Rindu Kepemimpinan Islam
OpiniKepemimpinan harus ditunjukkan sebagai bentuk kekuasaan dan kekuatan agama Islam
Bukan kepemimpinan yang mengekor pada negara kafir
______________________________
Penulis Siti Rahmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pemimpin Gereja Katolik dunia Paus Fransiskus mengakhiri kunjungan apostoliknya pada Jumat dengan memberikan pesan ketika berada di Indonesia. Pesan itu diungkap Menag Yaqut Kholil Qoumas, di antaranya adalah keberagaman dan dialog antaragama yang harus dipelihara dengan baik. (cnnindonesia.com, 04-09-2024)
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukanlah kunjungan biasa, tetapi mengandung misi global yang menjadi sinyal kuatnya pengarusan moderasi beragama.
Dalam kunjungannya, ia menekankan komitmen para pemimpin Indonesia dalam menangani ekstremisme (Islam) melalui narasi soal kerukunan, kemajemukan, dan perdamaian. Ini menunjukkan posisi Indonesia sebagai negara pengekor.
Padahal negara Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Seharusnya bisa memberikan masukan dan dakwah pada agama lain sebagai bentuk kewibawaan pemimpin, ini malah tunduk dan patuh pada pemimpin negara lain.
Seperti diketahui, pemimpin Barat mempunyai misi yang jelas dalam mengukuhkan paham sekularisme ke seluruh negeri muslim.
Barat terus memantau munculnya kebangkitan Islam dan hal-hal yang bisa mengancam pada peradaban kapitalisme. Barat memastikan agar tidak ada kepemimpinan di negeri-negeri Islam terutama di Indonesia.
Karena Indonesia sebagai negara berkembang, maka mau tidak mau kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa saat ini mengikuti pada negara adidaya, dan negara-negara yang mempunyai kepentingan dengan penguasa. Alhasil, pemimpin Indonesia mudah dikendalikan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan negara lainnya.
Jelas ini menunjukkan bahwa kapitalisme menyebabkan hilangnya sosok pemimpin kaum muslim. Indonesia terus mengikuti kepemimpinan Barat yang arah pandang kehidupannya bukan akidah Islam, tapi pemisahan agama dari kehidupan. Akibatnya terjadi pengikisan akidah dan politik.
Dalam Islam, kepemimpinan harus ditunjukkan sebagai bentuk kekuasaan dan kekuatan agama Islam. Bukan kepemimpinan yang mengekor pada negara kafir.
Seperti dalam firman Allah Swt.,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali-Imran [3]: 118)
Islam tidak boleh tunduk pada kafir Barat. Ini pernah terbukti ketika Islam dipimpin oleh Nabi Muhammad, di mana model kepemimpinan beliau diterima di seluruh lapisan masyarakat baik muslim maupun nonmuslim. Kepemimpinan Muhammad saw. menggetarkan hati pemimpin kafir, menjadikan negara-negara kafir tunduk dan ikut aturan syariat Islam.
Michael H. Hart seorang bangsa Amerika, penganut Yahudi dan penulis buku "The 100: A Ranking of The Most Influential Person in History" menempatkan Nabi Muhammad pada urutan teratas 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah. Ini merupakan bukti nyata dari keberhasilan Nabi Muhammad dalam memimpin.
Seperti ketika Nabi Muhammad saw. mengirimkan surat pada Raja Romawi dan Persia. Hal ini merupakan bentuk ketegasan pemimpin tanpa ada rasa takut untuk mengajak negara kafir masuk ke dalam negara Islam, dan terus menyebarluaskan Islam ke seluruh dunia.
Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. terus diteladani oleh pemimpin selanjutnya. Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, para khalifah menjadikan negara Islam berjaya selama kurang lebih 1300 tahun lamanya. Islam menjadikan pemimpin sebagai pengurus dan penjaga umat. Selalu menjamin kebaikan dan keberkahan hidup rakyatnya.
Karakter Nabi Muhammad dalam aktivitas sehari-hari tidak lepas dari sifat siddiq (jujur), amanah (terpercaya), fatanah (cerdas), tablig (menyampaikan).
Islam adalah agama yang sempurna. Islam mengurusi seluruh aspek, baik politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.
Seorang pemimpin harus mempunyai ilmu dan tsaqafah yang tidak bertentangan dengan Islam. Mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan solusi tuntas.
Menjadi pemimpin haruslah sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh agama dan hukum yang berlaku. Karena menjadi pemimpin adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Khalik.
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maka krisis kepemimpinan yang terjadi di tengah umat sekarang bisa segera diselesaikan. Dengan adanya momentum Maulid Nabi Muhammad saw., harusnya bisa menyadarkan umat muslim akan kerinduan pemimpin Islam yang bisa membawa rahmatan lil 'alamin, rahmat ke seluruh penjuru dunia, baik muslim maupun nonmuslim. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]