Alt Title

Sekularisme Gagal Wujudkan Keluarga Samawa

Sekularisme Gagal Wujudkan Keluarga Samawa

 


Pemimpin (raa’in) dalam negara Islam akan mengambil peran dan tanggung jawab atas seluruh rakyatnya

Sehingga setiap keluarga dapat membentuk keluarga samawa (sakinah mawaddah warahmah)

_____________________


Penulis Mardiyah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Guru Sekolah Anak Tangguh 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hubungan keluarga antara ayah, ibu, dan anak adalah hubungan kasih sayang. Sebuah keluarga terbentuk karena adanya akad nikah, kemudian dari pernikahan tersebut lahir anak-anak yang disayangi. Namun, akibat penerapan sekularisme membuat banyak hubungan kasih sayang di antara keluarga tercederai, dan ternodai. 


Dilansir dari metrotvnews.com, 24/8/2024, terjadi kasus pembunuhan seorang anak kepada ayah kandung, karena emosi yang meluap. Seorang pemuda berinisial K mabuk minuman keras (miras), lalu menusuk ayahnya dengan pisau dapur, hanya karena dinasihati, dan dilarang mengganggu adiknya.


Mengapa K bertindak senekat itu? Selain karena kehilangan akal sehat akibat pengaruh alkohol yang diminumnya, K juga jauh dari pemahaman agama. Terutama agama Islam yang jelas-jelas telah mengharamkan miras. Ia pun hanya berpikir berdasarkan hawa nafsu, tidak berpikir jika mabuk miras dan membunuh orang tua itu perbuatan dosa. Bagi K yang penting egonya terpuaskan, tidak peduli walaupun harus mengorbankan nyawa ayahnya. Kondisi ini terjadi karena penerapan sistem sekuler, yaitu pengaturan hidup yang tidak dilandasi oleh aturan agama (Islam).


Negara memiliki andil yang sangat besar dalam menghilangkan/merusak hubungan antar anggota keluarga. Melalui penerapan sistem aturan sekuler saat ini, negara dengan segala cara memiliki power agar rakyat mau tunduk pada aturan negara. Dampaknya kehidupan masyarakat pun menjadi sekuler.


Selain kasus anak membunuh orang tua, terjadi juga kasus ibu tiri berinisial IF usia 24 tahun, tega membunuh anak tirinya bernama Nizam Ahmad Alfahri usia 6 tahun. IF sebagai seorang ibu, telah kehilangan naluri keibuannya, sehingga tega menyiksa dan menghilangkan nyawa anak dari suaminya. (sindonews.com 24/8/2024)


Kasus pemuda K maupun ibu IF adalah cermin gagalnya sistem pendidikan sekuler dalam membentuk generasi takwa. Selain kegagalan sistem pendidikan, hal ini juga merupakan kegagalan sistem ekonomi, dan politik yang diemban oleh negara. Negara tidak berhasil menjaga keluarga menjadi keluarga yang sejahtera dan bahagia.


Padahal dalam syariat Islam, negara memiliki kewajiban sebagai pelindung, dan penanggung jawab rakyatnya. Ketersediaan pangan, papan, sandang, keamanan, pendidikan, dan kesehatan adalah hal yang harus dijamin pemenuhannya oleh negara kepada rakyatnya dengan pelayanan yang berkualitas.


Pemimpin (raa’in) dalam negara Islam akan mengambil peran dan tanggung jawab atas seluruh rakyatnya, agar setiap keluarga dapat membentuk keluarga samawa (sakinah mawaddah warahmah). Negara akan melaksanakan fungsi, dan perannya untuk mewujudkan keluarga muslim yang bertakwa dan bahagia. Dengan menerapkan sistem Islam kafah yang akan melahirkan manusia yang beriman dan bertakwa, sehingga mampu menjaga hubungan antar keluarga agar tetap harmonis.


Seruan Allah terhadap umat Islam agar menerapkan sistem Islam Kafah terdapat dalam Al-Qur'an. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam syariat Islam secara Kafah dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al- Baqarah: 208)


Demikianlah, ketika sistem aturan Islam diterapkan secara kafah oleh negara, maka negara akan mampu mewujudkan sistem kehidupan yang baik. Negara seperti ini akan dapat menciptakan maqashid syariah di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Alhasil, kebaikan juga akan terwujud nyata di dalam keluarga. Keluarga akan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. 


Allah Swt. berfirman, "Sekiranya suatu penduduk negeri beriman dan bertakwa kepada Allah pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai apa yang mereka kerjakan." (QS Al-A'raf: 96)

Wallahualam bissawab. [MGN-SH/MKC]