap saja membuktikan betapa rendahnya moral dan kewarasan remaja saat ini. Mudah terpengaruh, berpikir pendek, sadis dan tak punya belas kasihan adalah sifat remaja saat ini. Bahkan, ketika proses evakuasi jenazah yang dibuang di area pemakaman Cina, salah satu pelaku hadir menyaksikan dengan rasa tak bersalah.


Hilangnya Empat Pilar Pendidikan

Maraknya kasus kriminalitas di kalangan remaja adalah bukti kegagalan pendidikan saat ini. Disebabkan, pola pikir dan perilaku adalah hasil dari pola pendidikan. Namun, ada empat pilar pendidikan yang berkontribusi besar dalam pembentukan pola sikap generasi yang sudah hilang, di antaranya:


Pertama, keluarga. Keluarga sebagai pilar pendidikan pertama dan utama untuk generasi. Di mana anak tumbuh, berawal dari pola asuh yang baik dari keluarga, mulai dari belajar berjalan, berbicara sampai kebiasaan perilaku. Orang tua seharusnya memberikan pendidikan terbaik sejak usia dini. 


Sebagaimana di dalam hadis Rasulullah saw.,

{مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ}

Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama dari pada pendidikan terbaik.”


Namun, nyatanya pilar pendidikan keluarga saat ini sudah hilang. Banyak anak-anak yang tidak diasuh oleh orang tuanya secara langsung, tetapi dititipkan kepada nenek, pengasuh, baby daycare, televisi dan juga gadget. Orang tua sibuk bekerja, lepas tangan dalam mengasuh dan mendidik anak. Sehingga anak tidak tumbuh secara optimal, haus akan kasih sayang dan perhatian. Belum lagi efek broken home yang amat berpengaruh besar terhadap mental dan psikologi anak. Anak yang mengalami broken home akan cenderung berperilaku semaunya, demi eksistensinya belaka tanpa berpikir baik atau buruk.


Kedua, lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak kualitas generasi. Pembentukan karakter dan melejitkan potensi adalah tugas utama lembaga pendidikan. Namun sayangnya, pendidikan saat ini gagal dalam menjalankan tugasnya. 


Kurikulum yang kacau dan berubah-ubah, minimnya sarana dan fasilitas, rendahnya kualitas guru dan tingginya biaya pendidikan adalah bukti kegagalan pendidikan saat ini. Para murid merasa bingung dengan apa yang dipelajari. Seolah sekolah hanya sekadar rutinitas belaka tanpa adanya semangat untuk meraih prestasi.


Ketiga, masyarakat. Masyarakat merupakan salah satu pilar pendidikan yang menjamin kualitas generasi. Masyarakat berperan sebagai wadah untuk melakukan amar makruf nahi munkar dan kontrol sosial pada setiap individu yang hidup di dalam masyarakat. 


Sikap gotong royong dan peduli sesama akan terbentuk di dalam pilar ini. Namun, hal itu tidak diperoleh generasi pada masyarakat saat ini. Yang terjadi, masyarakat menjadi contoh perilaku individualis dan hedonis. Rendahnya rasa empati dan sibuk dengan kepentingan masing-masing. Setiap individu masyarakat berlomba-lomba untuk saling eksis, konsumtif dan acuh terhadap sekitar.


Keempat, negara. Negara berfungsi sebagai pengurus segala urusan rakyat, salah satunya adalah urusan pendidikan. Negara harus memberikan pendidikan terbaik bagi generasi, karena kelak merekalah yang akan melanjutkan tugas membangun peradaban. Negara juga harus memberikan fasilitas terbaik untuk menggali dan melejitkan potensi generasi, sehingga generasi akan disibukkan dengan aktivitas-aktivitas positif, seperti gemar membaca, bereksperimen dan berkarya. Alhasil, tak ada lagi generasi yang galau ataupun gabut. 


Negara juga harus memberikan lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Dengan begitu, tidak akan terjadi jutaan generasi Z yang menganggur, seperti yang terjadi sekarang. Inilah empat pilar pendidikan yang harus dijalankan untuk membentuk generasi yang berkualitas, berkepribadian Islam dan mampu membangun peradaban yang mulia.

Wallahualam bissawab. [SH/MKC]