Alt Title

Reportase Majelis Taklim Lentera Qur'an

Reportase Majelis Taklim Lentera Qur'an

 


Itibak kepada Nabi sama dengan bukti cinta kepada Allah

Yakni meneladani Nabi dalam seluruh aspek kehidupannya

________________________


Penulis Susi Rahma

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.COM, REPORTASE - Agenda bulanan Majelis Taklim Lentera Qur'an kembali digelar, pada hari Ahad, 1 September 2024, dengan mengusung tema, "Meraih Cinta dan Ampunan Allah Dengan Meneladani Rasulullah (Tadabur QS Ali Imran: 31)"


Agenda ini dilaksanakan bertepatan dengan momen perayaan maulid Nabi Muhammad saw. Sebagai pembicara adalah ustazah Unung Agung Kurniati S.S, beliau juga sebagai pembina MTLQ (Majelis Taklim Lentera Qur'an).


Acara dimulai dengan bahasan tafsir QS Ali Imran ayat 31. Dengan harapan, bahwa para peserta akan memahami isi tafsir ayat tersebut (tafsir imam Ibnu Katsir). Dalam tafsir tersebut dijelaskan, bahwasanya:


1. Setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah, sedangkan sepak terjangnya bukan pada jalan yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad saw., maka dinilai sebagai orang yang dusta dalam pengakuannya, sebelum ia mengikuti seluruh syariat Nabi saw. dalam semua ucapan maupun perbuatannya. 


2. Balasan yang akan diperoleh lebih daripada apa yang dianjurkan-Nya (mencintai-Nya), yaitu Dia (Allah) akan mencintai dan mengampuni dosa-dosanya.


Lebih jauh lagi harapannya, pada momen acara ini para peserta akan memahami makna itibak (meneladani Nabi saw.). Itibak kepada Nabi sama dengan bukti cinta kepada Allah, yakni meneladani Nabi dalam seluruh aspek kehidupannya. Tidak cukup hanya membatasi pada meneladani pribadi Nabi sebagai manusia yang memiliki akhlak paling mulia, atau hanya pada aspek kehidupan keluarga saja. Namun, mengikuti/meneladani Nabi artinya dalam seluruh aktivitas kehidupannya, termasuk aktivitas dakwah beliau. 


Ustazah Unung menyampaikan, bahwa beliau melihat umat Islam saat ini belum itibak sepenuhnya dalam semua aktivitas Nabi saw.. Misalnya, dalam pengabaian peringatan perbuatan zina, padahal Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ.

Artinya: “Akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina dan sutera.” (HR Bukhari)


Nabi shalallahu alaihi wasalam juga bersabda;

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِيْ قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللّٰهِ 

Artinya: “Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri.” (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani)


Dalam hal ini, ustazah Unung juga menyoroti  penetapan PP No. 28/2024 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 17/2023 tentang Kesehatan, yang di antara isinya telah menyebutkan bahwa penyediaan alat kontrasepsi untuk warga usia sekolah dan remaja. Sebenarnya, ada apa di balik PP ini? Mengapa aturan seperti ini bisa lahir? Lantas, bagaimana pandangan dan solusi Islam yang pernah dicontohkan oleh Nabi saw.?


Semuanya sudah dijelaskan oleh ustazah Unung dalam pemaparannya. Terakhir beliau juga berpesan, bahwa apa-apa saja yang harus dilakukan saat ini. Jika kita berharap mendapatkan cinta, dan ampunan dari Allah Swt. agar Dia menaungi kita. Wajib bagi kita yang mengaku sebagai umatnya Nabi Muhammad saw., dan berharap syafaat dari Nabi, maka kita harus itibak secara keseluruhan kepada beliau. 


Tidak membatasi diri hanya itibak kepada pribadi beliau yang agung saja. Apalagi jika terbatas pada acara seremonial peringatan maulid yang minus itibak, atau malah justru memusuhi perjuangan orang-orang  yang ingin menerapkan risalah Nabi saw..

Wallahualam bissawab. [MGN-SH/MKC]