Alt Title

Indonesia Darurat Remaja Bermasalah, Siapa yang Bersalah?

Indonesia Darurat Remaja Bermasalah, Siapa yang Bersalah?




Realitas itu telah menampar kita bahwa

anak muda saat ini sudah jauh dari fitrahnya yang polos dan masa mengisi jati dirinya


______________________________


Penulis Leihana
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Ibu Pemerhati Umat


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - "Darah muda darahnya para remaja." Penggalan lirik lagu karya Rhoma Irama itu menggambarkan kehidupan remaja yang menggebu-gebu dengan sifat egoisnya dalam mencari jati diri mereka tanpa masalah yang berarti.


Namun, tampaknya realitas anak muda saat ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa kaum remaja justru menjadi pelaku maraknya kejahatan. Bukan sekadar masalah atau dosa biasa, para pemuda saat ini terlibat dalam tindak kriminalitas berat.

Salah satunya, kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang menimpa siswi SMP di Palembang. Ternyata pelakunya adalah empat anak remaja yang berusia 12–16 tahun. Mereka melakukan tindak kriminalitas tersebut karena terpapar konten pornografi. (bbc.com, 14-09-2024)

September tahun 2024 ini benar-benar tidak ceria, karena laman berita online terus-menerus digemparkan oleh berita tawuran pemuda yang merenggut banyak nyawa. Seperti yang terjadi di Bekasi, warga digegerkan dengan penemuan tujuh mayat di kali Bekasi.

Ternyata setelah ditelusuri, ketujuh korban diduga adalah bagian dari kelompok pemuda yang ikut tawuran pada 9 September dini hari. Mereka menghindari penangkapan, lalu meloncat ke sungai dan berujung kematian. (detik.com, 14-09-2024)

Selain itu ada 15 pemuda dari Cidaun, Cianjur. Segera diamankan petugas Polsek Cidaun karena diduga akan melakukan tawuran dengan membawa beberapa jenis senjata tajam. Rencana tawuran ini berhasil dihentikan oleh petugas atas laporan warga sekitar yang resah dengan kelompok geng motor yang kerap melakukan kegiatan tawuran. (rri.co.id, 22-09-2024)

Ada banyak berita terbaru yang memiliki peristiwa serupa yaitu kelompok pemuda yang tergabung dalam geng motor di Medan yang diamankan kepolisian. Bahkan di Boyolali beredar video sekelompok pemuda yang melakukan tawuran senjata tajam.

Kriminalitas Remaja Semakin Mengerikan


Kriminalitas yang dilakukan oleh remaja termasuk tawuran terus terjadi, berulang, dan semakin mengerikan. Nyawa manusia seolah tidak ada harganya, aktivitas yang nirmanfaat ini selain merenggut nyawa, juga menghancurkan masa depan pelaku dan korbannya sekaligus.

Kriminalitas yang terjadi sudah tidak masuk akal, remaja di usia sekolah menengah bisa beraksi menjadi pembunuh berdarah dingin tanpa takut dan rasa berdosa, si pembunuh hadir di pemakaman korban yang telah dibunuh dan diperkosanya. Realitas itu telah menampar kita bahwa, anak muda saat ini sudah jauh dari fitrahnya yang polos dan masa mengisi jati dirinya.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya lingkaran setan kejahatan, yaitu: Lemahnya ketakwaan individu, hilangnya peran orang tua, rapuhnya kontrol masyarakat, dan sanksi hukum yang tidak tegas dari negara.

Diperparah dengan media sosial yang bebas tanpa filter, siapa pun mudah mengaksesnya termasuk anak-anak. Selain itu, orang tua sudah meninggalkan peran sebagai guru utama bagi anak-anaknya. Mereka disibukkan dengan mencari nafkah, karena kondisi ekonomi yang kian sulit walau sekadar untuk memenuhi kebutuhan pangan saja.

Negara memiliki andil paling besar atas kerusakan generasi saat ini. Sebab, para penguasa di negeri ini secara terang-terangan tidak menggunakan kewenangannya untuk membatasi akses yang merusak seperti konten pornografi, pornoaksi, juga konten nirmanfaat.

Konten buruk ini terbalut games yang memberikan tutorial sangat jelas, bagaimana cara membuat anak-anak dan remaja bisa berperan sebagai penjahat.

Kesalahan sistem yang menciptakan kelindan abnormal adalah penyebab kerusakan yang tidak dapat dielakkan. Yakni, rusaknya cara berpikir dan tingkah laku para pemuda. Jelas hal ini menunjukkan buah dari penerapan sistem sekuler kapitalis yang tidak memanusiakan manusia, merusak pemikiran, dan budaya.

Sistem kapitalis yang diterapkan membuat negara abai terhadap tugas membentuk generasi mulia. Negara telah menyia-nyiakan potensi besar para pemuda. Negara lebih berpihak kepada perusahaan bermodal besar yang bisa membayar izin konten berbahaya, sehingga bisa diakses bebas.

Islam Mengembalikan Fitrah dan Kemuliaan Pemuda

    
Sistem Islam adalah sistem yang sempurna, di dalamya memiliki sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam terbukti telah melahirkan generasi unggul. Generasi yang berkepribadian Islam, di mana pola pikir dan pola sikapnya Islam, yakni berpedoman pada hukum syariat halal haram.

Landasan syariat ini akan mampu mencegah generasi sebagai pelaku kriminalitas. Sebab, melalui sistem pendidikan Islam terbentuklah kepribadian Islam yang kokoh pada anak didik.

Sistem pendidikan Islam dan kurikulum yang diterapkan, tidak sebatas transfer ilmu saja. Asal hafal dan asal tahu saja, tetapi ia akan melaksanakan ilmu yang didapat dan beramal sesuai syariat.  

Berbeda dengan sistem pendidikan sekuler. Di mana anak pada fase serba ingin tahu, ketika tidak dibentengi dengan pemikiran yang benar (Islam) menghasilkan anak didik yang pintar tetapi melanggar, berilmu tetapi bebal dalam berperilaku.

Selain di sektor pendidikan, Islam juga membangun lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Semua elemen di atas bahu-membahu menjaga kemuliaan para pemuda.

Sistem Islam telah mendorong seluruh anggota keluarga, terutama orang tua untuk melakukan perannya menerapkan pengajaran akidah sejak dini dan di usia prabalig. Anak dikenalkan dengan beban hukum yaitu kewajiban yang harus dijalankan dan keharaman yang harus ditinggalkan oleh anak atas dasar ketakwaan. Hal ini akan membentuk ketakwaan individu yang sejalan dengan diajarkan di sekolah yang menerapkan sistem pendidikan dan kurikulum Islam.

Masyarakat juga didorong untuk menjadi komunal aktif yang melakukan amar makruf nahi mungkar dan mencegah bibit tindak kriminalitas remaja.

Semua dilakukan agar tumbuh ketakwaan sedini mungkin. Bukan menjadi masyarakat yang apatis, tak mau tahu seperti masyarakat yang individualistis saat ini.

Selain itu, negara juga menerapkan hukum sanksi yang tegas, termasuk untuk menghukumi tindak kriminalitas pada remaja. Sebab, usia remaja yang dinilai anak di bawah umur dalam sistem pemerintahan saat ini justru sudah berada di usia balig dalam Islam dan bisa dihukum penuh sebagaimana orang dewasa lain yang sudah balig.

Tindak kekerasan yang mengancam jiwa akan dihukum dengan kisas setimpal.Tindak pemerkosaan atau aktivitas yang mendekati zina juga bisa ditetapkan takzir, misal berupa hukum dera oleh khalifah (pemimpin negara Islam).
    
Negara Islam juga akan membangun sistem yang menguatkan fungsi keluarga dengan menerapkan aturan yang menjamin kesejahteraan dan sistem lain yang menguatkan fungsi kontrol masyarakat sebagaimana yang terjadi di masa perjuangan Rasulullah Muhammad saw. para pemudalah yang berperan aktif menyiarkan dakwah lebih luas.

Pemuda yang menjadi garda terdepan terbentuknya negara Islam yang pertama kali di Madinah. Berkat dakwah seorang pemuda tampan bernama  Mush'ab bin Umair dan masih banyak kisah inspiratif lain dari sosok sahabat Nabi yang sudah gemilang di usia belia. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]